Senin, 26 September 2022

Dua Puluh Tujuh

Seringkali kita terjebak dalam kata, "khawatir" atau, "kasihan" pada seseorang yang berujung menjadi bahan ghibah kita sendiri. Di awali dengan kalimat, "kasihan dia..." Lalu ditambahkan kalimat pemanis yang isinya penuh bobot gunjingan.

Merasa bertanggung jawab atas perilaku dia, merasa harus terlibat dalam permasalahan dia minimal dengan ...mengobral cerita tentangnya padahal tak ada kaitannya sama sekali dengan semua yang menjadi list perhatian kita. 

"Kasihan si A begini dan begitu." Yang isinya tentang kehidupan pribadi orang lain yang tidak seharusnya membuat kita terlibat didalamnya. Tentang dapur rumah orang yang bukan urusan kita.

Ya, ada hal-hal yang tidak boleh menutup mata atasnya namun tidak semua hal haruslah membuat kita melek dan dipenuhi rasa ingin tahu lalu menggunjingnya tiada henti. Apalagi... sampai lupa urusan diri sendiri,kewajiban diri dan tanggung jawab diri atas hidup yang di jalani.

Sibuk membincangkan sesuatu yang tidak seharusnya diperbincangkan hingga lupa waktu dan mungkin saja tidak bisa tidur karena, "masalahnya sangat berat." Padahal yang diperbincangkan adem ayem, tidur nyenyak, makan lahap dan malah happy-happy saja dapat transferan pahala .. lalu kita terus bergelut memikirkan masalah orang hingga lupa tugas dan tanggung jawab kita sendiri? 

Sayang sekali waktu dihabiskan untuk hal seperti itu, sedangkan jatah usia semakin berkurang dan waktu beranjak menuju detik perpisahan dengan semua dunia tempat kita menyiapkan perbekalan amal untuk pulang ke negeri akhirat.

Katakan "Tidak." Untuk ghibah! 

Balananjeur, Selasa, 27 September 2022

#catatandefa 
#septemberdefa 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh