Minggu, 11 September 2022

Day 256

Teteh, ummi pernah lewat jembatan itu sambil jalan kaki. Waktu itu tengah malam di bulan Ramadhan, ah tidak bukan tengah malam tapi lewat tengah malam. Saat itu kami hendak menjemputmu dan saat berada di bis kami lupa gank tepat menuju sekolahmu sampai kami menyadari kalau kami kejauhan lalu meminta diturunkan sekitar 200 meter an dari jembatan itu dan setelah itu kami berjalan kaki berdua melewati jembatan. 

Ummi yang takut ketinggian merasakan sesak yang sangat saat melewati jembatan, hari memang gelap tapi lalu lalang kendaraan serta bayangan ummi akan tingginya jembatan membuat keringat dingin bercucuran. 

Ya, ummi sesak disertai keringat dingin yang bercucuran meski Abi menggenggam jemari ummi erat.

Sekian meter berjalan sepanjang jembatan seolah lebih panjang dari itu dan sangat lama,Abi tahu ummi takut ketinggian jadi memeluk pundak ummi sepanjang jalan itu dan meminta ummi menutup mata dan membiarkannya memapah ummi. Ummi bisa berjalan dengan menutup mata,Abi memanfaatkannya untuk mengatasi ketakutan Ummi.

Lewat tengah malam menjelang pertengahan Ramadhan itu, Nak.. kami melewati jembatan itu bersama. Harapan berjumpa denganmu menghalau ketakutan ummi, meski masih ada sesak dan keringat dingin namun harapan memelukmu membuat ummi biidznillah tak kalah dengan rasa takut. 

MasyaAllah, ternyata benar, Nak.. rasa takut atau sakit tidak ada artinya dibandingkan perjumpaan dengan anak-anak. Kami tidak khawatir terguyur hujan atau diterpa terik jika itu untuk kalian.. kami tidak khawatir mendaki ataupun menuruni lembah jika itu untuk kalian. 

Namun anak-anakku, mohon maafkan kekurangan kami yang tidak maksimal membersamai dan berlari untuk kalian. Mohon maafkan atas kekurangan kami yang jalannya senantiasa tertatih untuk kalian, mohon maafkan atas usaha yang tidak maksimal bahkan mungkin tidak jarang membuat kalian memeluk letih karena kami. Mohon maafkan ibu ini, Nak..

Balananjeur, Ahad, 11 September 2022 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh