Well, kembali saya tuliskan sebagian alasannya disini. Hmm bab ini bukan tentang alasan namun tentang... tentang apa ciiing? Hee..
Setiap orang bebas berasumsi. Sah-sah saja menganggap catatan ini sebagai curhatan hingga berseru dengan penuh semangat 45, "hey, curhat itu bukan fisik tempatnya! Curhat itu sama Allah!" MasyaAllah, sungguh pengingat yang baik meski sayangnya terasa tidak pada tempatnya untuk berseru seperti itu..
Kenapa tidak pada tempatnya? Hmm, saya kupas sedikit tentang bab ini ya sahabat.
Sekali lagi saya katakan bahwa kita semua bebas berasumsi atas catatan orang lain, tapi cukuplah asumsi itu untuk diri kita sendiri atau kalau mau Tabayyun dan mencari tahu maksud sebenarnya maka tanyakanlah pada si penulis catatan jadi tidak melulu berkutat pada, "aku rasa, maksud tulisannya adalah ..." Titik-titiknya diisi dengan ragam gelisah yang berkecamuk didada si penulis yang belum tentu benar.
Nah, bertanya pada penulisnya langsung membuat kita terhindar dari prasangka yang berkepanjangan. Oke, setiap orang akan bertemu dengan prasangka nya sendiri terhadap sesuatu, namun ada yang berprasangka baik ada juga yang buruk. Prasangka baik mah Alhamdulilah, tapi kalau terjebak dalam prasangka buruk maka ada baiknya nyari cara buat keluar dari zona prasangka buruk itu. Caranya apa? Setelah istighfar memohon ampunan Allah maka cara selanjutnya adalah fatabayyanuu, maka tabayyunlah! Tanyakan pada si penulis akan maksud tulisannya.
Kita semua bebas berspekulasi namun jangan karena bebas berspekulasi lalu merasa kalau spekulasi kita teh yang paling benar. Karena yang tahu maksud tulisan itu hanya si penulis itu sendiri, bukan orang lain, bukan juga orang disekitarnya.
But wait, setiap orang memang akan memandang sesuai kapasitas dirinya. Cerita sekalipun akan bertemu banyak pandangan yang berbeda.
Psikolog akan memandangnya melalui kacamata psikologi sesuai bidang keilmuannya, ekonom akan melihat berdasar ekonomi, ahli ini dan itu akan melihat sesuai bidang keilmuannya masing-masing. Penulis fiksi akan menemukan ide untuk menulis fiksi, penulis non fiksi pun sama, dan yang seneng ghibah akan menjadikannya bahan berghibah sebagaimana orang yang senengnya diam di zona prasangka buruk akan memandangnya dengan kacamata yang sama sesuai zona nya.
Begitulah.. namun, kita bisa keluar dari zona itu dan melihat dari kacamata lainnya meski bukan kacamata kita. Caranya? Fatabayyanuu, maka tabayyunlah!
Trus, apa sih Tabayyun teh?
Tabayyun teh cek and ricek, meneliti, mencari kejelasan, mengklarifikasi ataupun menganalisis, karena seringkali faktanya itu tak sesuai dengan fikirku ataupun kata orang-orang.
Tak jarang kaan kalau kita membaca suatu berita lalu otak kita sibuk memikirkan maksud si penulis ataupun kebenaran berita itu, atau kita membaca tulisan atau postingan teman kita di media sosial atau bahkan story' WA atau apapun, lalu otak kita sibuk dengan fikiran kita sendiri, "kayaknya dia lagi nyindir saya, deh." Atau, "statusnya kok kayak buat saya." Atau, "curhat terus!" Padahal standar curhat tiap orang itu beda-beda, kalimat yang menurut kita curhatan boleh jadi buat orang lain mah bukan. Penulis mah hanya menyampaikan suatu ayat (misal) bahkan tidak sampai mikir, "mudah-mudahan si A baca." Apalagi niat nyindir..
Naah saat fikiran kita berada dalam kondisi seperti itu maka alangkah lebih baik untuk Tabayyun, cari kebenaran faktanya dan lepaskanlah rasa-rasa atau pikiran yang berujung pada prasangka yang buruk.
Well, pertanyaan, "ngapain sih nulis catatan kayak gini?" insyaAllah akan saya jawab dalam catatan selanjutnya, insyaAllah.. tapi kalau ada mood nulis yaa. Kalau belum mood mungkin jadi pe er 😅
Balananjeur, Senin, 6 Juni 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar