Dalam beberapa postingan baik di blog ini maupun di akun media sosial saya sering ceritakan tentang anak-anak termasuk Aufa. Untuk apa?
Suatu hari salah satu ipar saya menyampaikan tanda kasih memberi komentar, "aktif banget nulisnya." Ada juga yang berkomentar, "Dede kok lebih suka muji anak sih?"
Setiap komentar tentu bukan untuk menjatuhkan, tapi sebagai bahan evaluasi untuk kita. Dan hari itu saat mendapat pengingat penuh kasih itu saya mulai mengevaluasi diri; alasan saya menulis. Saya tidak ingin melakukan sesuatu yang nilainya nanti nol di hadapan Allah. Alih-alih ingin menjejak kebaikan, tapi justru zonk tak bernilai. Lalu suami mengusap kepala saya lembut dan mengingatkan, "Istriku melakukan hal yang benar. Jika ada komentar yang membuatmu terpengaruh untuk mempertanyakan sesuatu yang sudah ummi niatkan dan azzamkan karena Allah, bagaimana nanti anak-anak merawat keyakinan mereka sendiri. Teguhlah! Izinkan anak-anak belajar keteguhan itu darimu, izinkan mereka melihat diri mereka sendiri mealui sudut pandangmu, ibu mereka. Tetaplah menulis, dan biarkan tulisanmu menemui pembacanya. Pembaca yang bisa menerima saripati hikmah dari tulisanmu, dari kisahmu, dari kecintaan dan perjuanganmu dalam membersamai mereka selama ini. Menulislah, dan dengarkan hati mu!"
Dan inilah kemudian manfaat yang saya dapat dari menuliskan kisah mereka; insyaAllah saya mengenal mereka. Salah satu hal terpenting bagi saya adalah mengenal semua anak yang Allah titipkan ini dan mensyukuri kehadiran mereka tanpa syarat. Saya ingin mengenal mereka, menyimpan semua jejak kisah mereka dan mengantar mereka menuju ke gerbang cita mereka hingga kelak hantarkan mereka dan kami sekeluarga berjalan beriringan menuju syurga Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar