Jumat, 09 September 2022

Day 255

Pengen nulis dan cerita tentang dampak kenaikan BBM. Oh ya, sebagai pengantar cerita, hari itu kang Wawan ngantri BBM buat beli bensin 25 ribu dapat 3 liter lebih. Pas keluar antrean.. eh tetiba BBM naik. Oalaaah ini antara kabar bahagia sekaligus sedih. Bahagia masih dapat 3 liter lebih buat 25 rb, sedih buat antrean di belakang yang pasti banyak yang belum siap. Kebayang kan kenapa sampai beli pertalite yang harganya segitu? Ya, karena uangnya cukup buat beli yang paling murah. Itu upaya mensyukuri rezeki Allah dengan cara merasa cukup dengan yang sesuai kemampuan. 

Lalu mulai kebayang, "ongkos ke Bogor naik atau enggak, ya?" Trus, "gimana kalau ongkos ke Bandung naik?" Trus, "berarti ongkos sekolah anak juga naik." Trus, "biaya kebutuhan di rumah pasti otomatis naik. Istriku sudah berusaha maksimal untuk memenej keuangan, kasihan." Dan inilah yang beliau katakan pada saya sepanjang melihat antrean dibelakangnya. 

"Lalu bagaimana Abi meredam perasaan itu?" Tanya saya. Jujurly, saya juga merasakan sesak yang sama.. banyak yang terlintas di benak terutama lintasan kata tanya, "bagaimana caranya ya agar ...?" Saya tidak suka dengan perasaan bingung apalagi karena urusan seperti ini jadi saya akan memilih merencanakan segala sesuatunya di awal agar bisa menjaga kondisi ruhiyah kedepannya.

"Maafkan Abi jika membuatmu kesulitan!"

"Hey apa Abi berpikir ini karena Abi? Kita terluka oleh para pemangku kebijakan, tapi kita tidak akan hancur dengan perasaan terluka seperti itu insyaAllah. Mari kita untuk berjuang bersama, menyiapkan anak-anak kita memasuki era nya yang entah seperti apa itu nanti!" Yang ada di benak saya adalah seperti apa gambaran zaman yang akan dilalui anak-anak dan bagaimana kami mempersiapkan mereka untuk siap menghadapi masa nya itu.

Dampak BBM cukup sampai di ingatan? Tentu tidak. Umar bercerita bahwa ongkos naik angkot sekarang naik dari Rp.3000,- menjadi Rp.4000,-
Well, berarti ongkos sekolah Umar naik 4 ribu per hari. Kok 4 ribu? Karena berangkat ke sekolahnya harus 2 kali berganti angkot dan untuk PP menjadi 4 kali. 4 dikalikan 4000 menjadi 16 ribu ditambah uang saku 4 ribu totalnya menjadi 20 rb 🤭. Anak SMK ini mendapat uang jajannya lebih sedikit dibandingkan adiknya yang duduk di bangku kelas 6 MI.

(Ini untuk satu anak 🤭)

Solusinya adalah kembali naik motor. Karena kalau naik motor mah lumayan irit meski yaa ongkos bensinnya tetap naik. Ya, it's ok lah mau naik motor atau angkot juga nggak apa-apa, Allah nanti yang akan mencukupkan.

Pas ke warung... Uang sekian rupiah yang biasanya cukup untuk membeli sekian bahan makanan sekarang harus dikurangi. 

Allahu A'laa wa Akbar. Jika ada yang mengatakan, "kalau harga-harga pada naik, kurangi pengeluaran atau naikkan penghasilan!" Itu kalimat yang sangat ideal namun realitanya tak semudah itu. Serius, nggak mudah lho mewujudkan kata, "naikkan pendapatan!" Atau, "kurangi pengeluaran!" Saat yang dikeluarkan sudah diminimalisir sejak jauh-jauh hari.

Kenaikan harga kebutuhan pokok, naiknya ongkos sekolah anak dan Ayah nya, naiknya harga jajanan... Pemberian BLT (bantuan langsung tunai) bukanlah solusi yang solutif. Solusi haruslah bertumpu pada inti masalah, bukan mencekoki dengan menjadikan kami laiknya pengemis yang rela antre demi membungkam isi kepala..

Balananjeur, Sabtu, 10 September 2022


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh