Minggu, 12 September 2021

Vcall Teteh (Ahad, 12 September 2021)

Ayah terlihat gelisah melihat layar hp, jam sudah menunjukkan angka 10 namun dering telpon dari putri yang di cinta tak kunjung berdering, "Teteh nelpon kan, Mi?" Pertanyaan yang lebih tepatnya ungkapan kekhawatiran ini berulangkali teeucap, persis anak kecil yang menantikan ibu nya kembali dari bepergian. 

"Iya sayang, mungkin hari ini jadwalnya agak siangan." Sungguh, hati ibu yang gelisah tak boleh dilihat ayah yang berada dalam gelisah yang sama, harus ada penyeimbang sebagaimana saat ibu menangisi kerinduan maka ayah yang merindupun menyeka air mata demi menjadi sandaran si ibu yang tak kuasa menutupi duka. 

Tepat jam 10.30 dering yang di nanti pun bergema, kami bersuka ria dengan bahagia yang membuncah. Ahad selalu menjadi hari yang istimewa karena kami bisa merekam senyum sapa putri kami lagi. MasyaAllah hadza min fadhli Rabbi. 

Saya mencari kerudung di setiap inchi ruangan, baru saja kerudung instan de Olin  ada di depan tapi tiba-tiba saja tidak ada, saya tidak bisa berbagi kabar meski melalui telepon apalagi video call tanpa menggunakan hijab. Saya tidak terbiasa dan ingin membiasakan anak-anak perempuan kami tetap menutup aurat saat berkomunikasi via media komunikasi telephon sekalipun. 

Sembari mencari kerudung telepon di angkat Ayah yang menutupi debar kebahagiaan dengan senyum lebar, "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.. Ummi, Abi, damang?" Duhai sapa itu, begitu hangat dan semakin menambah kebahagiaan. 

"Teteh sawios Ummi bade nykrinsut photo sareung teteh?" Setelah anak-anak beranjak besar, mengambil photo tidak lagi sebebas saat mereka masih kecil. Harus ada izin dulu atau kalau tidak harus dengan cara diam-diam namun tetap tidak bisa di publish di media sosial karena mereka tidak menyukainya kecuali dengan terlebih dahulu meminta izin kembali. 

Aufa mengangguk membolehkan, beberapa photo hasil tangkapan layar memenuhi galeri, ini pun sudah sangat membahagiakan MasyaAllah ❤. 

Beberapa hal yang sering dia minta jika kami hendak mengirim paket adalah buku. Beberapa buku yang di request bertema adab, sejarah dan motivasi. Sejak dulu passion buku nya selalu tentang tiga ini.. Well here it is same with ummi ya Nak. 

"Teteh pesan buku, Mi?" 

"Dia bilang ingin baca buku yang sedang ummi baca juga, buku biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu 'anhu." Ayah menatap ibu lekat, "I know, it is me. Mohon maafkan kami yang tidak bisa menghalau kecintaan pada buku ya, sayang. InsyaAllah Allah akan tambahkan rezekimu dan lapangkan hati kita."

Saya tahu tatapannya bermakna, "putrimu memiliki habit yang sama denganmu." 
Meski membahagiakan tapi percayalah menyiapkan anak untuk mencintai buku pun butuh kesiapan mental dan saku 😅😍. Namun saya yakin Allah akan selalu memberi jalan keluar dan memudahkan buku itu untuk sampai pada kami, Allah selalu memiliki caraNya. 

"Mi, teteh lanjut di SCB ya?" Pertanyaannya membuyarkan obrolan kami, eh iya sebenarnya meski kami saling bertatap wajah melalui media vcall wa tapi kami tetap berkomunikasi via chatt wa. Kalimat tanya itu dia tanyakan by lisan, jika dalam masalah vaksin kami mulai memberikan dia kebebasan memilih; di vaksin atau tidak. Lain halnya dengan pendidikan, kami memutuskan dimana anak-anak akan melanjutkan sekolah. 

Alhamdulillah Aufa masih bisa melanjutkan sekolah di SCB, masih memenuhi syarat termasuk sudah memenuhi target untuk melanjutkan sekolah di SMA SCB jadi kami memutuskan untuk tetap menyekolahkan teteh di sana. Aufa tipe anak yang sami'na wa atho'na, kami pun sebenarnya sudah mendiskusikan ini sejak jauh hari saat dia masih kelas 7 lalu kelas 8 dan kami (saya, ayahnya dan dia sendiri) bersepakat bahwa aufa akan melanjutkan sekolah di SMA SCB dengan berbagai pertimbangan (nanti saya tuliskan tentang ini di catatan terpisah). 

Jadi, keputusan untuk dilanjutkan disana sebenarnya tidak ujug-ujug terjadi atau murni pilihan kami namun hasil syuro dengan aufa nya sendiri. 

Seperti biasa, teteh bertanya tentang adik dan dua kakaknya. Adik langsung berlari menyapa dengan memperlihatkan hadiah connector masker yang sudah disiapkan, malu-malu dia duduk di sebelah kami, "naha de Olin janten isin ka teteh?" Tanya teteh, cukup aneh mengetahui de Olin menjadi agak pemalu karena selama ini dia tipe pemberani dan cenderung acuh. 

Teteh dan adiknya sangat senang bisa kembali saling menyapa. MasyaAllah mereka dua saudari yang juga bersahabat sangat karib. 

Selanjutnya teteh cerita tentang rencana cabut giginya, subhanallah 3 gigi gerahamnya harus di cabut. 1 diantaranya sudah, tinggal 2 lagi. Di SCB kami benar-benar tidak sampai di kenai tagihan kesehatan termasuk biaya cabut gigi yang pastinya lumayan mahal. Menuliskannya disini sekaligus menjadi pengingat bagi diri saya sendiri dan bagi Aufa di masa depan bahwa ada amanah besar bagi kami yang harus di jaga. Amanah harta ummat yang ada dalam darahnya.. 

Di akhir pembicaraan dia meminta untuk dido'akan dan mengirimkan simbol hati yang banyak. "Cinta teteh pada ummi abi melebihi simbol ini." Ucapnya, "teteh sayang Ummi dan Abi karena Allah. Semoga Ummi dan Abi selalu sehat, bahagia, dipenuhi berkah Allah, dimudahkan segala urusannya, dilancarkan rezekinya. Semua doa terbaik teteh panjatkan InsyaAllah." Lanjutnya. 

"MasyaAllah shalihah, jazakillah khairan katsiran.. Aamiin yaa Allah, hatur nuhu tos nelpon dan menyapa ummi dan Abi. Hatur nuhun tos bertanya kabar. Hatur nuhun tos membuat kami bahagia melihat senyum dan sapa teteh lagi. Hatur nuhun sudah menjadi putri kami, harur nuhun umtuk selalu menjadi muslimah yang InsyaAllah shalihah dan menjaga adab sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Hatur nuhun untuk selalu menutup aurat karena Allah. Hatur nuhun untuk selalu belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Sungguh kami Ridha padamu, nak. Kami berdoa untuk semua kebaikanmu di dunia dan akhiratmu InsyaAllah."

Balananjeur, 12 September 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh