Senin, 17 Januari 2022

Day 16

Beberapa orang memberi masukan untuk tidak membiarkan Aa tinggal sendiri dengan alasan kuliahnya belum full tatap muka, "sayang kan uangnya, mending uangnya dipakai buat hal lainnya."

Ada juga yang bertanya, "teteh nggak khawatir?" Bahkan ada yang bilang, "teteh kok tega."
Banyak sekali pertanyaan atau masukan yang datang terkait suling yang sudah 3 bulan ini tinggal sendiri di tempat kost nya.

MasyaAllah sungguh luar biasa ungkapan cinta dan perhatian..

Teteh kok tega? Well, karena saya harus menjadi Ibu Yang Tega.
Ya, saya harus menjadi ibu yang tega. Bukan hanya saya tapi setiap ibu memang harus menjadi ibu yang tega.

Why? Saya beri beberapa contoh yaaa..

Saat anak di kisat, hmm apa ya bahasa Indonesia kisat teh? Sebentar saya mau searching dulu.. Oh iya baru ingat, namanya menyapih. Coba bayangkan kalau ibu nggak tega untuk menyapih anaknya! Gimana, kebayang nggak?

Kasihan banget kan kalau ibu sampai nggak tega buat nyapih anaknya. Anaknya akan terus tergantung pada ibu nya, tetap merasa bahwa sumber makanannya ada pada ASI ibunya.

Contoh kedua, saya masih akan mengajak Anda untuk membayangkan. Coba bayangkan kalau ibu tidak tega membiarkan anak belajar berdiri lalu berjalan!

Setiap kali anak belajar berdiri sendiri, setiap kali anak tertatih melangkah, anda sigap memeluk sambil melarang anak untuk belajar sendirian! 

So, ada hubungan apa dengan muqoddimah tulisan ini? Hubungannya adalah saat seorang teman berkata, "Teteh kok tega." Ya saya memang tega dan akan tega. Tega dalam kebaikan dan demi kebaikan anak-anak itu memang harus dilakukan seorang ibu. 

Demi kebaikan anak, kebaikan seperti apa itu? Gini ya, saya ceritakan proses dan alasan kami mendukung Aa untuk kost di dekat kampus meski jadwal kuliah tatap mukanya sendiri belum full time. Artinya anak masih memiliki jadwal online lumayan banyak dan itu sebenarnya bisa dilakukan dirumah tanpa harus ngkost.

Ada saudara kami yang bertanya, "Antara ngkost dan di rumah atau berangkat ke kampus dari rumah, lebih irit mana?" Ok saya akan kembali jelaskan disini, penjelasan yang sama seperti yang pernah saya sampaikan pada saudara kami waktu itu.

"Jika melihat kondisi keuangan, sangat wajar jika kami (saya dan Abinya anak-anak) mempertimbangkan keputusan ini dari sisi keuangan juga. Menimbang tepat atau tidaknya dari segi ekonomi, tapi itu tidak kami lakukan, pun saat kami kekurangan. Kenapa? Karena latar belakang kost nya Aa bukan karena kami memikirkan apakah akan lebih ekonomis atau tidak. Kenapa? Karena ada visi besar yang sedang kami siapkan untuk Aa. Apa itu? Mandiri, kemandirian. Haruskah dengan cara itu? Tidak selalu, namun ini bagian dari misi keluarga kami bagi anak-anak, misi untuk meraih visi itu."

(Hhh... Pabaliut kah? Cara saya bicara memang bikin pabaliut, jadi nulispun seperti itu. Maafkan kemampuan saya yang hanya sebatas ini 🙏🙏)

Kami ingin menyiapkan anak-anak untuk masa depannya. Bukan hanya dengan cara mengajaknya berbicara tentang hari esok atau mengajaknya melihat masa depan seperti apa yang akan atau ingin dia jalani tapi dengan menyiapkannya untuk siap menghadapi hari itu.

Mengendorkan pegangan tangan kami darinya agar ia mulai bergerak dengan kakinya sendiri, merasakan seperti apa hidup yang sedang dia jalani, merasakan perihnya berusaha, merasakan pahit pedihnya perjuangan.. karena untuk hidup juga memerlukan perjuangan dan kami ingin dia belajar berjuang untuk itu hingga di masa depan kakinya menjadi lebih tegap tanpa perlu terlalu tertatih lagi. Hidup ini tak seringan bayangannya namun juga tidak akan sulit kalau dia mau berjuang dan tetap menyandarkan hatinya kepada Allah.

Kami ingin mengajarkannya untuk tidak selalu bersama kami karena kami khawatir dia akan terbiasa dengan kenyamanan seperti itu sedangkan sebagai calon qowwam bagi keluarganya nanti dia harus melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua.

Tega kah kami? Ya, kami tega. Rasa cinta kami yang membuat kami tega. Kami ingin dia menjalani hidup lebih baik dari kami dan kami juga ingin dia menggapai kehidupan yang lebih baik dari kami meski harus dihiasi dulu dengan pedihnya perpisahan.

Balananjeur, Ahad, 16 Januari 2022


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh