Jumat, 20 Januari 2023

20

Telat sehari mosting ini, eh nulisnya juga siiih. Mikir dulu mau nulis apa. Again? Yah, lagi dan lagi mikir dulu kira-kira mau nulis apa.

Oh iya, tetap cerita kemarin yaa.. biar ada jejaknya.

First, eh yang pertama
Kamis, hari sebelumnya kan kami berangkat ke Kuningan. Qodarullah malamnya langsung leppp tertidur pulas. Jangan tanyakan gimana kabar pinggang dan semua sendi tubuh, karena seperti biasa MasyaAllah sangat sakit. Kalau saya katakan serasa remuk rasanya seperti terlalu di dramatisir ya?! Hee soalnya nggak tahu dan tidak akan pernah tahu rasanya tubuh remuk insyaAllah.
Tapi.. meski terasa remuk tetap saja bisa tidur nyenyak binti pulas, MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi. Sungguh karunia yang besar dari Allah maka cukuplah lisan untuk hanya melafaz tahmid; Alhamdulillah 'alaa kulli haal.

Yang Kedua, pagi harinya bergegas mencuci karpet. MasyaAllah karpetnya sudah penuh debu jadi waktu dicuci teh kotornya luar biasa, airnya sampai hitam. Emang seperti itulah apapun jika dibiarkan dan tidak pernah di cuci, akan kotor dan menghitam. Seperti itu jugalah kondisi hati yang dibiarkan begitu saja dan tidak pernah dibersihkan.. kotor dan menghitam, sama seperti karpet yang saya cuci kemaren. Kalau sudah sangat menghitam dan kotor banget mah nyuci nya jadi harus memakai extra tenaga dan tentunya waktu. Begitupun hati.. dan saya bertanya kepada hati saya sendiri, hati yang letaknya sangat tersembunyi dari jangkau pandang manusia namun Allah maha melihatnya, "wahai hati, apa kabar?" Selftalk (termasuk depptalk) pun mulai memakan lebih banyak waktu.. sesi berbicara dengan diri sendiri memang jauh lebih lama dan terbilang sulit dibanding ngobrol dengan orang lain. 

Sesi ini butuh kejujuran, tentunya saat ngobrol dengan orang lain pun harus jujur. Namun ada yang berbeda di sesi ini, kita bisa mengulik banyak hal untuk nanti menguraikannya agar tidak menjadi hambatan dalam beramal.

Sudah pernah ngobrol dengan diri sendiri? 

Hey ini bukan komunikasi semacam kita ngobrol dengan orang lain yaa! Nggak perlu ada suara, cukup tutup mata dan berdialoglah!

Yang ketiga, 
Sudah dua hari tidak berjumpa Emak. Setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah,saya pun bergegas mengunjungi emak. Jam 9 pagi biasanya emak sedang shalat Dhuha dan sendirian di rumah. Biasanya juga belum makan, hmm emak sarapan makanan ringan di pagi hari dan makan beratnya jam 9 an bahkan kadang lebih dari jam itu. Saya pun membawa pepes ayam agar beliau bisa makan dengan pepes ayam, pepesnya lembut jadi insyaAllah baik bagi lambung beliau.

Dan memang benar, Emak sedang bersiap mendirikan shalat Dhuha saat saya sampai di sana. Saya cium tangan beliau dan katakan padanya bahwa saya dan kang Wawan sedang ingin makan di rumah Emak bersama Emak. Beliau tersenyum senang.. saya tahu dan bisa merasakan bahwa senyum itu adalah senyum bahagia.

Saat ke kamar mandi, seember penuh cucian sedang direndam. Padahal emak sering sakit sendi dan cucian sebanyak itu pasti akan berat bagi sendi nya yang sakit. Ya, disana memang ada mesin cuci namun emak lebih senang mencuci sendiri dengan tangan. Semuanya memang hanya baju emak dan ada sepotong kaus keponakan saya.

"Nyai keun wae ku Emak!" Beliau melarang saat melintas kamar mandi dan melihat saya sedang mencuci.

"Sawios emak, kaleresan Abi nembe uih nyuci janten masih ngaraos resep." Aneh sekali cara jawabnya, ya? Tapi biarlah, karena emak tipe yang jarang ngobrol apalagi bercanda maka saya lebih sering mengajaknya berbincang ringan seperti ini.

Saya pun menceritakan kegitatan sebelum saya bertemu beliau, ini cara saya menghangatkan hati beliau yang pastinya mulai sunyi dengan rasa kehilangan. Ya, saya tahu rasa itu setelah anak-anak saya sendiri bertambah besar.

Sekeresek oleh-oleh kami bawa pulang. Seperti itulah emak, bahkan meski sudah saya ingatkan untuk tidak perlu repot membungkus ini atau itu namun tetap saja tak rela kalau kami pulang dengan tangan kosong. MasyaAllah..

 Empat, berita kematian selalu lah meninggalkan duka. Begitupun kami saat mendapat kabar wafatnya salah satu saudara kami, bibi kami, bi Mimi,hari ini qodarullah dipanggilNya kembali. 

Lima, ini akan jadi cerita yang terkesan  absurd namun saya akan tetap menuliskannya. Khobar sekaligus pengingat bagi saya.

Saat hendak berangkat takziah, saya melihat dari kejauhan sesosok orang yang saya kenal. Sudah lama saya tidak bertegur sapa dengannya.
"Hey Defa, jangan jadi penjahat!" Hahaha... Ini karena saya tidak berusaha menegur orang yang memang tidak mau di tegur dan setelah itu saya berlepas diri dari hal apapun setelahnya. Tentu muamalah adalah hal penting namun kita tidak bisa mengemis sikap orang atas kita. 

Sejak awal saya tidak tahu masalahnya apa, bahkan meski sudah dikerahkan sekuat pikiran untuk memikirkan what happened sih sebenarnya, tak juga ditemukan jawabannya dan akhirnya saya menyerah and said, " ya Allah, hamba sudah berusaha." 
Yang menjadi masalah adalah sikapnya itu memang selalu seperti itu. Tanpa pernah tahu masalah ataupun alasannya sering tiba-tiba seperti itu dan saya mulai tidak mau berurusan dengan hal seperti itu jadi akhirnya yaa sudah abaikan saja.

And here it is cerita kemarin. Sudah pada tahu kaan kalau saya mengurus beberapa ayam? Hee.. ini sudah saya posting dalam beberapa catatan sebelumnya.

Kembali ke...bukan laptop. Well, saya melihatnya dari kejauhan. Buat saya sendiri tak ada masaln jika berpapasan meski saya memilih tidak menyapa karena beberapa kali menyapa pun tidak mendapat jawaban, jadi daripada mengundang rasa tidak nyaman yang bisa tiba-tiba hadir akhirnya saya putuskan untuk tidak menyapa namun tetap berusaha menjaga hati agar tetap dalam kendali yang baik.

Saat melewati rumah, beliau masih di pintu masuk rumah. Hmm menurut perhitungan sih harusnya sudah berada di dalam rumah, tapi mungkin ada sesuatu yang ingin disampaikan tapi tidak bisa langsung menyampaikan, "Da Ceuk Mamah Oge mun Aya Hayam teh tinggang, baledog nepika paeh."  Wait, kok rasanya itu kalimat yang disengaja agar saya dengar? Hahaha..bukan tanpa alasan, ini karena saya tahu bagaimana dia. Tapi sayangnya ini terasa lucu karena ayam yang bertandang kesana itu bukan ayam kami 😂

Banyak orang yang menganggap ayam-ayam itu sebagai ayam kami padahal ayam kami mainnya hanya sampai dekat tambak ikan mah Dede.

Suatu saat kisah ini boleh jadi akan dibaca oleh yang bersangkutan. Percayalah, saya tidak marah... Namun saya membuat surat tersendiri agar kelak dibaca. Nanti saya post dalam catatn tersendiri.

Enam, finally kang Wawan ngajak main ke rumah tetehnya. Bagi saya teteh kang Wawan itu yaa teteh saya da memang harusnya seperti itu.
Saya menyayanginya, tak jauh beda dengan sayangnya kang Wawan pada kakaknya atau saya pada kakak-kakak saya. 

Alhamdulillah biidznillah kami sampai di rumah teteh sekitar jam 1 an lebih. Dan cerita untuk hari ke-20 pun saya akhiri dulu karena saya sudah tidak tahu harus menulis apa.

Balananjeur, Jum'at, 20 Januari 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh