Kamis, 31 Desember 2020

Horee Aufa Pulang (bagian 3)

Ingatan ini akan menjadi tulisan marathon, ingatan saya sejak hari pertama kepulangannya hingga hari ini yang sengaja saya tulis di sini. Masih berupa potongan ingatan, nanti diperbaiki sedikit-sedikit. 
Hari ini saya bisa menulis maraton dan agak lama karena anak-anak sedang bersama aktifitas mereka masing-masing, sulung dan nomor 2 berangkat ke masjid untuk shalat jum'at, de Olin sedang menonton Nusa Rara favoritnya dan Aufa sedang ke rumah Desinta.

Aufa dan Desinta itu shahabat karib semasa MI. 6 tahun bersama tentu mengeratkan pertemanan mereka, bukan hanya di MI tapi juga di madrasah diniyah dan tadarus ba'da shubuh di masjid juga tahfidzul qur'an 2 kali dalam seminggu di masjid Al Furqon. Bukan hanya Desinta, satu teman lainnya Kaka alias Novika. Mereka dulu sahabat karib yang seolah tak terpisahkan. Teman-teman Aufa yang laia adalah Saropah,  Riska dan Isma. Ah, tiba-tiba semua kisah masa kecil Aufa berkelebatan dalam bayangan, seolah baru kemarin semua itu terjadi. Padahal ia sudah berlalu lumayan lama, namun semua masih melekat dalam ingatan. Duhai ingatan..

sejak hari pertama kepulangannya dia sudah bertekad bahwa hari-harinya selama liburan disini akan dia isi dengan hal-hal yang bermanfaat yang tak boleh membuatnya menyesal saat ia kembali nanti. Selain bersama kami, saudara-saudaranya juga teman-temannya, memakmurkan masjid kami adalah hal yang sudah dia azzamkan sejak lama untuk dilakukan. 

Dia sudah menghubungi uwa dan teman-temannya untuk rencananya itu, dia bertekad untuk menjadi seseorang yang bermanfaat, ilmu yang dia miliki haruslah membawa kebaikan bukan hanya untuk dirinya tapi juga bagi semua orang di sekitarnya.

"teteh, kalau mau tidur lagi, nggak apa-apa tidur saja dulu. Teteh pasti lelah, nggak apa-apa kalau teteh mau tidur lagi." hari itu meski saya terbiasa melarang anak-anak tidur ba'da shubuh tapi demi melihat dia kelelahan, saya memberiny keringanan. Saya faham letih itu..

Tapi dia menolak dan mengatakan bahwa dia akan merasa tidak enak jika tidur lagi meski dia ingin,"Ustadz Helmi mengatakan, tidak boleh tidur setelah shubuh. " MasyaAllah, benarlah kiranya bahwa orang tua hanya akan memiliki 12 tahun pertama bersama anak-anak. 12 tahun pertama itu anak-anak kita hanya akan mendengar apa kata kita, referensi nya dari kita dan semua dari kita . Lalu setelah itu, akan ada orang lain yang menjadi referensi hidupnya, ada pesan dan nasihat lain yang akan dia jadikan pegangan, seperti yang saya lihat hari ini.

Sungguh, setiap perbuatan baik dan setiap kebaikan tidak datang dengan sendirinya. Ia butuh pembiasaan,ia butuh tauladan, dan ia membutuhkan hati yang tunduk. Hari ini saya melihat itu, melihatnya yang terpaut pada kebaikan dan kebaikan serta nasihat asatidznya membuat kami menata syukur jauh lebih besar dari sebelumnya.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh