Tentang Aufa
Kebiasaan, Aktivitas harian, Cita-cita, Kelebihan dan Kelemahan
Ufa, teteh Ufa. Seperti itulah kami memanggilnya di
rumah. Suatu hari saya pernah bertanya apa dia tidak merasa keberatan dipanggil
teteh sedang usianya masih kecil (seorang ibu selalu memandang anak-anak nya
seolah masih kecil, bukan? :D ). Dia menjawab tidak, dia tidak keberatan
dipanggil teteh, nama panggilan apapun untuknya, selama itu baik, dia akan
dengan senang hati menerimanya katanya Mendengar jawabannya hari itu, saya bertasbih
hingga jauh ke lubuk hati saya. Tasbih cinta dan do'a agar Allah memuliakannya
dengan akhlaq yang baik, usia yang diberkahi, lisan yang senantiasa berdzikir,
hati yang senantiasa terpaut pada sang pemilik kehidupan dan akhir hidup yang
baik dalam Ridho Nya.
Aufa Asfiea Ash-shatiella,
lahir melalui proses yang lumayan panjang karena kondisi
fisik saya yang sedang di uji. Menjelang Maghrib di akhir Juli tangis
pertamanya muncul diiringi derai air mata dan kalimat tahmid. Qodarulloh 'alaa
kulli syaiin, bayi yang diprediksi lahir hanya dengan berat kurang dari 2 kg
dengan izin Allah lahir dengan berat badan 3,5 kg. MasyaAllah laa Haula walaa
quwwata Illa Billahil 'aliyyil 'adziim...Allah maha mengetahui semua yang tidak
kita tahu, sungguh Allah Maha berkuasa atas segala sesuatu.
Kemudian Aufa bertumbuh semakin besar dengan pembawaannya
yang lembut dan kalem. MasyaAllah, membersamai dan mendampingi Aufa adalah
hari-hari dimana hati, lisan dan jemari tak henti menadah tahmid dan syukur.
Dia sering bertanya tentang arti dari namanya. Wa man
aufaa bi'ahdihii minalloh, "itu salah satu ayat favorit ummi yang
termaktub dalam surat al baro'ah.", Asfiea kami ambil dari kata syifa,
tadinya tulisannya asyfia tapi entah
kenapa di akte tertulis Asfiea.. Tapi insyaAllah do'a kan tersimpan sebagai
do'a dan nama itu kan tetap tercatat sebagai do'a insyaAllah.
Ash-shatiella, sebuah camp pengungsian Palestina yang
terletak di Beirut Lebanon. Kami ingin menyematkan ketegaran, keteguhan dan
kegigihan pada namanya.... Seperti kami mengingat kegigihan, ketegaran dan
keteguhan Palestina, seperti itulah kami berharap sifat-sifat itu ada padanya.
Menjadi Aufa juga Syifa dan shatiella... Do'a kami
untuknya.
Kelak di Yaumil Mahsyar, setiap orang akan dipanggil
dengan namanya masing-masing. Semoga nama itu menjadi kebahagiaan untuknya di
hari itu, dihari kami tak bisa melindungi, mendampingi ataupun membantunya.
Dihari kami tak bisa saling menyapa dan bahkan hanya akan saling mengacuhkan..
Aufa,
Sejak balita hingga hari ini, kecuali fisik dan
pengetahuan yang insyaAllah mengalami perubahan, sifatnya tidak terlalu banyak
berubah.
Aufa kecil mudah tersentuh, tak segan minta maaf saat
melakukan kesalahan, mengucapkan hatur nuhun atau terima kasih saat mendapat
sesuatu yang harus disyukuri, berusaha menolong orang yang menurutnya sedang
membutuhkan bantuan. Pelukan, kata-kata penuh kasih selalu dia ucapkan pada
kami orang tua dan saudara-saudaranya.
Aufa kecil senang membuka pertemanan dengan siapapun,
mengawali perkenalan kemudian menjalin silaturahim sesuai usianya saat itu.
Sorot matanya teduh, tapi saya merasakan hadirnya cinta dan juga do’a disana.
Matanya senantiasa berbinar saat gembira dan berusaha untuk tenang saat
gelisah, tapi tetap saja raut gelisah terkadang bisa terlihat sangat jelas
melalui sorot matanya.
Aufa kecil harus di antar sampai teras rumah setiap kali
akan berangkat ke sekolah atau ke madrasah diniyah, di iringi peluk cium dan
do’a di ubun-ubunnya serta lambaian tangan disertai senyuman dia memulai
harinya setiap pagi saat tholabul ilmu. Menyambutnya dengan senyum dan 2 tangan
penuh rindu di teras rumah juga menjadi salah satu hal yang harus dilakukan
umminya demi membuatnya nyaman melalui masa-masa tumbuh kembangnya juga
perkembangan emosinya.
Kalau mood nya sedang kurang baik, sorot mata dan
wajahnya terlihat agak pucat. Saat seperti itu biasanya dia membutuhkan pelukan
dan ditemani. Dia harus di pancing bercerita pada saat seperti itu, dia akan
terus mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Mengatakan bahwa saya mengerti
perasaannya, saya mencintainya dan saya ingin dia menceritakan perasaannya agar
bisa membantu dia sekiranya dia butuh bantuan atau agar saya bisa tahu apa yang
terjadi dengannya. Saya katakan bahwa saya ingin membantunya menghadapi
perasaannya... biasanya cara seperti itu cukup efektif, dia biasanya memeluk
saya sambil terisak. Saat isaknya reda, baru lah dia menceritakan perasaannya
atau kisah apa yang sedang dia hadapi yang membuat perasaannya terganggu.
Setelah itu, dia akan kembali ceria dan bersemangat..
Dilain waktu saat mood nya kurang baik saya akan
memberinya waktu untuk menyendiri. Ada saatnya membiarkan dia sendiri menjadi
metode yang efektif. Dia biasanya masuk kamar, membaca al qur’an atau buku lalu
saat perasaannya kembali membaik dia akan memeluk saya dan mulai menceritakan
rasa yang membuat bad moodnya tersebut.
Aufa tidak lama menyimpan ‘sakit’, seperti itulah aufa
kecil dan seperti itu juga lah aufa saat ini.
Aufa,
Dia memulai memberikan hadiah di hari spesial saudara dan
teman-temannya. Buku gambar, pensil, buku tulis atau sekedar kue 500 rupiah an
di bungkus kertas kado dia berikan pada saudara atau teman-temannya di hari
spesial mereka. Dia memberi mereka hadiah dari uang sakunya sendiri disaat dia
sendiri tidak pernah mendapat hadiah di hari spesialnya. Dia melakukannya
dengan suka cita.
Kemudian hari hingga sehari sebelum keberangkatannya ke SCB, teman-teman dan saudara-saudaranya memberinya banyak hadiah. masyaAllah setiap kebaikan yang ditanam akan
berbuah kebaikan juga, dengan akar yang insyaAllah kuat
dan buah yang manis dan harum. Fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan...
Tilawah dan membaca menjadi favoritnya setiap hari.
Seringkali setiap kali duduk atau berbaring, mushaf ataupun buku di lembar yang
sudah ditandai ada di tangannya.
Seringnya Aufa, sangat cepat tidur. Setiap kali bertemu
bantal saat waktu tidur tiba, tapi sejak memasuki kelas 6 MI dia agak sulit
tidur kecuali setelah membaca buku. Buku favoritnya adalah shiroh shahabiyah
dan keo noaki karya bu Ary nilandari, buku-buku itu juga yang biasanya menjadi
pengantar tidurnya.
Aufa,
Kalimat perintah ataupun ajakan padanya biasanya harus
dilakukan dengan lembut dan runtut, agak lama mununggu sampai dia benar-benar
memahaminya. Hmmm boleh jadi ini karena speaking saya yang kurang baik atau
karena hal lainnya..
Dia membutuhkan waktu yang agak lama saat harus
menyelesaikan suatu pekerjaan, tapi dia tidak suka jika harus terlambat
berangkat ke sekolah.
Memiliki jadwal yang teratur, jam berapa dia bangun, bermain
bersama adik, teman atau sepupu, berangkat ke sekolah, mengerjakan tugas, dan
yang lainnya. Tapi dia tidak memiliki list jadwalnya sendiri, dia hanya
terbiasa melakukannya.
Aufa,
Dia sering merasa gugup setiap kali harus berdiri di
depan terutama saat membaca puisi, tapi dia berusaha untuk tetap melakukannya.
Seringkali dia lebih suka menjadi pendengar dibanding
pembicara, namun ada saat dimana dia mendominasi pembicaraan :D
Dia menerima aturan yang telah disepakati dan berusaha
menjalankan aturan tersebut dengan baik, tapi dia tidak suka jika ada yang
memberinya label negatif.
Kepercayaan dirinya? Dia mengenal kemampuan dirinya di
bidang tertentu tapi sering merasa tak cakap di bidang lainnya meski sebenarnya
dia cukup baik di bidang itu.
Aufa,
Dia cepat dalam Pelajaran bahasa arab, SKI, fiqh, aqidah
akhlak, Qur’an hadits dan juga IPA, dan memerlukan waktu yang agak lama
untuk memahami konsep dalam matematika.
Sejak kecil dia bercita-cita menjadi guru, “menjadi dosen
UPI.” Katanya. Sampai hari ini cita-citanya masihlah sama.
Dia senang bermain sekolah-sekolahan dengan dia sebagai
gurunya. Dia berharap saat kelak menjadi dosen, Allah titipkan padanya
keshabaran yang baik hingga darinya lahir generasi-generasi khoiru ummah.
Aufa,
Dia menikmati hidangan apapun yang kami siapkan tanpa
protes. Meski sangat menyukai coklat silverqueen tapi dia tetap terlihat riang
saat kami memberinya coklat seribu rupiahan.. masyaAllah hari ini sebelum dia
berangkat, teteh sepupunya memberinya silverqueen yang besar :D, alhamdulillah
‘alaa kulli haal.
Dia sudah bisa memasak sendiri mulai dari menanak nasi
(di magic com), membuat cemilan atau sayur. Sudah bisa mencuci baju (noda tertinggalmah
tidak apa-apa kan :D), membereskan kamar dan lemari pakaian juga rak buku. Dia
bisa mengepel lantai, menyapu, ataupun membersihkan halaman.
Dia mendirikan sholat fardhu di awal waktu atas
kesadarannya sendiri, menutup aurat dengan kesadarannya sendiri insyaAllah,
menunaikan amanah yang diberikan padanya, menepati janji dan tidak pernah
berbohong .
Ini aufa hari kemarin hingga hari ini, saya tidak tahu
akan seperti apa aufa di hari esok. Semoga akhlak yang baik sesuai yang
dicontohkan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam Allah jadikan sebagai
cerminan pribadinya.
Aufa Asfiea Ash-shatiella,
Yang dia tahu adalah hidupnya berlimpah nikmat hingga tak
layak sekedar menadah tangan pada manusia karenanya.
“Allah memberi banyak nikmat dan anugerah, anggota tubuh
yang sempurna dan berfungsi dengan baik, ummi abi, kakak juga adik, rumah dan
kamar sendiri, makan dan minum, sekolah, guru-guru, saudara, teman, kerabat....
nikmat itu tidak bisa di hitung ya ummi? Teteh bersyukur bisa tidur dengan
nyenyak di awali dan di akhiri dengan do’a, teteh bersyukur bisa membaca buku,
teteh bersyukur memiliki 2 nenek yang baik, teteh bersyukur memiliki banyak
teteh sepupu yang menutup aurat, teteh juga bersyukur setiap kali bisa makan
ayam geprek...subhanalloh ummi, banyak sekali yang akan di syukuri tapi tak
bisa disebutkan satu-satu karena banyaknya. Fabiayyi aalaa irobbikumaa
tukadzdzibaan ya ummi?”
Semoga Allah melindungi saya dan juga jemari ini dari
berlebihan dalam menggambarkan sosok. Semoga Allah menjauhkan kami dari
kebohongan dan sifat berlebihan..
Ustadz dan ustadzah yang insyaAllah dirahmati dan
dimulaikan Allah, saya mungkin salah saat melihat selama proses pendampingan
ini. Sangat mungkin bagi ustadz dan ustadzah bisa lebih baik dalam memberi
penilaian bagi putri kami. Ada kelebihan yang bukan tidak mungkin saya tuliskan
secara berlebih meski saya sudah berusaha menghindarinya, ada kekurangan yang juga bukan tidak mungkin
tak tuntas saya uraikan meski saya tidak berusaha menutupinya. Semoga ustadz
dan ustadzah dapat memakluminya...
Jazakumulloh ahsanul jazaa atas kesempatan yang diberikan
pada aufa untuk belajar di SCB, juga kesempatan bagii kami untuk menjadi bagian
dari orangtua dengan siswi yang menetap dan tholabul ilmu disana.
Sungguh Allah,
Tak pernah salah dalam memberi balasan
Dan disisi Allah
Balasan terbaik telah disiapkan.
Jazakumulloh khoiron katsiron
Tasikmalaya, 30 juni 2019.
Kami,
Ummi dan Abi dari ananda Aufa Asfiea Ashshatiela
Tidak ada komentar:
Posting Komentar