Seringkali interaksi sosial membutuhkan kesiapan, bukan hanya kesiapan untuk menjaga adab diri tapi juga kesiapan berlapang hati dan kesiapan untuk mendapati ucapan atau sikap kita di salah artikan orang lain. Apalagi jika interaksi sosialnya hanya sebatas saling mengenal dzahirnya semata, tak benar-benar saling mengenal..
Saya masih disini, merenungkan kembali apa yang sudah terjadi, cara saya mengevaluasi diri. Cara saya menjadikan apa yang tlah berlalu sebagai pembelajaran untuk hari ini dan hari esok.
Melihat jauh ke dalam diri, seperti apa saya di hari-hari yang telah lalu. Bagaimana saya terhadap orang lain; terhadap orang-orang di sekitar saya, suami dan anak-anak saya. Terhadap ibu dan saudara-saudara saya, terhadap tetangga, kerabat dan semua yang berinteraksi dengan saya.
Saya masih disini..
Sesekali ngarenghap agak panjang saat mendapati banyak hal yang saya khawatirkan justru merugikan orang lain. Sesekali menyeka air mata, takut Allah murka. Sesekali sesenggukan, sungguh aku takut..
Saya masih disini..
Berteman sunyi di awal pagi. Menimbang-nimbang apa yang harus saya lakukan untuk memperbaiki diri. Saya tak ingin diam membiarkan diri tetap dalam kekeliruan saat saya berlaku keliru, saya tak ingin berdiam diri membiarkan lisan tetap melafalkan kalimat yang tak elok diucapkan atau membiarkan jemari tetap merangkai kata yang tak membawa faedah sama sekali atau membiarkan telinga dan mata mendengar dan melihat sesuatu yang lebih utama saat dihindari.
Saya masih disini,
Merenungkan dan mengevaluasi diri, Hari-hari yang telah berlalu untuk hari esok ku di dunia dan di akhirat.
Saya masih disini,
Mengingatkan diri yang sering alfa.. Lukiskan hari yang membawamu pada Ridha Ilahi!
Saya masih disini, awal pagi ini dalam sunyi bersama tasbih pepohonan dan kongkorongok ayam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar