Kamis, 03 Maret 2022

Berkata Kasar, Lugu, dan Polos

Seingat saya, saya tidak pernah berkata kasar baik secara langsung maupun dalam tulisan. Untuk itu saya akan mengapresiasi diri saya saya sendiri dan berterima kasih untuk itu, "Hey Defa, terima kasih untuk tidak pernah berkata kasar!"

Masih seingat saya, ke empat anak kami tidak pernah berkata kasar meski sedang marah pun bahasa nya tetap bahasa yang lembut sampai-sampai guru dan teman-temannya dulu pernah mengatakan bahwa baik Aa maupun Adik kalau sedang berantem pun bahasanya tetap beradab. Aufa dan De Olin pun tidak berkata kasar. Untuk itu saya juga berterima kasih pada mereka karena bersedia diatur dalam melafaz kata, "Nak, terima kasih untuk tidak pernah berkata kasar."

Kenapa saya tidak menulis nama suami? Karena adakalanya beliau dituntut untuk berkata kasar karena suatu hal atau suatu sebab. Well, hidup itu tak kan menarik kalau semuanya sama dan saya menghargainya. Sebagai suami dan Ayah, cara melindungi kami terkadang harus sampai mengucap kata kasar pada mereka yang dirasanya akan menyakiti kami dan saya menghargainya.

Hmm kalau lugu dan polos, tidak ada satupun dari kami yang seperti itu. Tidak ada kriteria itu mah 😅

De Olin asked to me, "Mi, tidak apa-apa mengapresiasi diri sendiri?" 

Saya jawab, "Saat kita bisa berterima kasih dan mengapresiasi diri sendiri, sekecil apapun itu, saat itulah kita bisa berterima kasih dan mengapresiasi orang-orang di sekitar kita dan orang lain yang kita kenal atau siapapun itu. Saat kita menghargai diri kita sendiri, kita belajar untuk menghargai orang lain. Bersikap baiklah pada dirimu sendiri terlebih dahulu, maka engkau akan melihat hanya yang baik dari orang-orang di sekitarmu. Kacamata mu hanya kacamata kebaikan. Karena Allah sikapmu insyaAllah akan baik pada orang lain!"

Balananjeur, Rabu, 2 Maret 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku dan Buku