![]() |
berangkat kajian |
Ada yang sempat namun memiliki keterbatasan
Ada yang tidak sempat padahal ia luang
Pada apapun itu, semoga hidup kita bukan untuk melukai..Ukuran sepatu kita adalah untuk kita
Bukan untuk orang lain..
Ah ya, hari ini sepulang jogging di lapang bedeng lanjut kajian bulanan. Saya menyimak hingga lupa bersiap jadi sie dokumentasi yang harusnya sigap. Hanya merekam dari kejauhan, tempat saya duduk menyimak.
Seseibu di luar majlis bersikeras menitipkan lembaran rupiah untuk dimasukkan ke dalam kencleng masjid, "saya mau kajian, bu." Jawab saya pada ibu yang ternyata salah satu dari pedagang di pelataran, "kalau neng mau kajian, ibu mau nitip ya. Mau nitip buat kencleng.. " Saya menolak dengan memintanya memasukkan sendiri, bukan karena apakah itu lebih utama atau tidak, hanya terpikir kalau lebih baik meminta beliau memasukkan sendiri. Tidak ada pikiran lainnya.. "Maaf ya Neng, ibu sangat ingin shodaqoh. Tapi ibu harus segera kembali ke sana.. " Sambil menunjuk tempat dagangannya..
Seseibu di luar majlis bersikeras menitipkan lembaran rupiah untuk dimasukkan ke dalam kencleng masjid, "saya mau kajian, bu." Jawab saya pada ibu yang ternyata salah satu dari pedagang di pelataran, "kalau neng mau kajian, ibu mau nitip ya. Mau nitip buat kencleng.. " Saya menolak dengan memintanya memasukkan sendiri, bukan karena apakah itu lebih utama atau tidak, hanya terpikir kalau lebih baik meminta beliau memasukkan sendiri. Tidak ada pikiran lainnya.. "Maaf ya Neng, ibu sangat ingin shodaqoh. Tapi ibu harus segera kembali ke sana.. " Sambil menunjuk tempat dagangannya..
Akhirnya, saya mengiyakan dan langsung memasukkan ke kencleng sesaat setelah sampai di masjid. Amanah ini terasa tak terduga, baru kali ini dititipi untuk memasukkan uang ke kencleng masjid.
Saya tidak tahu apakah saat menolak sudah dengan cara halus atau tidak, bolehkah menolak atau tidak.. Tapi, saya mulai terbiasa menolak saat ingin menolak, apapun itu. Namun tak jarang akhirnya ya udah deh.. Semoga Allah Ridha dan menjadikannya sebagai jalan bagi orang baik yang hendak berbuat kebaikan.
![]() |
baru ingat kalau kami belum sempat sarapan |
Sebelum acara berlangsung, masih di pelataran masjid. Kala suapan kupat tahu telah di seka dengan ujung tisu, saya dan kang Wawan berbincang..
1. Ada orang yang dzahir fisiknya terlihat tak mampu, dhuafa katanya. Tidak memiliki penghasilan, tapi Allah Maha adil dalam memberi rezeki, tidak ada penghasilan bukan berarti rezekiNya tiada. Ada banyak bantuan sampai kepadanya hingga dzahirnya lebih dari kebutuhan. Dia hidup sebatang kara, fisiknya kuat, namun akhirnya dia berpikir bahwa orang-orang memang sudah seharusnya membantunya. Bahkan saat dia bisa membantu orang lain yang lebih sulit (kelihatannya) dari dia, dia tetap pada pendirian; aku orang nggak mampu, sudah seharusnya aku yang di bantu. Bagaimana menurut pendapat Abi tentang situasi itu?
2. Saat memberikan bantuan, bantuan pertama dimaknai dengan kesyukuran, lalu jika ada yang selanjutnya maka mulai ada anggaran bahwa itu memang hal yang seharusnya dilakukan.. Padahal yang memberikan bantuan kondisi ekonomi nya ternyata tidak lebih baik daripada yang di bantu.. Setidaknya dzahirnya seperti itu, meski syariatnya yang membantu memiliki kelapangan atau mental tangan di atas dan itu baik baginya. Setujukah Abi kalau saat kita memberi bantuan, kita harus melihat dulu situasi ke depannya akan bagaimana? Bukankah tak jarang bantuan pun berpotensi melemahkan mental..
Semua pertanyaan ini berkaitan dengan tontonan reels yang lewat di beranda 😄 ah ada-ada saja ya, yang di beranda pun jadi bahan obrolan. Yang penting ada yang di bahas sih, ada yang diobrolkan.. Karena saya butuh sharing dengannya 😅.
Dan dipenghujung cerita, saya menangis.. "Aku lelah, sayang. Aku capek. Tubuhku terasa remuk dan sangat sakit.. " Ini memang yang sedang terjadi, kala memar-memar menjadi pertanda munculnya lagi gejala sakit setelah sehari kemarin jeda dan sangat sehat.
Dia memeluk menenangkan, menyimak tangis yang seringnya menguar lelah.
"Seminggu ini ummi belum istirahat.. Kesana kemari tak ada jeda. Ummi pasti lelah. Istirahatlah.. Tidak apa untuk menangis.. "
Untungnya, tidak ada penghakiman. Entah apa jadinya kalau yang diucapkan justru kalimat semisal, "bonganna.. " Atau, "makanya." dan semisalnya..
Well, cerita random hari ini..
Ciawi, 1 Juni 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar