Cericit burung dari rumah Kang Apek yang tepat berada di depan rumah Emak serta desir air sungai membuatku semakin betah berlama-lama di sini.
Disini, di rumah Emak..
"Ummi, rumah masa kecil Abi runtuh? Teteh lihat di status WA Abi." Tangis Aufa pecah saat melihat status WA Abi nya yang memperlihatkan kondisi rumah Emak saat sedang di renovasi beberapa waktu yang lalu.
"Bukan runtuh, Nak. Uwa sedang merenovasi atap dan genteng rumah Emak. Sedang diperbaiki, shalihah." Jelasku.
"Ooh.. Teteh kira runtuh. Teteh kaget waktu lihat. Teteh jadi sedih." Hatinya selembut itu MasyaAllah, bahkan hanya dengan mengingat bagian kenangan masa kecil yang berubah bisa membuatnya menangis.
Ya, here I am now.. Disinilah sore ini saya berada, duduk di bangku panjang teras depan rumah Emak, menikmati semilir angin yang membawa harum aroma melati di sore hari, gemerisik air sungai dan cericit burung..
"Ini angin sore, tak baik buat Ummi. Ayo masuk Mi! " Gadis kecil yang sedang suka menggambar menggunakan aplikasi ini mengajakku masuk. Dia tahu, saya tak cukup pandai beradaptasi dengan angin sore ðŸ¤
"InsyaAllah hari ini tidak apa-apa, Nak. Ummi akan baik-baik saja." Raut wajah khawatir terlihat dari matanya yang memicing dan keningnya yang berkerut.
Seorang teman pernah bertanya, "kenapa memilih untuk menjadi full time mother?"
Salah satu alasannya adalah ini, karena saya ingin menyaksikan semua momen perkembangan anak-anak termasuk perubahan ekspresi dan mimik wajah saat mereka senang, sedih dan semua emosi lainnya.
Bangku ini bukan bangku yang selama ini saya kenal, ini bangku baru yang di beli kakak kami yang tinggal serumah dengan Emak. Bangku ini di beli untuk menggantikan 'papangge' (sebutan untuk bangku panjang) yang sudah rusak.
Hmm.. Sebenarnya saya lebih suka papangge lama yang terbuat dari Awi. Rasanya lebih, hmm apa ya 🤔🤔 seolah memiliki arti sejarah tersendiri. Sedangkan bangku yang saya duduki sekarang lebih kekinian, dengan warna coklat tua terbuat dari kayu albasiyah dan ukuran yang lebih tinggi di banding papangge lama yang lebih pendek dan agak lebar.
Setiap kali ke rumah Emak, saya akan duduk di sini untuk membaca atau menulis atau berbincang dengan Emak. Banyak yang bisa kami ceritakan di bangku ini, ditemani teh buatan Emak yang memiliki aroma yang berbeda dari teh lainnya. Di antara semua area yang ada di rumah emak, saya paling suka di sini. Itu dulu, sebelum ada bangunan pabrik di depan teras ini.
Dulu saya bisa bebas melihat hijau padi dan lalu lalang orang di jalan beberapa puluh meter dari sini. Tapi sejak ada bangunan pabrik, pandangan saya mulai tersekat. Dan saya mulai kehilangan tempat favorit saya saat di rumah Emak..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar