Sekarang teh malam Ahad , ya? Subhanalloh...
Sudah malam ahad lagi rupanya.
See, waktu tidak berdetak mengikuti keinginan kita. Ia berjalan mengikuti aturan yang telah di atur Robbnya. Robbul 'aalamiin, Robb yang menguasai alam raya, termasuk diri kita yang sering sekali lalai dari Nya.
Waktu, sejatinya ia berdetak bukan untuk memanjangkan usia kita, tapi justru mempersempit jarak kita dengan kematian. Mendekatkan jarak kita dengannya, dan semakin memperpendek usia yang tersisa.
Bicara tentang Kematian wae, nya?
Kita sering lupa bahwa kita akan mati, terkubur di ruang gelap nan sempit, kembali menjadi tanah yang di injak... Tak ada kebanggaan yang dapat kita sombongkan untuk menghentikan datangnya kematian pada kita.
Ya, kita sering sekali melupakan bahwa tak ada yang layak kita sombongkan karena kita semua berasal dari asal yang sama dan akan kembali menjadi tanah yang sama.
Kita, kita sering lupa..
Hingga kelalaian dan kelalaian, kedustaan demi kedustaan, caci maki dan pertentangan padaNya senantiasa kita lakukan, tak pernah habis akal dan kata untuk menghujatNya dan syari'atNya, padahal kelak hanya DIA satu-satunya yang dapat menolong dan menyelamatkan kita dari siksa pedih api neraka.
Kita,
Kita sering sekali lupa atau pura-pura lupa, hingga tanpa segan dan tanpa sesal kita acungkan jari telunjuk kita dan mengeluarkan banyak kata untuk melukai saudara-saudara kita yang sedang berjuang di jalanNya dengan harta, waktu, jiwa, pena dan semua yang ada pada mereka.
Padahal boleh jadi, kedudukan mereka di sisi Allah jaaaauh lebih utama dan lebih unggul dari kita.
Kita,
Kita memang pelupa..
Hingga kita seringkali lebih merasa aman dengan amal kita yang boleh jadi tak seberapa disisi-Nya.
Kita merasa telah berbuat dan berjuang dengan semua yang kita bisa, bahkan membawa manfaat bagi banyak orang...tapi boleh jadi, semua itu tak ada artinya disisi Allah.
Bagaimana bisa?
Jangan bertanya bagaimana bisa... Karena terlalu banyak amalan kita yang hanya sekedar fatamorgana, hanya sekedar berbuah lelah dan cape saja, sedang aturanNya kita hiraukan dengan dalih, "itu tidak relevan untuk hari ini."
Na'udzubillah...tsumma na'udzubillahi min dzaalik!!
Yaa...
Kita adalah pelupa yang handal,
Hingga karenanya kita sering lupa menunjukkan jari telunjuk kita pada saudara seaqidah yang harusnya kita bela,
Menunjuk dengan kata-kata yang menurut kita pantas, tapi sesungguhnya ke empat jari yang tersisa akan menunjuk pada kita,
"Sumbu pendek." apa kita yakin kalau kita sumbu panjang??
"Jangan simpan otak di dengkul!" apa jangan-jangan kita yang menyimpan otak kita tidak pada tempatnya?
"Baca yang bener!" apa mungkin justru kita yang tidak membaca dengan benar?
"Jangan jadi orang yang intoleran! " apa justru kita yang intoleransi hingga kita terus berkoar tentang toleransi yang justru sudah mereka lakukan lebih baik dari kita?
Dan banyak lupa lain yang membuat telunjuk kita dengan mudahnya menguliti saudara-saudara seaqidah kita yang boleh jadi kedudukan dan kecintaannya disisi Allah jauh lebih baik dari kita.
Ya... Itulah kita..
Itulah saya...
Sering lupa, bahwa jari telunjuk kita, lisan kita, tulisan kita, gerentes hati kita, pandangan dan pendengaran kita, semua yang menyaksikan, kelak mereka akan bersaksi untuk kita...
Bersaksi atas semua yang pernah kita perbuat sebelum tiba masa kematian kita.
Kita sering lupa bahkan berusaha untuk lupa..
Maka izinkanlah saya menulis disini untuk menjadi pengingat dan nasihat bagi diri saya sendiri dan juga Anda, bahwa kita akan mati dan pasti mati.
Kemudian dibangkitkan lagi setelah kematian kita.
Dan sungguh, semua yang kita bela di dunia, boleh jadi sebagiannya lagi justru akan berbalik menyerang dan memberatkan Mizan keburukan kita. Dan sebagiannya lagi kan menjadi penolong dan pembela kita.
Dengan wajah seperti apa kita kan menghadapNya, kelak??
Apa yang membuat kita yakin bahwa kita layak di cintai olehNya, sedang hati kita lebih condong pada orang-orang yang dzolim???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar