Minggu, 12 Februari 2023

43

Ada perbedaan pengelolaan waktu saat anak-anak masih kecil dan sekarang, nggak?

jawabannya sebenarnya tidak jauh berbeda antara waktu anak-anak masih kecil dengan saat mereka sudah besar. Bedanya hanya:
1. waktu anak-anak masih kecil mah mengerjakan apapun sambil momong anak: nyuci sambil gendong, masak sambil gendong, shalat pun sambil gendong, kecuali mandi mah saya nggak bisa bawa anak. Saya tidak nyaman membuka aurat meskipun mereka masih bayi.. 
Naah fleksibel terutama saat ini, kalau anak sedang sangat membutuhkan saya maka saya menunda dulu jam mandi sampai dia bisa ditinggal. 
eits, saya tidak menyarankan untuk jadi ibu yang tidak mandi yaaa! Hanya menunda jadwalnya sampai anak siap ditinggalkan.
Trus untuk hal-hal lainnya mah tetap berjalan kecuali... Hmm kadang anak teh kan nangis kalau diajak aktivitas meskipun dia aman dalam gendongan kita. Saat itu misal dia pengennya kita duduk aja main sama dia..naaah, saat itulah saya melepaskan semua pekerjaan apapun baik nyuci, masak, opsih and etc untuk menemani dia sambil diberikan pengertian kepadanya, "Nak, temani ummi nyuci ya! Cucian ummi hari ini sangat banyak, kalau ditinggal terlalu lama khawatirnya nanti bau dan nggak bersih. Allah suka dengan orang-orang yang bersih." Yaah pinter-pinternya ibu ngajak ngobrol kayak gimana soalnya saya bukan tipe ibu yang pandai komunikasi bahasa bayi jadi cenderung serius meski sama bayi (waktu itumah gitu). 

Of course bayi mah mana ngerti apa itu nyuci, tapi itung-itung latihan berkomunikasi dengan anak jadi banyak-banyaklah ngobrol dengan balita nggemesin itu.

2. Perbedaan kedua adalah.. waktu anak-anak masih kecil mah kita kan masih belajar, baru banget jadi pelajar di rumah tangga. Yaaah siswa dan siswi baru yang baru masuk kelas dan nggak ngerti apa-apa. Butuh bimbingan sekaligus pengertian dari lingkungan, istilahnyamah support system yang baik agar proses belajarnya nggak bikin tersendat atau malah layu sebelum pernah berkembang.

Bener-bener kayak naik roller coaster deh. Belajar memanage ini dan itu sambil belajar saling kenal satu sama lain. Maklumlah satu tahun nikah langsung dikasih amanah momongan, dan terus berlanjut selang 2 tahun. Adaptasi masih berlangsung eh udah harus adaptasi dengan keadaan baru; jadi istri and suami sekaligus ibu dan ayah. 

Mulai dari list aktivitas yang seringnya hanya tercatat dalam planner tanpa benar-benar dijalankan, nangis karena merasa semuanya tidak sesuai rencana, sampai fase emosional merasa gagal pun pernah. Hidup jauh dari keluarga dan family, tetangga dekatpun berjarak sekitar 150 meter an dari rumah dan itupun diluar gerbang... Bener-bener kayak terisolir dari dunia banget pokoknya.

Mulai jatuh bangun biar fokus pada rel yang diazzamkan hingga mencapai tujuan, tapi ternyata tidak mudah apalagi salah satu dari kami belum ada yang mau menurunkan ego, "aku maunya begini." Kalimat itu masih jadi argumentasi paling apik yang mudah diucapkan.

Rencana tersusun dan sangat ideal; bangun jam berapa, mandi, masak, opsih, mandiin anak, baca buku, nulis, silaturahim, Dhuha, dll... Semuanya tersusun rapi dalam buku agenda. Rapi banget, seolah semuanya akan terlaksana namun nyatanya...jreng jreng jreng jreng: anak-anak rewel, rumah yang berantakan dan nggak pernah rapi. Setiap dirapikan, berantakan lagi dan lagi. Allahu Akbar, baru aja mulai takbiratul ihram anak nangis entah karena pengen pup, berantem, pengen makan, gerah .. pokoknya selalu ada why nya.
Baru aja megang pensil (waktu itu belum kenal nulis di blog 🤭) anak-anak udah ada yang nangis lah, minta ini lah, pengen nulis lah, pokoknya macam-macam deh. 
Ibu nggak punya waktu untuk dengan tenang menunaikan tugas dan agendanya tanpa anak. Itulah kemudian yang saya pelajari dan saya mulai mengatur cara agar semuanya bisa dilakukan dengan anak ada dalam semua agenda kegiatan saya. 

Berat siih, tapi mendingan berat nyuci bareng anak-anak daripada cucian nggak kelar-kelar karena anak heboh dan rewel. Anak-anak biasanya happy diikut sertakan dalam aktivitas ibunya. Please jangan bilang, "nanti anaknya kedinginan!" Atau, "emang anaknya rewel terus?", Atau, "kenapa nggak dititipkan saja!" Karena setiap orang memiliki ceritanya dan saya tidak sedang bercerita teori namun sedikit pengalaman.

Saya harus menjaga kewarasan dan juga aktivitas ruhiyah saya, sesibuk apapun menjadi ibu tidak boleh ada alasan, "saya tidak bisa melakukan apapun." Atau, "semuanya berantakan." Seperti sebelumnya.. bismillah, saya mulai belajar lagi.

Alhamdulillah meski proses belajarnya lama dan tidak jarang kalau sekolahmah mungkin bakalan dapat nilai minus namun pada akhirnya biidznillah bisa menuntaskan satu demi satu yang direncanakan. Meski banyak rencana yang hanya sekedar rencana alias nggak kesampaian, saya tidak menyesal karena sudah merencanakan dan itu lebih baik daripada tidak memiliki perencanaan sama sekali.

Well, perbedaannya tidak banyak kan? Yes, hanya sedikit. Meski baru 2 poin ini yang saya ceritakan tapi kebayang kan kalau sesuatu yang anda lihat dan membuat anda berkomentar, "dia pinter menej waktu." Ternyata tidak sepintar itu. Dia hanya menyembunyikan kerepotannya dan sedang belajar dikelas yang lama. Hee..

Barakallahu Lana wa lakum.

Balananjeur, Ahad, 12 February 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh