Minggu, 24 September 2023

Tiga Minggu yang Luar Biasa

Awalnya ingin menulis perbagian tapi khawatir tidak tuntas jadi akhirnya dituliskan saja keseluruhannya di sini.

Minggu Pertama

Hari Rabu masih awal September pulang dari sekolahnya jam 5 lebih 15 menit, langsung berangkat menuju kajian di rumah Bu Enur. Sampai ke rumah Bu Enur teh langsung nangis di peluk Bu Enur, saya bingung nangis kenapa atau karena apa. Pokoknya pengen nangis aja. Dibikinin teh manis panas trus ngobrol banyak sama beliau di ruang tamu saat yang lain masih kajian. 

Bu Hj Uun mendekati dan memeluk lalu kami ngobrol bertiga, saya ditanya perihal yang membuat saya menangis. Ah saya tidak berniat menuliskan alasannya di sini 😁 meski sebenarnya saya juga cukup bingung, apa sih yang membuat saya menangis. Trus diuraikan sebab terdekat yang boleh jadi mungkin itulah alasan tangis saya. Hmm agak sangsi juga sih dengan alasan itu, tapi saya butuh sharing juga terkait itu jadi yaa akhirnya itulah yang kemudian kami bahas. 

Tuntas satu persoalan, sebenarnya menangis yang membuat saya merasa ngemplong. Lalu lanjut shalat Maghrib berjamaah, kajian , makan dan rapat pra musycab. Waktu mau rapat teh udah kerasa ada yang nggak nyaman di tubuh. Well, saya paham banget dengan alarm tubuh saya sendiri. Saya merasa akan drop again.. akhirnya bukannya ikut rapat malah ketiduran di paha nya kang Wawan 😂 emang niat banget ya tidur di sana, soalnya udah ngantuk berat sama itulah tempat ternyaman buat tidur kalau nggak ada bantal.

Sepanjang perjalanan sudah tidak bisa berkomunikasi dengan kang Wawan meskipun beliau berulang kali bertanya ini dan itu, saya hanya diam karena otak sudah mulai unconnected, nglag aja. Sampai kang Wawan berpikir kalau saya sedang marah padahal saya sedang tidak marah, hanya saja saya terlambat menyadari kalau tubuh teh sudah ngasih alarm buat diam dulu sejak beberapa hari sebelumnya namun saya keukeuh merasa ah ini mah nggak bakalan lama.

Pulang ke rumah dengan kondisi tenaga seolah terkuras habis, langsung ambruk pas depan pintu kamar teh lanjut ngesot ke tempat tidur dan lep puleees banget. 

Besoknya otak sudah mulai connect lagi tapi tubuh terasa remuk dan sakit, tidak lupa memar di dada dan kaki kiri yang kalau di sentuh teh sakit banget. Saya pun katakan pada kang Wawan bahwa hari itu tidak bisa berangkat ke sekolah karena tidak kuat. Mual muntah kayak morning sickness Weh, lemas sangat. Dan entah kenapa setiap kali saya sakit, ponsel saya pun ikut-ikutan mati 😂

Saya pikir hanya akan tumbang satu hari, subhanallah ternyata sampai Minggu selanjutnya masih harus menjadi rebaher yang manis karena gejala sakitnya yang bertambah aktif.

Minggu ke-dua

Masih struggling dengan kisah yang sama. Alhamdulillah kang Wawan sangat aware dan help me banyak hal, mulai dari mencuci, menjemur, mengangkat jemuran dan menyiapkan makanan buat saya yang sedang kesulitan bahkan untuk memenuhi hajat sendiri. 

Minggu ke-tiga

Hari Senin sampai Rabu sudah mulai bisa berangkat ke Sekolah, tapi hari Rabu teh sudah mulai ada gejala lagi. Gejala apa? Yaah seperti biasa, tubuh yang terasa remuk, dada yang sakit dan sesak. MasyaAllah luar biasa nya Allah mengingatkan. Saya seperti sedang diingatkan bahwa sebaik apapun kita saat merencanakan sesuatu. Ada yang jauh lebih berkuasa membuatnya terwujud ataukah tidak, dialah Allah yang Maha berkehendak.

Qodarullah wamaa syafa'ala de Olin demam tinggi, kami membawanya ke rumah untuk merawatnya. Pasien merawat pasien? Yups, bagi seorang ibu, itu adalah hal yang biasa. Yaah biasa terjadi maksudnya. Dan maha baiknya Allah, biasanya tubuh ibu merespon dengan tidak lagi merasakan sakit saat anak dirasakan sedang membutuhkannya.

Kami membawa de Olin ke dokter Wildan, subhanallah panasnya sampai 39 derajat. Saya sendiri diperiksa, pantas saja kleyengan soalnya tekanan darahnya rendah banget, dibawah normal.

Drama Minum Obat 

Oh wait, de Olin kan nggak bisa minum obat.. sampai lupa request obat sirup buat Ade. Sejak kecil dia memang nggak makan obat, maksud saya bahkan saat sakit pun nggak pernah sampai minum obat.

Pernah ketika masih kecil, sekitar usia 3 tahun an auto kabur ke rumah mamah karena saya mau meminumkan madu Syamil untuknya. Hanya karena dia tahu madu itu untuk obatnya jadi dia langsung lari, karena hari sudah malam diapun kembali ke rumah lalu berlindung dibalik punggung tetehnya untuk menghindari minum obat.

So, how with hari ini? Tiba-tiba saya merasa beruntung pernah punya cita-cita jadi dokter 😂 jadi bisa lebih tenang saat harus merawat pasien teh. Hmm apa hubungannya ya? 🤭🤔 Nggak ada sih, hanya ingin menulis saja. Eh tapi ternyata punya cita-cita saja tidak terlalu berpengaruh, saya tetap kesulitan membuat ananda mau minum obat. Meski sudah dijadikan puyer dibuat ini dan itu, dia tetap kesulitan minum obat. Well, nyerah dong? No, menyerah itu bukan aku. Hee ini slogannya teh Pipit ya 😁 but really, menyerah itu bukan aku. Kalau dia nggak bisa minum obat yang diresepkan dokter maka saya harus berikhtiar dengan apa yang kira-kira familiar buat dia. Akhirnya diputuskanlah air kelapa mudah sebagai bentuk ikhtiar kita.

Finally, inilah obatnya. Laa Haula Walaa quwwata illa Billah, nanti Allah yang bantu sehatkan kembali. Alhamdulillah de Olin mau minum air kelapa muda.

Tampek

Ruam merah muncul di seluruh tubuhnya tanpa terkecuali. Apa yang dirasakan ibu? Sedih of course. Tapi naluriyah tidak boleh mengalahkan tugas ikhtiar. Maka bismillahirrahmanirrahim, Allah sedang memberikan saya tugas ini.

Penanganan

1. Istirahat yang banyak
2. Minum air dewegan, minum yang banyak


MasyaAllah pisan, it's very struggling and makes me sure that buat Allah nggak ada yang nggak mungkin. Allah sedang mengingatkan saya bahwa sematang apapun rencana tidak akan terjadi tanpa kehendak Allah. Kita hanya punya tugas untuk berdoa, berusaha dan pasrah. MasyaAllah, ternyata pasrah pada ketentuan Allah pun benar-benar bagian dari tugas kita

Balananjeur, Senin, 25 September 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh