Minggu, 20 Maret 2022

Mamah Hari Ini

Mamah Hari ini.

Dimata saya mamah itu sosok pemaaf yang luar biasa. Saat ada yang membuatnya terluka bahkan meski yang melukai tak meminta maaf sekalipun, mamah tlah lebih dahulu memaafkannya.

Tak jarang membuatku tak habis mengerti, anak selalu lebih terluka atas luka ibundanya sama halnya seperti ibu yang selalu paling terluka atas luka yang dirasakan anandanya. Tapi, mamah pemaaf yang luar biasa sabar, entah bagaimana sifat pemaaf itu menjelma menjadi dirinya.. mamah tak pernah kehilangan stock maaf, "Mamah teu bisa keuheul." Ya, mamah tidak bisa membenci siapapun yang melukainya.

"Mamah geus ngahampura." Ya, mamah sudah memaafkan bahkan saat tak ada yang meminta maaf padanya.

Aduhai, hatiku meradang dengan air mata mendapati bagaimana baiknya mamah.. 

Sebagai pribadi, mamah pribadi yang sangat baik. Sebagai istri, beliau istri yang MasyaAllah luar biasa khidmat.
Sebagai ibu, MasyaAllah beliau ibu terbaik yang kami miliki.
Sebagai mertua, pernah melihat mertua yang menganggap menantinya sebagai anaknya sendiri? Seperti itulah mamah. 
Sebagai nenek, dalam kondisi sulit sekalipun mamah berusaha memberikan perhatian pada semua cucunya.
Sebagai tetangga, Mamah menjaga Haq tetangganya.

Tapi seperti inilah ujian berlaku bersanding dengan kebaikan, tak jarang mamah berjumpa hal yang membuatnya menghela nafas hingga sesaat menitikkan air mata. Namun, mamah kembali dengan segudang maaf yang membuatku berpikir, "Mamah, terbuat dari apa hatimu? Bisakah engkau untuk sekaliii saja menguraikan kesal pada yang bersikap tak baik padamu?" 

Atau terkadang terbersit di benak, "kenapa orang baik selalu di uji dengan orang jahat?" 

Ya, kukatakan sebagai orang jahat karena ia membuat mamah yang mudah memaafkan harus selalu menjadi orang yang menahan diri, yang selalu mengerti dan memaafkan.

Mamah, 
Semenjak saya mulai bisa berpikir hingga hari ini adalah sosok yang selalu setia dengan kata, "da kitu-kitu Oge..." Saat memberi empati pada siapapun yang beberapa saat lalu menusuk hatinya dengan lisan tajamnya. Lalu seluas samudera pintu maaf itu memang selalu menjadi milik orang yang bergelar ibu, apakah itu untuk anaknya maupun menantunya ataupun cucu dan cicitnya.

Meski si anak perempuan akan sesekali ngdumel dengan luka yang jauh lebih sakit dari ibu, tapi ibu akan tetap dengan pintu maafnya. 

Adakah yang paling terluka atas air mata ibu? Dia adalah anak perempuan..

Dan ibu kemudian menjadi pelajaran paling baik, yang mengajari tanpa menghakimi.. dengan maafnya yang tanpa syarat

Balananjeur, Ahad, 20 Maret 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh