.
.
Kami merancang mimpi membangun rumah impian dengan menetapkan langkah awal membangun pondasi rumah di kampung kami nanti. Tanah seluas sekian puluh meter itu rencananya akan kami bangun pondasinya sekitar 9 x 10 meter an.
Kami menetapkan langkah bagaimana cara kami agar pondasi rumah bisa berdiri sesuai harapan, semua itu kami mulai dengan pertama-tama membuat target penjualan kue. Itu target yang paling mungkin karena kalau mengajar sudah kami tekadkan sebagai bentuk pengabdian.
.
.
Hmm sebenarnya tidak benar-benar ditarget harus menjual berapa kue dalam sehari, tapi kami bertekad untuk menyisihkan berapapun uang yang Allah beri untuk kami. Kami bertekad berapapun uang yang Allah beri, sebagian besarnya akan kami tabung, bekal membuat pondasi rumah nanti.
.
.
Saat mendapat uang 10 ribu, saya simpan 1 ribu bentuk ikhtiar dan InsyaAllah kesungguhan. Memang tak seberapa, mungkin sangat tak seberapa, tapi bukankah sesuatu yangg besar selalunya dimulai dengan sesuatu yang terlihat tak seberapa ?!
Kami berusaha berikhtiar semampu kami dan meminta padaNya untuk melapangkan hal lainnya terutama hati kami.
.
Saat mendapat uang 70 ribu, kami menyisihkan 50 ribu di celengan khusus yang saya buat dari kardus kecil berbentuk rumah dengan tulisan 'PONDASI RUMAH IMPIAN'. Tulisannya sengaja saya buat memakai huruf besar dan tulisan besar. Untuk apa? Bahwa kami sedang bersungguh-sungguh. Alasan yang sengaja dihadirkan 😁.
.
20 ribunya untuk bensin dan kebutuhan makan keluarga kami. Hmm sebagian orang ada yang mengatakan itu cukup keterlaluan, tinggal di kota dengan beberapa balita hanya memakai kurang lebih 10 ribu sehari untuk biaya makan. Disaat anak-anak membutuhkan sangat banyak gizi, kami berusaha memenuhinya dengan tempe/tahu, telur dan juga sayuran juga buah pisang. 10 ribu eun? Di cukup-cukupkah saja 🥰🥰.
.
.
Ya, mimpi membutuhkan pengorbanan, dan saat itu kami meyakini kebutuhan gizi kami dan anak-anak insyaAllah tetap terpenuhi melihat bagaimana mereka tumbuh dan berkembang Alhamdulillah.
.
.
Saat mendapatkan uang 50 ribu, 40 rb dan seterusnya bahkan saat 5 ribu pun kami menyimpan sebagiannya meski hanya 500 rupiah sekalipun.
Ini ikhtiar kami, dan sekali lagi kami meminta pada Allah agar senantiasa melapangkan hati kami.
.
.
Dan diatas semua itu, kami meyakini ada hak orang lain yang Allah titipkan dalam berapapun nominal uang yang Allah berikan melalui tangan kami, hasil berdagang yang kami terima, Allah berikan tak semuanya untuk kami tapi ada yang berhak atas itu, hasil usaha kami ada bukan karena usaha kami tapi karena Allah yang menghendakinya ada. Semuanya karena kehendak Allah dan semuanya milik Allah.. karena itu ketika Allah menyuruh kita memberikan sebagian harta yang Allah titipkan pada kita maka selayaknya kita tunduk pada perintah untuk memberikannya pada mereka yang Allah tetapkan sebagai penerima (yang berhak sesuai syariat).
.
.
Ini teh mau cerita proses membangun rumah impian tea? Ya, masih muqoddimah. Saya ingin merangkai kepingan puzzle nya setiap hari hingga ia utuh tapi saya masih belum tahu pasti cara terbaik menceritakannya, jadi saya putuskan mulai menulis dari cara kami menabung, eh cara menyisihkan uang 🤔🤭.
Karena sekali lagi, kami bukan orang yang ketika kami menginginkan sesuatu maka saat itu juga kami akan mendapatkan keinginan kami itu. Tidak, tidak seperti itu, selalunya haruslah ada airmata dan keringat yang menyertai hingga Allah wujudkan pada waktunya.
.
.
Bagaimana caramu menabung untuk esokmu?
.
.
#menulismenjejakkisahdanamal
Catatan ini di tulis di Tasikmalaya, 17 Juni 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar