Wabah ini sangat berpengaruh terutama dalam keseharian kami. Sulung kami yang kini duduk dibangku terakhir di SMA nya tidak bisa mengikuti pelajaran tatap muka di sekolah, namun hal baiknya Aa belajar magang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri sambil tetap menunaikan kewajiban belajarnya via daring, tugas kami sebagai orang tua salah satunya adalah mengantar anak menuju kemandiriannya, bukan? Daripada menangisi musibah, kami lebih memilih mencari hikmah dan meningkatkan rasa optimis bahwa semua ini akan segera berakhir dan sulung bisa kembali menyelesaikan tahun terakhir nya dibangku SMA.
Nomor 2 yang masuk SMK juga belum bisa melalui masa tatap mukanya di sekolahnya. Awalnya terasa berat karena saya harus berperan sebagai guru di semua matpel yang sebagiannya tidak saya kuasai. Tapi kemudian saya melihat hal lain dari keadaan ini, saya dan nomor dua kembali belajar bersama dengan perasaan senang, banyak hal baru yang saya pelajari lagi seperti juga anak kedua kami yang belajar banyak hal barunya. Dan kami sama-sama bersemangat mencari ilmu bersama dengan saya sebagai guru yang semakin tahu cara meningkatkan kualitas diri insyaallah.
Anak kami yang ketiga tak bisa kami jenguk. Boarding nya meniadakan jadwal kunjungan orang tua sejak awal pandemik. Ini yang paling berat, setiap hari kami bertemankan rindu.. Tapi boarding nya memfasilitasi video call di akhir pekan hingga rindu kami terjeda setiap hari itu. Kami masih mendekap sesaknya rindu, tapi kami sudah jauh lebih kuat. Allah tarbiyah hati kami dan putri kami dengan kerinduan, tapi kemudian kami dapati akhlaq yang baik terlihat semakin memancar dari kepribadian putri kami itu. Dan kembali, saya semakin yakin untuk lebih fokus pada hikmah besar yang pasti tlah Allah siapkan dibalik peristiwa yang pastinya memilukan ini.
Putri bungsu kami tak bisa bermain sebebas dulu dengan teman-teman sepermainannya, sangat sering dia bilang, "aku bosan. Aku rindu teman-teman." Lalu kami berdiskusi bersama, mencari cara ber sama-sama agar dia tak jenuh dengan aktivitasnya yang berbeda sejak pandemik menyerang.
Pengaruh terbesar terutama keadaan ekonomi keluarga. Banyak hal yang berubah, pinggang yang harus diikat erat, tapi kami tak mau mengeluhkan itu. Hari-hari ini, siapa sih yang tidak merasakan susah? Mengeluh tak kan menyelesaikan masalah.. Kami mulai dengan semakin sungguh-sungguh memberdayakan pekarangan kami untuk menanam sayuran dan memelihara ayam. Minimal pas butuh pangan teh teu lieur-lieur teuing karena nggak ada uang. Butuh telur, daging, sayuran, bumbu, buah, semua tersedia di pekarangan.. Harapannya sih bisa juga untuk berbagi dengan orang lain. Kesulitan ekonomi bukan alasan untuk egois dengan perut sendiri bin medit, bukan?
Panjang pisan nya? Semoga kabaca ku kang Emil. Saya percaya gugus tugas melakukan yang terbaik dan sebaik-baiknya. Saya berdoa agar wabah ini segera diangkat. Wabah adalah ujian, ujian kan butuh jawaban trus dikumpulkan, semoga setiap detik yang kita lakukan dan amal yang kita usahakan menjadi jawaban yang benar yang Allah Ridhai dan kita semua keluar sebagai pemenang.
Semangat Jawa Barat!
Semangat gugus tugas!
Semoga segera pulih keadaan ini..
(Tulisan ini di tulis saat dan untuk mengisi angket survey Jawa Barat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar