Saya harus mulai dari mana? Untuk seorang pendiam yang tidak senang ngobrol, agak sulit menjalin silaturahim. Saat ikut Ayah pun saya lebih banyak diam, bagaimana cara saya berkomunikasi dengan orang lain? Banyak bicara akan membuat saya tidak nyaman, Trus bagaimana silaturahim tanpa perlu berkata-kata? Saya bahkan tidak bisa berbasa-basi..
Namun saya tidak ingin bergumul dalam prinsip, "aku nyaman dengan diriku saat ini." Atau, "aku mah emang gini." Karena meyakini bahwa harus selalu ada perubahan sikap setiap harinya. Harus selalu siap memperbaiki diri, jadi tidak boleh memasung diri dengan kalimat, "aku adalah diriku saat ini." Bahkan meski merasa nyaman dengan zona saat ini, nyaman saat tidak banyak interaksi dengan orang lain, saat menjadi diri dengan gambaran saat ini, tetap harus ada peningkatan kualitas setiap waktunya.
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Bukan be your self, tapi be the best of your self. Tidak boleh stagnan di satu titik Trus karena merasa nyaman disana jadi tidak mau bergerak ke titik lainnya, meski jalannya tidak secepat yang lain, tetap saja harus ada pergerakan ke arah yang lebih baik.
Akhirnya saya membuat list perubahan, perbaikan diri yang diharapkan bisa menjadi langkah keshalihan agar menjadi pahala kebaikan untuk orang tua yang tlah tiada. Bukan dengan berhaji atas namanya karena memang tidak ada tuntunannya beribadah atas nama mereka yang tlah tiada, namun salah satunya adalah menjalin silaturahim dengan orang-orang yang beliau cintai semasa hidupnya
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, wa/mang/bi/ki/nek, Abi Dede Fatimah Shalihah putrana mang Yaya." Ini kalimat yang biasa saya ucapkan dikali pertama mengunjungi beberapa saudara dan kerabat juga saudara Ayah. Belum banyak karena keterbatasan yang ada.
Balananjeur, 8 Oktober 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar