Biarlah sepi itu menjadi bagian perjalanan kita, toh pernah ada riuh yang sama-sama menjadi teman setia
Biarlah sunyi itu hadir, kita pernah melewati hari dalam hingar dan tawa anak-anak.
Pernah ada hari aku menangis diam-diam saat ada yang mengucap kalimat cinta dengan bahasa yang istimewa, "boga budak teh ulah dareukeut teuing jarakna, watir bisi ngariweuhkeun batur!" No translate yaa hee..
Lalu aku kembali menangis diam-diam saat kembali sebuah kalimat cinta bergema dengan merdu, "de Olin can adi an? Ih ulah nolak rizki ti Allah atuh. Boga budak teh sing loba."
Dan begitulah hidup, adakalanya kita akan bertemu orang yang menganggap apapun yang kita lakukan itu salah. Lalu pilihannya ada di tangan kita; bagaimana cara kita menanggapinya. Aku pikir untuk saat itu tak ada yang salah saat saya menangis diam-diam, kalimat cinta seperti itu tentu saja tak enak didengar apalagi saat kita merasa tak menggantungkan diri pada orang lain untuk ikut mengurus anak-anak. Saat 24 jam waktu kita full untuk membersamai anak-anak tanpa merasa meminta bantuan mereka yang dengan manisnya mengucap kalimat yang terasa melukai, itu seperti.. Hmm apa ya namanya 🤔.
Setelah menangis, aku merasa lebih baik dan bisa menjadikan kalimat-kalimat seperti itu sebagai bahasa cinta dan perhatian. Ya, kita tak bisa meminta cara perhatian yang sesuai mau kita, tapi kita bisa memilih untuk berlapang dada dan mengabaikan apapun yang terasa tak nyaman untuk didengar.
#catatandefa
Balananjeur, Ahad, 10 April 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar