Hmm,masih belum kebayang sih nulis apa. Yang pasti haruslah tentang hijrah, ceritanya terkait aku dan hijarahku sesuai syarat penulisan, minimal 400 dan maksimal 600 kata.
"Ini free lho Bi." Pagi ini sambil mengklik tombol submit pendaftaran di google form saya ceritakan rencana nubar ini pada suami. Beliau yang sedang sibuk dengan pekerjaannya menyelesaikan laporan sekolah melirikku sekilas lalu tersenyum dan mengangguk, tanda persetujuan darinya.
Ah bahkan meski tanpa persetujuan pun saya tetap bisa menulis dan beliau memang tidak pernah melarang aktivitas menulis saya 🤠tapi tetap saja saya ingin dan akan selalu bercerita seolah minta izinnya.
Lho kan harus ada izin suami? Wait, dalam hal seperti apa saja kita wajib minta izin suami?
Dulu mikirnya apa-apa harus minta izin dulu, bahkan untuk keluar rumah saja perlu minta izin. Manis banget kaaan? Inginnya sih saya tulis shalihah banget.. but suatu hari suami meminta saya untuk tidak sedikit-sedikit minta izin, "Lakukan apapun yang menurutmu benar! Aku mengizinkanmu untuk melakukan apapun yang engkau yakini benar." Beliau tahu bahwa saya tidak bisa melakukannya tanpa izin yang diucapkan jadi sekalian saja diucapkannya izin sekaligus.
Saya tidak memiliki kapasitas berbicara dari segi agama tentang izin suami namun saya meyakini bahwa hal seperti ini (mu'amalah) itu cukup fleksibel alias tidak mutlak harus sama antara yang satu dengan yang lainnya. Hmm, it's like kembali ke masing-masing.
Eh tapi masih suka kesel aja kalau dengar kabar istri yang tangan dan kakinya seolah terbelenggu karena alasan tidak mendapat izin.
Allohu musta'an..
Balananjeur, Rabu, 2 Maret 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar