Kamis, 31 Maret 2022

H-70

Rumah Kontrakan Pertama Kami.

Ada satu kamar, satu ruang tamu, dapur kecil dan kamar mandi dengan sumur. Kamarnya seukuran kamar yang saya tempati sekarang, lumayan luas. Saya menyimpan 1 bed ukuran besar, lemari, meja makan dan kamar masih memiliki space kosong.

Ruang tamu juga berukuran sama, dengan kaca besar menghadap ke rumah Ceu Titi, tetangga kami yang baik hati.
Saya bagi ruang tamu menjadi dua, di sekat menggunakan rak buku yang saya bawa dari rumah mamah. Bagian dekat pintu dapur dan pintu keluar untuk menerima tamu sedangkan bagian lainnya untuk menyimpan bed kecil tempat kakang kalau harus bekerja lembur dan ketiduran.

Dapur terletak berdekatan dengan kamar mandi kecil namun tanpa tempat BAB. Saya hanya menempatkan kompor minyak tanah dan rak piring kecil.

Kami melewati hari dengan kadang senang kadang susah, yaa biasa dalam hidup. Tidak selalu senang, juga tidak selalunya susah.

Mengawali hari di awal waktu dengan kegiatan yang sama seperti yang sering saya kerjakan di rumah Emak namun bedanya tidak sampai nimba air alias ngambil air dengan manual dari sumur.

Ngambil air dari sumur? Ok, nanti saya tuliskan terpisah bagian itu. 

Rutinitas kami terasa berbeda sejak hari pertama kami tinggal di rumah kontrakan itu. Mungkin karena merasa senang karena bisa tinggal sendiri, harusnya hidup berumah tangga memang seperti itu, bukan? Kami terbilang telat, tapi lebih baik terlambat daripada tidak pernah sama sekali.

Episode ngontrak ini menjadi episode pertama dari beberapa rangkaian ngontrak selanjutnya. insyaAllah saya ceritakan semuanya di kesempatan lainnya.

Oh iya, ibu kontrakan kami sangatlah baik, begitupun dengan si bapak, keduanya orang-orang yang sangat baik. Merangkul Quthb kecil sebagaimana cucu sendiri, membuka pintu rumahnya lebar-lebar untuk membantu kami dan kalau-kalau kami harus ke kakus yang berada di dapur rumah beliau. Rumah kontrakan kami memang berdempetan dengan rumah beliau, masih satu atap hanya disekat dan tetap terasa terpisah.

Ada teras kecil di depan rumah, teras yang menjadi saksi bisu kali pertama Quthb kecil terjatuh hingga berdarah saat pertama kali berjalan.

Rumah itu memiliki banyak cerita, ada banyak kisah kemudian tersimpan dalam ingatan. Ada air mata, ada tawa, ada gelak canda murid-murid kami saat belajar, ada Quthb kecil saat dikhitan atau pertama kali belajar.

MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi, semua kisah itu menjadi tarbiyah bagi urusan kami selanjutnya.

Balananjeur, Kamis, 31 Maret 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh