Jumat, 04 November 2022

Lima

Dia bermain mobil-mobilan berwarna putih hijau yang saya belikan sehari sebelum kami merencanakan mengkhitannya. Dia tetap memainkan mobil-mobilannya di bawah ranjang tanpa pernah tahu bahwa sebentar lagi dia akan naik ke ranjang itu dan menangis hingga membuat Bapak yang berdiri di luar ruangan berkali-kali menghapus air mata di pipi.

Itu adalah hari saat kami mengkhitannya saat dia masih baduta yang belum memahami bahwa kami membawanya kesana untuk di khitan.

Hatiku ciut, sungguh kasih sayang tak jarang menghancurkan keimanan hingga lisan basah dengan istighfar, tasbih, tahmid,takbir dan tahlil. Seharusnya cinta tidak boleh meruntuhkan kewajiban dan mengkhitannya adalah kewajiban. 

Saya memeluknya dan melafaz dzikir ditelinganya, itu akan menjadi tangis pertamanya sebagai laki-laki. "Ummi sakit." Kalimatnya terdengar sangat jelas untuk bayi berusia 13 bulan, "ummi.... Ummii... Sakiit." 
Tangisnya baru reda saat proses khitan selesai, dia memeluk Abi yang sejak awal proses duduk disamping saya memegang tangannya.

Abi menggendongnya dengan hati-hati, memberikan selamat dengan caranya, "kamu hebat, Nak." Satu jam kemudian dia mulai turun dari gendongan dan berlarian kesana kemari seolah berada dalam kondisi seperti hari-hari biasa.

Dia berlari mengejar anak ayam milik seorang tetangga lalu pulang dengan tetangga (pemilik ayam) yang membawakan Ayam jago besar yang dihadiahkan tetangga kami ini untuknya, "Ini buat ananda."

Bayi ini kini sudah besar, mengingat kembali masa kecilnya; jejak hidupnya.

#catatandefa 
#oktobe#novemberdefa 

Balananjeur, Sabtu, 5 November 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh