Selasa, 11 Januari 2022

Kehilangan

Beberapa hari yang lalu saat perjalanannya di kota gudeg, sulung mengabari kalau tas (dan semua isi nya) di ambil orang tanpa permisi.
.
"Aa sedang shalat di masjid, dzikir ba'da shalat, lalu pas mau berdiri lihat samping Aa tas Aa sudah nggak ada. Aa langsung cari ke sekeliling masjid, laporan ke guru, lapor ke bagian penerangan, hapunteeeen Aa, mi! Hapunteeeen Aa, Abi! Aa tidak menjaga amanah dengan baik!"
Terisak dia mengabarkan. Sesak hatinya, saya bisa merasakannya.
.
Berulangkali dia minta maaf, membayangkan bagaimana Abi nya mencari nafkah untuk membelikannya tas, hp, buku dan ongkos study tour membuatnya malu saat kabar ini yang sampai, katanya.
"Aa malu bagaimana mengatakannya pada ummi. Hapunteeeen pisan Aa, Ummi." dia yang sangat jarang sekali menangis, hari itu terisak dengan gundahnya, cintanya pada ayah bundanya insyaAllah.
.
"Deudeuh putra ummi, Aa pasti bingung sareung sedih nya!" hanya itu yang bisa saya katakan saat itu. 
Sungguh bagi saya yang terpenting adalah dia mau bercerita. Yang terpenting adalah dia percaya bundanya bersedia mendengar hati nya, yang terpenting adalah dia yakin kami bersamanya, yang terpenting adalah dia yakin ayah bunda nya ada untuknya, yang terpenting adalah dia tak merasa khawatir dan nyaman bersama kami.
.
"Ummi, maukah ummi memarahi Aa atas ini?".
.
"Untuk alasan apa ummi marah pada putra ummi yang sedang berduka? Sayangku, wallohu 'alaa kulli syaiin qodir, tak ada satu daun pun yang jatuh kecuali atas izin Allah. Qodarulloh sayang, Aa sudah berusaha sebaik-baiknya menjaga tas Aa. Aa sudah berusaha yang terbaik. Semoga Allah melapangkan hati mu, nak. Menggantikan yang telah hilang dengan berlipat kebaikan. Allah sedang mengingatkan kita nak, marilah kita beriman padaNya dengan sebenar-benarNya! Ummi ngartos pisan peraosan Aa, ummi ngartos pisan peraosan Aa."
.
"Kehilangan, akan hal apapun itu, pastilah meninggalkan jejak luka. Semoga Allah lapangkan hatimu anakku sayang dan muliakan engkau dengan hati yang senantiasa terpaut pada sang pemilik kehidupan lalu menjadikan syurgaNya sebagai tempat berkumpul kita kelak."
.
Saat itu, saya ingin sekali berlari memeluknya menenangkan hatinya. Terbayang di benak saya bagaimana bingungnya dia, bagaimana dia saat berlari kesana kemari mencari tas nya yang hilang, bagaimana dia saat merasa bersalah.. Saya ingin memeluknya.
.
Allah memberi kami kesempatan untuk menunggu hingga dia pulang. Hingga saat dia pulang dia mengatakan, "kenapa ummi tidak memarahi aa?". Saya katakan padanya kalau saya menunggunya dengan kecamuk rasa, "ummi tidak mungkin memarahi Aa untuk ketetapan Allah ini. Allah sedang mengingatkan kita akan taqdir yang mungkin membuatmu di penuhi tanya kenapa dan mengapa tidak seperti ini dan seperti itu. Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang ikhlas dan shabar atas ketetapan Allah. Aa, sebelum Aa kesini, ummi bingung harus bagaimana ummi nyarios ka Aa. Sungguh ummi berharap Aa semakin yakin akan qodho dan qodar Allah, tapi ummi tidak tahu bagaimana cara mengatakannya, ummi juga khawatir cara ummi mengatakan justru membuat Aa menjadi pribadi yang kurang peduli akan tanggung jawab nantinya.."
.
Dia memelukku dan kembali terisak, "Aa insyaAllah beriman dengan taqdir Allah, dan Aa insyaAllah menjadikan pengalaman ini sebagai pelajaran untuk menjadikan diri Aa sendiri sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Hatur nuhun ummi, Aa bersyukur tiasa nyarios ka ummi.."ucapnya hari itu. MasyaAllah haadza min fadhli Rabbi, tiadalah suatu perkara pun yang sampai kecuali ada kebaikan didalamnya.
"Sungguh maha baik Allah yang telah menggerakkan hati mu untuk tetap bercerita pada kami dan tetap berucap dengan tutur yang baik hari itu nak. Hatur nuhun shalih."

Balananjeur, 12 Januari 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh