Kamis, 05 November 2020

Jejak Cinta Yang Tertinggal (bagian 5)

 

gerentes Hate

 

Gerentes Hate,
itu nama rubrik di Majalah Basa Sunda Bina da'wah, yang semasa beliau ada, rubrik itu dipegang Apa.

akhir-akhir ini, aku merindukan Apa lebih dari sebelumnya. sangat rindu, hingga hati ini bergetar menahan tangis
setiap kali mengingatnya


“Robbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shogiiro..!!” semoga do'a dari hambaNya yang dho'if ini sampai padanya..

semasa beliau ada, sepanjang aku mengenal beliau... tak pernah sekalipun kata cinta aku haturkan. Saat itu, hanya perasaan terkekang dan
fikiran, "kenapa Apa beda dari ayah-ayah yang lain.".

tapi kini aku tahu,semua itu karena cinta Apa pada kami, pada putra-putrinya.
beliau tidak membiarkan kami berfikir alangkah mudahnya mendapatkan sesuatu dalam kehidupan, tidak...beliau mengajari kami cara berusaha y
ang baik sesuai petunjukNya,hingga kami dapat berdiri kokoh dalam kehidupan sesulit apapun.

Apa, mengingatnya membuat airmata tumpah tak terbendung. rindu yang dirasakan mamah pasti lebih besar dari yang kami rasakan... dan beliau membalutnya dengan ketegaran seorang ibu yang diamanahkan 14 putra putri melalui rahimnya. (MasyaAlloh...barokah Alloh untuk mamahku tercinta).

Gerentes Hate,
kalau dalam bahasa Indonesia, namanya apa yaaa?! suara hati mungkin...
Rubrik ini dikelola Apa  ketika beliau masih ada bersama kami.
terselip di halaman depan di majalah da'wah berbahasa sunda. Majalah da'wah berbahasa sunda yang pertama hadir di Indonesia, majalah Bina Da'wah yang berkantor di jalan pungkur bandung dalam naungan Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia..

Gerentes Hate,
Hatiku berdebar kala menuliskannya.... bahasanya mengalir dengan sangat baik, melukiskan beberapa kejadian dan perasaan Apa
(Allohu yarham) kala berjumpa kondisi yang beliau tuliskan dan ceritakan dalam rubric tersebut.


Apa  berkisah tentang perjalanannya di dalam kendaraan umum dan diperjalanan
sepanjang Tasik – Bandung dengan tulisan yang tak terkesan menggurui namun penuh hikmah...


ah, rindu tulisan Apa...


Terakhir Apa menulis di mesin tik tua kami saat malam senin 5 agustus 1998 jam 3 dini hari.. waktu itu aku yang membacakan coretan-coretan Apa di kertas bekas kalender, dan Apa menuliskannya dengan kertas buram di mesin tik tua kami yang saat ini tersimpan rapi dirumah aa Eka muharam, kakakku ku
yang nomor 3.

Saat itu, komputer masih menjadi barang mahal. Apa pernah mengatakan padaku, suatu hari kalau Apa punya uang untuk membeli komputer, Apa akan membeli komputer agar beliau bisa menulis lebih cepat... agar putra-putrinya bisa menulis juga 😭

tapi sampai beliau meninggal, impian beliau untuk membeli komputer tidak terlaksana.
bahkan ketika Apa memiliki uang, beliau lebih mengutamakannya untuk ummat.
Menyedekahkan uang yang beliau miliki bagi mereka yang lebih membutuhkan. Beliau  seorang yang tidak akan membiarkan orang lain menderita karena tidak bisa memenuhi kebutuhan primernya, terutama para jompo dan anak yatim.

Apa, memborong semua dagangan seorang janda tua yang berdagang di depan pasar, kemudian membagikan belanjaannya pada orang-orang sekitar..

Apa mengetuk pintu rumah orang tua jompo dengan sekeresek makanan dan senyuman hangat serta do'a.. 

Apa mengucap salam pada siapapun yang beliau temui dijalan... 

Apa sangat lembut pada nenek dan aki, orang tua Apa, juga orangtua mamah... beliau juga sangat lembut pada mamah kami.. 

Apa tegas dalam mendidik kami, namun kami tahu apa menyimpan harapan dan cintanya disana.. 

Apa. ....
semoga tempat terbaik untukmu disisiNya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh