gerentes Hate
Gerentes Hate,
itu nama rubrik di Majalah Basa Sunda Bina da'wah, yang semasa beliau ada,
rubrik itu dipegang Apa.
akhir-akhir ini, aku merindukan Apa
lebih dari sebelumnya. sangat rindu, hingga hati ini bergetar menahan tangis setiap kali
mengingatnya
.
“Robbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shogiiro..!!”
semoga do'a dari hambaNya yang dho'if ini sampai padanya..
semasa beliau ada, sepanjang aku mengenal beliau... tak pernah sekalipun kata cinta
aku haturkan. Saat itu, hanya perasaan terkekang dan fikiran, "kenapa Apa beda dari ayah-ayah yang lain.".
tapi kini aku tahu,semua itu karena cinta Apa
pada kami, pada putra-putrinya.
beliau tidak membiarkan kami berfikir alangkah mudahnya mendapatkan sesuatu
dalam kehidupan, tidak...beliau mengajari kami cara berusaha yang baik sesuai petunjukNya,hingga
kami dapat berdiri kokoh dalam kehidupan sesulit apapun.
Apa, mengingatnya membuat airmata
tumpah tak terbendung. rindu yang dirasakan mamah pasti lebih besar dari yang
kami rasakan... dan beliau membalutnya dengan ketegaran seorang ibu yang
diamanahkan 14 putra putri melalui rahimnya. (MasyaAlloh...barokah Alloh untuk
mamahku tercinta).
Gerentes Hate,
kalau dalam bahasa Indonesia, namanya apa yaaa?! suara hati mungkin...
Rubrik ini dikelola Apa ketika beliau masih ada bersama kami.
terselip di halaman depan di majalah da'wah berbahasa sunda. Majalah da'wah
berbahasa sunda yang pertama hadir di Indonesia, majalah Bina Da'wah yang
berkantor di jalan pungkur bandung dalam naungan Dewan Da'wah Islamiyah
Indonesia..
Gerentes Hate,
Hatiku berdebar kala menuliskannya.... bahasanya mengalir dengan sangat baik,
melukiskan beberapa kejadian dan perasaan Apa
(Allohu yarham) kala berjumpa kondisi yang beliau tuliskan dan ceritakan dalam rubric tersebut.
Apa
berkisah tentang perjalanannya di dalam kendaraan umum dan diperjalanan sepanjang Tasik – Bandung dengan tulisan yang tak terkesan
menggurui namun penuh hikmah...
ah, rindu tulisan Apa...
Terakhir Apa menulis di mesin tik tua
kami saat malam senin 5 agustus 1998 jam 3 dini hari.. waktu itu aku yang
membacakan coretan-coretan Apa di
kertas bekas kalender, dan Apa menuliskannya dengan kertas buram di mesin tik
tua kami yang saat ini tersimpan rapi dirumah aa Eka muharam, kakakku ku yang nomor 3.
Saat itu, komputer masih menjadi barang mahal. Apa pernah mengatakan padaku, suatu hari kalau Apa punya uang untuk membeli komputer, Apa akan membeli komputer agar beliau bisa menulis lebih cepat...
agar putra-putrinya bisa menulis juga 😭
tapi sampai beliau meninggal, impian beliau untuk membeli komputer tidak
terlaksana.
bahkan ketika Apa memiliki uang, beliau lebih mengutamakannya untuk ummat. Menyedekahkan
uang yang beliau miliki bagi mereka yang lebih membutuhkan. Beliau seorang yang tidak akan membiarkan orang lain
menderita karena tidak bisa memenuhi kebutuhan primernya, terutama para jompo
dan anak yatim.
Apa mengucap salam pada siapapun yang beliau temui dijalan...
Apa sangat lembut pada nenek dan aki, orang tua Apa, juga orangtua mamah... beliau juga sangat lembut pada mamah kami..
Apa tegas dalam mendidik kami, namun kami tahu apa menyimpan harapan dan cintanya disana..
Apa. ....
semoga tempat terbaik untukmu disisiNya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar