Kisah ini sengaja saya simpan di sini meski kami tak pernah tahu akan akhir kisahnya seperti apa. Ini saya simpan sebagai pengingat sekaligus jejaknya yang bisa dia buka dan baca kembali di kemudian hari hingga dia kelak berucap, "MasyaAllah ini Aa ya." Hee..
Pada tanggal 9 Desember 2020 saya mendapat kabar dari tentang sudah dibukanya pendaftaran seleksi beasiswa perintis dari rumah amal salman ITB.
MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi. Saya sangat berterima kasih pada Asatidz dan rumah salman yang mengabarkan dan peluang ini.
MasyaAllah, dan Untuk Ustadz dan Rumah Amal Salman yang InsyaAllah dirahmati Allah..
"Saya sering bertanya-tanya, mengevaluasi diri, "kebaikan seperti apa yang bisa saya lakukan sebagai bekal untuk saya menuju hari yang kekal?"
"Amal seperti apa yang kiranya bisa membuat Allah Ridha?" Tapi seringnya saya melupakan hal yang seolah kecil.. Padahal tak ada kebaikan yang bernilai kecil, semuanya memiliki arti yang sangat besar.
Seperti informasi ini, Ustadz. Kabar ini sangat bermanfaat dan berarti bagi sebagian orang termasuk kami meski kami tak pernah tahu akhir langkahnya akan dimana.
Hatur nuhun sudah memberi kabar ini, Ustadz 🙏
Jazakumullah ahsanul jaza 🙏🙏
InsyaAllah ini kabar yang sangat menggembirakan bagi sulung kami dan teman-temannya di SMA juga anak-anak lainnya di seluruh indonesia 🙏"
Saya langsung kabari sulung yang masih di tempat magang (nanti saya ceritakan di postingan tersendiri tentang proses magangnya;alasan dan lain sebagainya). Saya kirimkan informasi utuh tentang seleksi itu, gayung pun bersambut, "Aa insyaAllah mau ikut ya Mi."
Bahagia sekali mendapati semangatnya. Anda tahu, mungkin akan membahagiakan saat melihat anak masuk universitas impiannya. Tapi bagi saya, untuk saat ini saya akan berbahagia dulu dengan semangatnya hari ini. Saat dia mengatakan, "Aa insyaAllah mau ikut seleksi ya Mi." Dengan binar di matanya saat ia kembali dari tempat magang. Lalu berucap, "bimbing Aa untuk daftar dan berusaha sebaik-baiknya." MasyaAllah hadza min fadhli Rabbi..
Saya menangis bahagia saat itu..
Ya, dia pernah berucap ingin masuk ITB saat dia masuk SMA. Tapi taqdir mengajaknya menjejak masa SMA nya di jurusan IPS. Dia pesimis tak bisa bertemu kesempatan berusaha masuk ITB. Dia pesimis tak memiliki kesempatan berusaha masuk, bukan pesimis tak masuk. Kami memang sering mengikuti alur dulu, bagaimana bisa masuk kalau bahkan jalan untuk masuk pun tak ada. Seperti itu pikirnya.
Tapi dia berbahagia di jurusannya. Bertemu guru dan teman-teman yang baik. Mengukirkan kisah yang baik dan tak pernah sekalipun mengucap keluh dengan semua yang dia jalani. Bahkan jauhnya jarak perjalanan dari rumah ke sekolah yang sering disayangkan sebagian orang, "deudeuh kasihan. Kenapa nggak pilih sekolah yang dekat saja." (Tentang pilihan sekolah, saya juga akan ceritakan di postingan tersendiri InsyaAllah).
Berangkat ba'da shubuh kadang shalat shubuh di perjalanan, pulang jam 4 an dan sampai di rumah tepat saat adzan maghrib berkumandang (eh kok tiba-tiba kangen saat-saat itu), tapi dia tak pernah sekalipun mengeluh. Dia menjalani hari-hari nya seolah tanpa beban, mengalir begitu saja. Di nikmati dengan caranya.
Kami tak lagi membicarakan kampus yang pernah masuk list pertama impiannya. Saya mendampinginya melalui masa-masa nya dan dia menjalankan kewajibannya tholabul ilmu seoptimal yang bisa dia lakukan. Tentu kami masih sering berbincang tentang kemungkinan dia nanti mau kuliah di mana dan sejauh apa Aa akan berusaha. Hanya sebatas itu.
Hingga kemudian, tepatnya tanggal 9 Desember 2020 saya bisa melihat kembali binar ITB sebagai buah terbukanya peluang mengikuti pendaftaran seleksi beasiswa perintis.
Kami berjuang bersama untuk proses pendaftarannya. Namanya seleksi, peluangnya bisa lolos bisa tidak.
"Apa harapan Aa untuk seleksi ini?" Tanya saya.
"Seperti yang sering ummi katakan, Aa akan bersyukur jika lolos. Dan Aa akan bershabar saat tidak lolos. Aa akan berlapang dada pada pilihan Allah untuk Aa, yang harus Aa lakukan adalah berjuang sebaik-baiknya. Setelah itu, biarkan Allah yang menilai dimana Aa tepat berada. Aa akan berusaha, semoga usaha Aa menjadi bakti Aa pada Ummi Abi yang Allah Ridhai."
Di postingan selanjutnya akan saya tuliskan jejak-jejak lainnya tentang
Proses pendaftaran, kendala saat pendaftaran, virtual Roadshow dan semua yang berhubungan dengan prosesnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar