Masih, eh kembali tentang nyari kost an buat teteh..
Sebelumnya saya mengapresiasi diri dulu atas pilihan mendahulukan kepentingan anak di atas kepentingan sendiri. Why? Sebelum Ramadhan kemarin saya pernah bercerita, tentang buku selanjutnya yang akan di beli.. Saya memasukkannya dalam prioritas sebagaimana prioritas utama lainnya. Sebanyak kebutuhan sekalipun, bagi saya buku tetap masuk prioritas utama. Meski terkadang saya lupa bahwa ada hal-hal lain yang juga harus didahulukan (kalimat ini sekaligus menguatkan diri sendiri 🤭).
Dua buku yang akan di beli itu harganya 280 ribu termasuk ongkir, buku tentang pendidikan yang kemudian saya simpan kembali di dalam catatan harian untuk dimasukkan dalam booklist selanjutnya saat semua di rasa sudah tenang. Kebutuhan berkurang, eh bukan benar-benar berkurang namun sudah ada yang dingin lagi. Dingin yang super dingin.. Kehilangan kemarin membuat kami harus memenej lagi keuangan, jadi membuat skala prioritas harus dilakukan.
"Bukunya nggak jadi sekarang, uangnya buat DP kost an saja dulu.. " Biasanya kalau tentang buku, saya akan merasa berat mengatakannya. Padahal buku di rumah sudah sangat banyak dan menumpuk tapi selalu saja ada buku baru yang menari-nari di pelupuk mata, entah di dapat dengan mengikuti giveaway atau menabung, biasanya saya merasa sudah mengusahakan sendiri tanpa merogoh post lainnya. Astaghfirullah'al adziim, padahal pastinya bukan karena usaha dan boleh jadi ada hal lain yang tetap harus saya utamakan.. Terutama saat-saat ini.
Kali ini, tidak ada perasaan berat 'melepaskan', namun justru terasa lapang, hingga terasa ada yang hangat di dasar hati, "apakah ini yang dirasakan ibu saat mendahulukan anaknya?" Bukan berarti selama ini saya menomorsekiankan anak yaaa 😅.
"Ummi tidak apa-apa?" Pertanyaan akang ini tentu bukan tanpa alasan, selama sekian lama jalan mendapatkan buku baru seolah sangat mulus namun kali ini di pending saat bisa saja bersikeras membelinya.
"Sure i am ok." Yups, saya benar-benar merasa baik-baik saja.
Well, hunting kost an lagi.. Eh sudah dapat Alhamdulillah. Hari kesekian nyari kost an, MasyaAllah biidznillah itumah rizkuminallah banget.. Saat kami bersiap buat pulang dan meneruskan pencarian keesokan harinya, kami berpapasan dengan seorang pemuda di bibir gank yang kami tuju.
"Pak, sedang mencari kost an buat putri?" Sedetail itu, cara Allah memberikan sesuatu terkadang penuh kejutan.
"Iya A, kami mencari kost an yang khusus putri.. " Terlihat binar harapan di mata ayah.
"Kalau berkenan, di sini tersedia satu kamar lagi kost an putri. Tapi yang tersedia nya tinggal di lantai 1." MasyaAllah laa haula walaa quwwata illaa billah, maha baik Allah dengan segala rencanaNya. Kost an yang dimaksud pun ternyata tepat didepan kami.. Kost an yang luput dari pandangan, mungkin karena terburu-buru mengejar waktu yang sudah mulai gelap.
Kesan pertama mulai dari cara anak lelaki berbicara kepada kami, santun. Kami pikir dia anak pemilik kost an ini, karena semua penghuni kost sedang libur jadi yang paling mungkin memiliki akses masuk rumah pastilah antara pemilik kost an atau penjaganya. Ternyata memang benar, dia anak pemilik kost an yang qodarullah sedang lewat.. Inimah rizkuminallah banget. Saat saya kelelahan dan merasa belum menemukan tempat yang dirasakan paling tepat untuk ananda, seolah nashrullah dengan skenario ini. Pas membelokkan motor beesiap pulang, ketemu anak yang baru menghentikan motor di bibir gank, tepat di depan rumah yang InsyaAllah menjadi bakal calon kost an teteh nanti. Eh sudah bukan bakal calon lagi, tapi sudah jadi calon karena sudah ada akad dan DP nya.
Ya, kesan pertama yang membuat saya mendapat keyakinan, "di sini deh bi." Adalah dari cara anak lelaki yang ternyata anak pemilik kost an itu bertutur, santun. Hmm sudah tahu kaan kalau saya senang dengan orang yang santun? Bahkan saat bermuamalah misal jajan makanan ringan sekalipun, tempat yang akan saya kunjungi berulang kali adalah yang penjualnya santun.
Lanjut melihat-lihat kost an. Mari saya ajak melihat kondisi mulai dari gerbang. Oh iya, saya membayangkan bagaimana teteh nanti berjalan kaki ke kampus dari kost an ini. Tentu saja jarak pun masuk kriteria, harapannya sih dapat ditempuh dengan jalan kaki (hey, budget tetap masuk perhitungan 😅). Kami perkirakan jarak dari kost an ke gedung kelas teteh mungkin akan memakan waktu 5 menit an jika ditempuh dengan jalan agak santai, kalau jalannya seperti saya mungkin 3 menit juga sampai. Artinya, teteh tidak akan terlalu lelah saat pulang atau pergi ke kampus. Tidak terlalu kerepotan saat hujan atau di kejar kegiatan ukm. Bisa cepat-cepat pulang setelah selesai kuliah.. Ah banyak sekali yang ibu bayangkan.
Ya, sekarang memang sudah zamannya gofood, tapi kami harus memastikan akses warung atau toko tidak terlalu jauh. Jaga-jaga kalau teteh membutuhkan sesuatu yang harus di beli dengan segera.
Jarak, akses warung atau toko, aman Alhamdulillah.
Keamanan? Gerbangnya di kunci dengan baik.. Suasana pun sangat terasa nyaman. Ini yang saya rasakan saat masuk halaman.. Terasa ada perhatian dari pemilik kost an dengan kehadiran aneka tanaman pot di teras rumah, pagar yang terkunci, halaman yang bersih, sticker doa di kaca, lantai teras serta kaca yang bersih.. Padahal rumah saya sendiri pun jarang kali dibersihkan, eh seneng menilai rumah orang 😂 inimah khusushon karena lagi milih kost an aja, aslinya saya tidak menilai rumah orang, kok.. Kami memiliki kesempatan untuk memilah di mana anak kami tinggal selama setahun atau mungkin tiga tahun kemudian, kan? Tentu saja kriterianya harus seketat mungkin..
Ada sticker rumah qur'an di sana, atau keutamaan menghapal qur'an. Saya kembali berucap pelan pada Akang tentang keyakinan saya untuk memilih kost an ini. Seperti yang saya ceritakan pada postingan sebelumnya, kalaupun ternyata kami harus mencari kost an lain karena yang ini budgetnya di atas kemampuan kami, maka kost an ini tetap masuk prioritas di saat kami sudah mentok nggak dapat kost an sesuai kriteria (kriteria saya 😅). Ini teh yang nyari kost an nya ibu atau anak? Tentu saja orang tua buat anaknya.. Lagi-lagi kami berpegang pada prinsip, "kami punya kesempatan dan berhak untuk memilih."
Saya lanjutkan ceritanya nanti, yaaa... InsyaAllah.
Balananjeur, 14 April 2025
Selasa, 15 April 2025
Minggu, 13 April 2025
Belanja ?
Dulu kalau mikir mau beli sesuatu di luar kebutuhan anak teh mikirnya lamaaaaa banget, sampai akhirnya eh seringnya nggak jadi beli dan lupa. Namun rupanya hanya di pending saja sama Allah untuk diberikan di hari yang tidak terduga. Misal, kami merencanakan membeli komputer untuk menulis di awal pernikahan, namun Allah berkehendak memberikannya dalam bentuk lainnya, dari arah yang tidak terduga. Melalui seorang teman yang mengirimkan laptop, saat kami lupa bahwa kami pernah melangitkan sesuatu yang bernama komputer.
MasyaAllah hadza min fadhli Rabbi..
Kami juga pernah membahas membeli kendaraan roda dua di awal pernikahan, tidak apa meskipun second. Qodarullah Allah berikan di waktu yang tepat, dengan kendaraan roda dua baru, saat kami sedang sangat membutuhkannya. Meski hari itu harus dengan cara mencicil di bantu kakak saya, kami mensyukuri hari-hari itu InsyaAllah.
Allah memang tahu saat dan cara paling tepat. Jadi berhentilah mengeluhkan hidup karena Allah yang Maha Rahman pasti menyiapkan banyak kebaikan dalam setiap scene yang harus dilalui.
Oh iya, dulu mah kan mikirnya lama banget sampai seringnya nggak jadi beli trus lupa kalau pernah mau beli. Nah kalau sekarang bagaimana? Hmm masih sama, siih.. Masih sering mikir, "ini beneran butu atau cuma pengen saja?" Apalagi sekedar memenuhi gengsi mah seringnya tidak jadi, karena hidup yang dijalani bukan untuk memuaskan syahwat ataupun mempertontonkan gengsi saat sesuatu yang bernama sulit atau mudah tetaplah kita yang jalani.
Nah.. Termasuk lemari rotan sintetis yang kayaknya kecil ini. Ini sudah nangkring cukup lama di keranjang ceu ophee. Lamaa sekali, hingga suatu hari melihat tumpukan map di lemari berkas di kamar yang bertambah penuh. Di tambah suka nyimpan beberapa buku yang sedang di baca, daaan kadang mengalihkan televisi ke kamar saat sedang kesulitan bergerak karrna sakit, misal.. Trus Aa ngasih kode untuk membayarkan apapun yang sedang ingin di beli umminya 😁 maka pilihannya adalah bufet yang sepertinya kecil ini. Harga pastilah sesuai kualitas, minimal ukuran..
Alhamdulilahilladzii bini'matihii tatimmushshaalihaat atas setiap kesempatan yang Allah berikan.
Balananjeur, 13 April 2025
MasyaAllah hadza min fadhli Rabbi..
Kami juga pernah membahas membeli kendaraan roda dua di awal pernikahan, tidak apa meskipun second. Qodarullah Allah berikan di waktu yang tepat, dengan kendaraan roda dua baru, saat kami sedang sangat membutuhkannya. Meski hari itu harus dengan cara mencicil di bantu kakak saya, kami mensyukuri hari-hari itu InsyaAllah.
Allah memang tahu saat dan cara paling tepat. Jadi berhentilah mengeluhkan hidup karena Allah yang Maha Rahman pasti menyiapkan banyak kebaikan dalam setiap scene yang harus dilalui.
Oh iya, dulu mah kan mikirnya lama banget sampai seringnya nggak jadi beli trus lupa kalau pernah mau beli. Nah kalau sekarang bagaimana? Hmm masih sama, siih.. Masih sering mikir, "ini beneran butu atau cuma pengen saja?" Apalagi sekedar memenuhi gengsi mah seringnya tidak jadi, karena hidup yang dijalani bukan untuk memuaskan syahwat ataupun mempertontonkan gengsi saat sesuatu yang bernama sulit atau mudah tetaplah kita yang jalani.
Nah.. Termasuk lemari rotan sintetis yang kayaknya kecil ini. Ini sudah nangkring cukup lama di keranjang ceu ophee. Lamaa sekali, hingga suatu hari melihat tumpukan map di lemari berkas di kamar yang bertambah penuh. Di tambah suka nyimpan beberapa buku yang sedang di baca, daaan kadang mengalihkan televisi ke kamar saat sedang kesulitan bergerak karrna sakit, misal.. Trus Aa ngasih kode untuk membayarkan apapun yang sedang ingin di beli umminya 😁 maka pilihannya adalah bufet yang sepertinya kecil ini. Harga pastilah sesuai kualitas, minimal ukuran..
Alhamdulilahilladzii bini'matihii tatimmushshaalihaat atas setiap kesempatan yang Allah berikan.
Balananjeur, 13 April 2025
Hunting Kost an (2)
Hari itu kami survey beberapa tempat di sekitar kampus :
1. Di sekitar SMP sepertinya agak sepi, tapi mungkin karena masih pada libur jadi kelihatan sepi. Di sana ada beberapa rumah yang mau dikontrak kan.. Untuk saat ini, apalagi teteh belum punya teman di sini, kayaknya ngontrak rumah mah belum masuk rencana.
2. Kost an khusus putri di sekitar kampus pertama di hari ke-3 itu, qodarullah tidak ada jawaban setelah beberapa kali kami mengetuk pintu. Sepertinya penjaga atau mungkin pemilik kost an atau mungkin salah satu penghuni kost sedang ada di sana, terbukti dengan pintu rumah yang terbuka dan ada motor serta sandal di depan rumah.
3. Kost an ke-2 terlihat bersih tapi sepi. Yaa lagi-lagi pastinya sedang pada libur. Kami memutuskan menulis no HP yang tertera di plang untuk kami hubungi setelah sampai di rumah nanti
4. Kost an kesekian, terlihat sese teteh sedang duduk di teras. Kost an juga tampak agak ramai, mungkin beberapa mahasiswi sudah kembali ke kost an. Atau mungkin juga mereka yang bekerja di sekitar sini. Saya tidak sempat bertanya dan tidak ada niat untuk bertanya. Yang pasti kost an itu saya skip karena alasan tertentu. Mungkin suatu saat akan saya ceritakan alasannya, tapi tidak sekarang..
5. Kost an selanjutnya lumayan besar, nyaman, ada cctv juga, saya tidak sempat bertanya apakah penjaganya tinggal di sana ataukah tidak karena merasa kost an ini pun kurang pas buat teteh. Jadi pertanyaan pun di skip untuk ditanyakan ke calon kost an yang lain..
6. Kost an kesekian.. Nyaman, sudah komplit juga seperti kost an lainnya yang sempat kami survey. Penjaganya juga ada di sana, maksudnya tinggal di sana, ada cctv.. Tapi harganya diluar kemampuan kami. Oh iya, di sini harga kost an rata-rata 600 sampai 1 jt perbulan, qodarullah nya setiap yang kami kunjungi harus diambil pertahun. Tentang biaya kost an di sekitar kampus akan saya tuliskan di blog, InsyaAllah. Siapa tahu bermanfaat untuk yang lain yang sedang mencari kost an di sini..
7. Yang selanjutnya, katanya inimah cukup murah.. Kata ibu-ibu di sekitar sini sih begitu. Wifi, kasur, KM, semuanya sudah ready di dalam.. Biayanya katanya bisa di tawar, ada yang bilang 550 juga bisa. Kami diantar seseibu yang bukan penjaga kost an untuk melihat kost an. Bagaimana saya tahu ibu itu bukan penjaga kost an? Yah atuh dari informasi ibu tersebut. Saat masuk ke kost an, saya merasa tidak nyaman karena saya dan ibu tersebut bisa dengan leluasa masuk ke dalam.. Bagaimana bisa? Ya, gerbang kost nya tidak di kunci. Saya memutuskan tidak banyak mencari informasi tentang kost an ini sejak awal saya bisa masuk..
Hal lainnya karena tidak ada dapur dan tempat jemurannya juga hanya di lorong, tidak ada area hijau, tidak ada penjaga.. Informasi yang saya dapat memang sangat minim, namun yaa gitu saya tidak akan mencari informasi lebih detail untuk sesuatu yang tidak akan saya pilih. Hmm..
8. Kost an kesekian yaitu kost an yang akhirnya kami booking dan langsung membuat saya bilang ke kang Wawan, "di sini ya Bi." Seyakin itu? Padahal baru masuk pekarangan.. Yang pertama, seseakang yang bertanya seperti yang sudah saya ceritakan di awal, bertanya dengan ramah.. Oh oke, saya selalu menyukai keramahan dan orang-orang yang ramah. Saya melihat baik pekerti dari akang yang saya perkirakan anak pemilik kost an dan ternyata memang anak pemilik kost an itu. Yang kedua, gerbangnya terkunci.. Artinya pemilik kost an berusaha menjaga keamanan anak-anak kost an. Yang ketiga, ada area hijau di pekarangan dan terawat dengan baik, pekarangannya pun bersih. Terasnya bersih, kaca nya juga bersih padahal cukup dekat dengan jalan.. Ah bisa-bisanya saya menilai kebersihan di saat saya sendiri kurang menjaga kebersihan dan kerapihan di rumah sendiri.
Keempat, entah itu pemilk kost an atau penjaga atau mungkin penghuni kost an yang menempelkan sticker yang berisikan.. Hmm kurang lebih kalimat memotivasi untuk membaca, menghapal, dan mengamalkan alquran. Alamak.. Saya jatuh cinta dengan kalimat itu. "Kalaupun nanti kita harus mencari kost an lain lagi karena misal biaya kost an ini tidak terjangkau oleh kita, kost an ini tetap jadi pilihan utama kita ya Bi." Akang mengangguk mengiyakan.. Selalu ada ungkapan, "istri selalu benar." Dan tidak boleh ada kata 'kurang setuju' apalagi 'tidak setuju' pada perempuan, eh istri (terutama saya) jadi kang Wawan pun mengiyakan saja. Yaah cari aman adalah hal paling boleh dilakukan suami pada isterinya.
Selanjutnya.. Yang kelima, garasinya cukup luas dan di area yang InsyaAllah cukup aman. Dengan area yang tertutup khusus garasi, dekat tangga ke lantai ke-2, depan kamar penjaga.. Oh iya, kabar baiknya adalah penjaganya menginap atau tinggal di sini, beliau pun seorang ibu. Ada juga yang beberes pekarangan dan beberes rumah.
Selanjutnya, pintu masuknya nggak bisa sembarangan orang luar bisa masuk, di kunci dengan baik InsyaAllah..
Lalu, hmm banyak pertimbangan lain yang InsyaAllah sesuai dengan kriteria yang kami cari. Dapur yang luas dengan peralatannya di tiap lantai, area hijau di lantai 2 dengan sirkulasi udara juga pencahayaan yang baik, tempat menjemur pakaian yang tertutup namun mendapat cukup sinar matahari, dekat dengan kampus, ruang tamu dan ruang tengah yang luas..dan yang paling utama, saya meyakini ibu kost nya adalah seorang ibu yang berusaha menjaga anak-anak kost dengan do'a-do'a yang baik. Penting bagi saya memilihkan seseorang yang juga akan menjaga anak kami dengan ikhtiar dan doa sebagimana yang kami usahakan.
Ya, selama kita diberikan pilihan mah.. Bebas saja buat milih, kaan?
Next saya lanjutkan ceritanya, InsyaAllah..
Balananjeur, 12 April 2025
Rabu, 09 April 2025
Hunting Kost an (1)
Mulai masuk babak hunting eh searching eh pokoknya nyari kost an buat teteh. Dua hari keliling nyari yang sekiranya paling pas sesuai kriteria.. Ibu. Si ibu yang kadang mendominasi punya kriteria tersendiri buat kost an nya nanti.
"Ummi biasanya merasakan iklim rumah dengan feeling ummi, Nak. Merasakan adanya ketaatan sang pemilik rumah kepada Rabb Nya melalui itu.." Dan ini masuk kriteria diantara sekian kriteria lainnya. Saya harus yakin kalau pemilik rumah adalah orang yang menjaga ketaatan kepada Allah. Kalau kepada Allah dia taat, maka InsyaAllah tidak akan membuka peluang kemungkaran di dalam rumahnya. Ini salah satu ikhtiar dari doa yang terpanjat dalam penjagaan buah hati kami.
Harga? Of course masuk kriteria, karena nggak mungkin kaan harus menjerumuskan diri sesuai pribahasa besar pasak daripada tiang di saat ada 2 kakaknya yang juga sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, juga adik di pesantren. Cost masuk kriteria.. Yaa haruslah sesuai kemampuan alias kesiapan budget kami. Yaah meski kami meyakini kalau Allah yang pasti akan bantu mudahkan, tapi kami pun meyakini salah satu ikhtiar yang harus kami lakukan adalah menyesuaikan diri dengan kemampuan.
Selanjutnya..
Jarak ke kampus, saya minta teteh nyari kost an yang jaraknya nggak terlalu jauh atau bisa ditempuh dengan jalan kaki. Yaa konsekuensinya pastilah agak mahal, tapi kan namanya juga lagi ikhtiar nyari, jadi yaaa semoga dapat yang sesuai kemampuan.
Oh iya, kan nyari ibu kost yang dilangitkan sebagai ibu yang taat kepada Allah, ya. Ini adalah harapan ibu yang akan melepas buah hatinya, kang Wawan sampai bilang, "teh, kebayang nggak gimana nanti ummi selektif milih calon mertua?" Duh sejauh itu, ya? Semoga hari itu ibu ini masih diberikan kesempatan membersamai.
Trus alasannya apa? Next saya ceritakan lebih lanjut..di blog insyaAllah. Atau bertahap..di media ini, InsyaAllah.
Tasikmalaya, April 2025
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Ada 3 perkara yang pahala kebaikannya tidak akan pernah terputus dan akan selalu mengalir meski tubuh kita telah kembali menyatu...