Tapi saya sedang memaksa otak untuk tetap berpikir dan jari untuk tetap menuliskan hasil pengolahan data di otak jadi yang penting nulis aja dulu, perkara apa yang dituliskan nanti di cek belakangan ðŸ¤
Tenaaang, saya masih memiliki batasan-batasan tersendiri dalam menulis, jadi meskipun prinsipnya nulis aja dulu tapi tetap dalam kerangka batasan itu sendiri.
Jam 2.41
Setiap bangun saya akan mengevaluasi diri, "kemarin makanan apa saja yang masuk ke tubuh?" Pasalnya karena lambung terasa di aduk-aduk dan kembung lalu kalau duduk atau bangun langsung limbung sedangkan lambung berusaha mengeluarkan isinya alias muntah. Sungguh setiap kali muntah saya masih akan menangis meski entah karena apa.
Saya tidak terlalu yakin untuk mengartikan arti tangisan saya sendiri karena.. terkadang saya menangis karena merasa sakit, terkadang menangis karena lemas, terkadang lelah karena muntah-muntah, terkadang juga karena sebab lain jadi arti tangisan secara keseluruhan tak bisa didefinisikan secara pasti.
Lalu sekarang disertai gusi yang.. you know how rasanya kalau sakit gigi dan gusi, so sick bikin teu pararuguh perasaaan. Aa lirik lagu yang menggambarkan gimana rasanya sakit gigi, "lebih baik sakit gigi daripada sakit hati." Saya katakan kalau itu tidak benar, sakit gigi itu bikin sakit hati jadi tidak ada yang menjadi pilihan.
Ada dua catatan yang sedang saya selesaikan, satu untuk project nubar dan satunya lagi untuk suatu event. Sampai saat ini masih berpikir apa yang harus dituliskan terutama apa sih yang ingin disampaikan. Apa yang ingin saya sampaikan atau ceritakan atau kebaikan apa yang ingin saya tularkan? Itu yang biasa menjadi dasar kepenulisan meski saya sendiri tahu bahwa diri ini bukanlah orang yang baik.
Ah lagi-lagi saya hanya akan berhusnudzan termasuk pada diri sendiri karena apa yang kita pikirkan tentang kita akan kembali pada kita, akan menjadi itulah kita. Well, tubuh saya baik-baik saja dan insyaAllah sebagai pribadi sedang berusaha menjadi pribadi yang baik.
2.56
Adzan awal berkumandang, Umar sebentar lagi bangun untuk sahur shaum ayyamul bidh, mungkin saya akan memintanya untuk sahur bubur ayam atau nasi kuning di pasar karena di rumah tak ada apapun yang bisa dijadikan menu sahur.
Lalu, ingatan saya juga pada Aufa dan Aa Quthb, "apa kabar mereka?
Kemarin rencananya kami akan mengunjungi Aa Quthb dengan membawa nasi timbel tapi qodarullah Aa sedang ada kegiatan yang mendadak di kampus jadi kami pun membatalkan keberangkatan.
Dan Aufa, saat vcall kemarin saya melihat gejala sakitnya bertambah. Hati ini hanyalah hati seorang ibu, sakitnya melebihi yang sakit itu sendiri. Tiap hari berkawankan derasnya air mata kala ingatan tentangnya hadir dan seringnya memang kilasan ingatan itu menggema, "apa yang dirasakan anakku?" Menjadi kata tanya yang menjelma derai air mata.
Ini karena saya tahu bagaimana rasanya, karena itulah ingatan tentangnya tak pernah lepas dari isi kepala. Hanya butuh penanganan dan pendampingan awal yang tepat terutama dari keluarga dalam hal ini dari ibu dan ayahnya, itu yang ada dalam benak saya. Karena apa? Karena saya pun pernah di posisi itu.
Menghadapi sakit yang kemudian menjadi sakit yang kambuhan itu tidaklah mudah. Tapi saya meyakini, penanganan dan pendampingan awal akan sangat baik untuknya di hari esok.
Balananjeur, Kamis, 11 Agustus 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar