Beberapa tahun yang lalu masih ada tangisan itu
Tangis sesal atas semua yang tlah berlalu
Seolah semuanya salah, tak ada yang benar
Seolah semuanya gagal, tak ada yang berhasil
Bukan kata orang karena aku tidak terlalu memusingkan kata orang
Tapi rasaku sendiri kala kulihat mereka yang dulu kutimang bertumbuh semakin besar lalu aku bertanya pada diriku sendiri, "kemana saja aku selama ini?" Seolah tiada satupun yang ku lakukan
Seolah aku tidak melakukan apa-apa
Dimana aku saat itu?
Kemana aku saat itu?
Hingga kemudian tanya berubah, "sudahkah aku bersyukur?" Dan aku menangis keras karena tanya yang menutup semua tanya lainnya
Ya, sudahkah aku bersyukur?
Baiklah,
Aku tidak perlu berterima kasih pada diri sendiri karena kesannya jadi nghalu seolah minta apresiasi padahal tetap saja bukan karena aku saat selesai semua fase itu, aku itu lemah dan memang begitulah yang ku akui
Aku tidak bisa apa-apa hingga Allah bantu melakukan segala yang harus dilakukan
Aku lemah hingga Allah bantu kuatkan
Aku banyak mengeluh hingga Allah bantu lapangkan
Aku tak punya kuasa apapun atas diriku sendiri dan anak-anak yang kulahirkan dan semua yang berlaku karena ada Allah sang pengatur terbaik, DIA yang maha berkuasa dan berkehendak atas segala sesuatu.
Kun kata Allah, fayakun yang kemudian terjadi. Begitupun dengan diri dan segala kelemahanku
Aku tidak sedang mengucapkan terimakasih pada diriku sendiri saat kemudian aku melihat dengan kacamata lain, bahwa semua yang sudah berlalu adalah proses penggemblengan diri.. tarbiyah sekaligus pengalaman baik yang mendidik jiwaku serta anak-anakku. Lalu kemudian itulah yang kusyukuri, terimakasihku kepada Allah yang telah memberikan senyum serta air mata pendewasaan di setiap fase nya.
Ya, aku menerima semuanya dengan kesyukuran. Ikrarku yang kuazzamkan.
#catatandefa
Balananjeur, 19 Desember 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar