Selasa, 15 April 2025

Hunting Kost an (3)

Masih, eh kembali tentang nyari kost an buat teteh..

Sebelumnya saya mengapresiasi diri dulu atas pilihan mendahulukan kepentingan anak di atas kepentingan sendiri. Why? Sebelum Ramadhan kemarin saya pernah bercerita, tentang buku selanjutnya yang akan di beli.. Saya memasukkannya dalam prioritas sebagaimana prioritas utama lainnya. Sebanyak kebutuhan sekalipun, bagi saya buku tetap masuk prioritas utama. Meski terkadang saya lupa bahwa ada hal-hal lain yang juga harus didahulukan (kalimat ini sekaligus menguatkan diri sendiri 🤭).

Dua buku yang akan di beli itu harganya 280 ribu termasuk ongkir, buku tentang pendidikan yang kemudian saya simpan kembali di dalam catatan harian untuk dimasukkan dalam booklist selanjutnya saat semua di rasa sudah tenang. Kebutuhan berkurang, eh bukan benar-benar berkurang namun sudah ada yang dingin lagi. Dingin yang super dingin.. Kehilangan kemarin membuat kami harus memenej lagi keuangan, jadi membuat skala prioritas harus dilakukan.

"Bukunya nggak jadi sekarang, uangnya buat DP kost an saja dulu.. " Biasanya kalau tentang buku, saya akan merasa berat mengatakannya. Padahal buku di rumah sudah sangat banyak dan menumpuk tapi selalu saja ada buku baru yang menari-nari di pelupuk mata, entah di dapat dengan mengikuti giveaway atau menabung, biasanya saya merasa sudah mengusahakan sendiri tanpa merogoh post lainnya. Astaghfirullah'al adziim, padahal pastinya bukan karena usaha dan boleh jadi ada hal lain yang tetap harus saya utamakan.. Terutama saat-saat ini.

Kali ini, tidak ada perasaan berat 'melepaskan', namun justru terasa lapang, hingga terasa ada yang hangat di dasar hati, "apakah ini yang dirasakan ibu saat mendahulukan anaknya?" Bukan berarti selama ini saya menomorsekiankan anak yaaa 😅.

"Ummi tidak apa-apa?" Pertanyaan akang ini tentu bukan tanpa alasan, selama sekian lama jalan mendapatkan buku baru seolah sangat mulus namun kali ini di pending saat bisa saja bersikeras membelinya.

"Sure i am ok." Yups, saya benar-benar merasa baik-baik saja.

Well, hunting kost an lagi.. Eh sudah dapat Alhamdulillah. Hari kesekian nyari kost an, MasyaAllah biidznillah itumah rizkuminallah banget.. Saat kami bersiap buat pulang dan meneruskan pencarian keesokan harinya, kami berpapasan dengan seorang pemuda di bibir gank yang kami tuju.

"Pak, sedang mencari kost an buat putri?" Sedetail itu, cara Allah memberikan sesuatu terkadang penuh kejutan.

"Iya A, kami mencari kost an yang khusus putri.. " Terlihat binar harapan di mata ayah.

"Kalau berkenan, di sini tersedia satu kamar lagi kost an putri. Tapi yang tersedia nya tinggal di lantai 1." MasyaAllah laa haula walaa quwwata illaa billah, maha baik Allah dengan segala rencanaNya. Kost an yang dimaksud pun ternyata tepat didepan kami.. Kost an yang luput dari pandangan, mungkin karena terburu-buru mengejar waktu yang sudah mulai gelap.

Kesan pertama mulai dari cara anak lelaki berbicara kepada kami, santun. Kami pikir dia anak pemilik kost an ini, karena semua penghuni kost sedang libur jadi yang paling mungkin memiliki akses masuk rumah pastilah antara pemilik kost an atau penjaganya. Ternyata memang benar, dia anak pemilik kost an yang qodarullah sedang lewat.. Inimah rizkuminallah banget. Saat saya kelelahan dan merasa belum menemukan tempat yang dirasakan paling tepat untuk ananda, seolah nashrullah dengan skenario ini. Pas membelokkan motor beesiap pulang, ketemu anak yang baru menghentikan motor di bibir gank, tepat di depan rumah yang InsyaAllah menjadi bakal calon kost an teteh nanti. Eh sudah bukan bakal calon lagi, tapi sudah jadi calon karena sudah ada akad dan DP nya.

Ya, kesan pertama yang membuat saya mendapat keyakinan, "di sini deh bi." Adalah dari cara anak lelaki yang ternyata anak pemilik kost an itu bertutur, santun. Hmm sudah tahu kaan kalau saya senang dengan orang yang santun? Bahkan saat bermuamalah misal jajan makanan ringan sekalipun, tempat yang akan saya kunjungi berulang kali adalah yang penjualnya santun.

Lanjut melihat-lihat kost an. Mari saya ajak melihat kondisi mulai dari gerbang. Oh iya, saya membayangkan bagaimana teteh nanti berjalan kaki ke kampus dari kost an ini. Tentu saja jarak pun masuk kriteria, harapannya sih dapat ditempuh dengan jalan kaki (hey, budget tetap masuk perhitungan 😅). Kami perkirakan jarak dari kost an ke gedung kelas teteh mungkin akan memakan waktu 5 menit an jika ditempuh dengan jalan agak santai, kalau jalannya seperti saya mungkin 3 menit juga sampai. Artinya, teteh tidak akan terlalu lelah saat pulang atau pergi ke kampus. Tidak terlalu kerepotan saat hujan atau di kejar kegiatan ukm. Bisa cepat-cepat pulang setelah selesai kuliah.. Ah banyak sekali yang ibu bayangkan.

Ya, sekarang memang sudah zamannya gofood, tapi kami harus memastikan akses warung atau toko tidak terlalu jauh. Jaga-jaga kalau teteh membutuhkan sesuatu yang harus di beli dengan segera.

Jarak, akses warung atau toko, aman Alhamdulillah.

Keamanan? Gerbangnya di kunci dengan baik.. Suasana pun sangat terasa nyaman. Ini yang saya rasakan saat masuk halaman.. Terasa ada perhatian dari pemilik kost an dengan kehadiran aneka tanaman pot di teras rumah, pagar yang terkunci, halaman yang bersih, sticker doa di kaca, lantai teras serta kaca yang bersih.. Padahal rumah saya sendiri pun jarang kali dibersihkan, eh seneng menilai rumah orang 😂 inimah khusushon karena lagi milih kost an aja, aslinya saya tidak menilai rumah orang, kok.. Kami memiliki kesempatan untuk memilah di mana anak kami tinggal selama setahun atau mungkin tiga tahun kemudian, kan? Tentu saja kriterianya harus seketat mungkin..

Ada sticker rumah qur'an di sana, atau keutamaan menghapal qur'an. Saya kembali berucap pelan pada Akang tentang keyakinan saya untuk memilih kost an ini. Seperti yang saya ceritakan pada postingan sebelumnya, kalaupun ternyata kami harus mencari kost an lain karena yang ini budgetnya di atas kemampuan kami, maka kost an ini tetap masuk prioritas di saat kami sudah mentok nggak dapat kost an sesuai kriteria (kriteria saya 😅). Ini teh yang nyari kost an nya ibu atau anak? Tentu saja orang tua buat anaknya.. Lagi-lagi kami berpegang pada prinsip, "kami punya kesempatan dan berhak untuk memilih."

Saya lanjutkan ceritanya nanti, yaaa... InsyaAllah.

Balananjeur, 14 April 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh