"Hafal lirik roman picisan?" Tanyaku sedikit penasaran
"Sedikit." Jawabmu ragu
"Nggak mungkin cuma sedikit. Itu lagu favoritmu." Cecarku
"Tatap matamu bagai busur panah
Yang kau lepaskan ke jantung hatiku
Meski kau simpan cintamu masih
Tetap nafasmu wangi hiasi suasana
Saat kukecup manis bibirmu."
"Berhenti disana!"
"Kenapa? Aku kayaknya mulai ingat lirik lagu nya."
"Aku hanya butuh kata kecup.. aku ingin menuliskan puisi tentang kecup tapi sama sekali tidak punya ide untuk itu
Semua kata seolah tak tersisa di kepala setelah kadar hemoglobin darahku turun."
Ah @pe.pe.ce ini bagaimana, tantangannya semakin membuatku harus menguras otak saja
Rasanya aku ingin mengibarkan bendera putih dan mengatakan, "aku menyerah."
Tapi, hanya karena kata kecup harus menyerah? Tidak, itu bukan aku
Menyerah bukan untuk aku, sisi hatiku yang lain bergemuruh
Meski tidak terpikir membuat puisi ataupun senandika dengan tema kecup, aku hanya harus menulis dulu
Tidak perlu memikirkan apapun apalagi sampai menyerah dan..kalah
Oh tidak, aku tidak suka kata kalah karena menyerah
Tidak peduli seperti apapun aku
Hanya karena bingung membubuhkan kata kecup saja tidak harus membuat bendera putih berkibar dan menjadikanku sebagai pecundang yang kalah sebelum berperang
Oh apa pula ini? Dewa 19? Kecup? Hemoglobin? Perang?
Kenapa semakin banyak kata tersemat di kepala
Sedang aku, butuh oksigen untuk membuat fokusku kembali
Baiklah, kecup. Cukup? Ya, cukup itu saja
Tidak sulit bukan? Kecup. Ya, kecup
Aku sudah menyelesaikan misi menuliskan kata kecup dan berhenti berpikir tentang menyerah
Sudahi dulu ingatan itu
Biar saja ku tuliskan kata kecup ; kecup bantal, kecup lipstik, ah ya aku ingat anak-anakku senang sekali saat ku kecup keningnya begitupun aku yang selalu berbahagia saat dihembuskan doa dalam kening di pagi hari ku
Kecup, kecup, kecup...
Ah, sudahlah
Tasikmalaya, 7 Juni 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar