Namun, saya lupa, tubuh pun memiliki hak yang harus dipenuhi.
Setiap kali Kakang mencoba membantu, saya memintanya untuk tidak membantu dan membiarkan semua itu saya kerjakan sendiri; mencuci, memasak, opsih dan semua pekerjaan rumah dilakukan sambil menggendong bayi. Saya tidak mau dibantu dan menutup diri dari uluran tangan. (Karenanya sedih banget waktu ada yang bilang super ngrepotin orang sekitar karena katanya harus dibantu teh 🙈😅).
Meski tidak terlalu mahir dan masih belajar namun saya senang melakukannya, saya bahagia, sangat bahagia. Sampai suatu hari saya tidak bisa bangun dari tempat tidur, keringat dingin mengalir deras, dada yang nyanyautan dan kepala yang trasa berat. Kakang membawakan ember kecil dengan kain karena saya terus-menerus muntah di kamar. Setelah diperiksa dokter hanya mengatakan saya kelelahan.
Adakah yang merasakan bahagia namun tetap kelelahan? Tidak selalu yang kau rasakan mempengaruhi fisikmu, itulah pelajaran yang saya dapati kemudian.
Akhirnya saya membuka diri, kakang menggendong bayi kami sementara saya melakukan pekerjaan lainnya ataupun sebaliknya. Saya memberikan waktu untuk diri saya sendiri, untuk tidur saat anak tertidur. Membiarkan dulu cucian atau rumah yang berantakan.
Saya memberi tubuh saya sendiri waktu untuk istirahat dan membiarkan saja saat ada yang membantu meski saya tetap tidak membiarkan lisan saya sendiri untuk meminta bantuan. Agak sulit untuk yang tidak terbiasa..
Saya semakin menikmati waktu membersamai anak-anak semenjak itu, semenjak menunaikan hak untuk tubuh saya sendiri. Semenjak saya membuka diri untuk menerima uluran tangan suami yang meringankan pekerjaan di rumah.
#throwbackparentingdefa
#day20
Throwback parenting? Sebenarnya lebih ke proses kesehatan mental saat membersamai anak ya 😄
Balananjeur, 20 Oktober 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar