Ini hadiah paling istimewa namun kondisi tubuh membuat saya kesulitan bersuara, menggerakkan tangan pun tak mampu.
"Terimakasih untuk berjuang dan bertahan. Aku ada disini, terima kasih untuk kuat." Suara itu kembali menyadarkan setelah tiba-tiba tidak sadarkan diri karena pendarahan. Saya melihat bayi disamping dengan sorot matanya yang bening, bersih, namun terlihat tajam, "dia, seorang cendekiawan muslim." Saya melihat sorot matanya, ia terlihat sebagai seorang pemikir.
Ah, tidak ada sedikitpun pengalaman membersamai bayi kecuali sekilas bersama adik dan keponakan, hari itu berbeda, bayi itu lahir dari rahim sendiri, setiap hari diajak berbicara dan mendengarkan tilawah. Setelah lahir langsung memberikan respon mencari arah suara saat Ayah memanggil namanya, "De Quthb, anakku Muhammad Quthb Al Ayyash." Saya masih ingat dengan jelas binar disertai bening di kelopak mata Ayah saat memanggilnya untuk pertama kali.
Suaranya penuh haru, "Anakku Muhammad Quthb Al Ayyash.." dan tahukah anda apa yang dikatakannya kemudian? "Jadilah presiden yang baik! Be a good president my boy! Jaga ibumu dengan baik ya Nak!" Ah ayah, ia yang tidak memiliki adik dan tidak pernah sekalipun berinteraksi dengan bayi, untuk pertama kalinya mengajak bayi bicara secara langsung.. bahasannya sudah berat saja, dan bayi itu merespon dengan mencari arah suara, menggerakkan tangan menyentuh wajah ayah, gerakan tangan yang sama seperti saat ia masih bersemayam di rahim ibu.
7 April 2003, hari pertama kami menjadi Ayah dan Ibu.. bertemu bayi montok dengan sorot matanya yang teduh namun terlihat tajam, ada sorot mata pemikir disana, persis dengan nama yang sering kami ucapkan setiap kali kami mengajaknya berbincang selama ia terlindung dalam rahim
#catatandefa
#novemberdefa
Balananjeur, Selasa, 1 November 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar