Bukan hanya pada masa kehamilan tetapi jauh hari sebelum saya hamil, kemudian saat periode pengasuhan sampai hari ini.
Lebih hebat? Dalam hal apa? Sejarah mengajarkan kepada kita definisi anak-anak hebat dalam kacamata Islam.
Dan kami pun berikhtiar dengan sungguh-sungguh dengan harapan melahirkan generasi Robbaniyyun.
Seringkali kami bertemu letih di perjalanan. Tangis, cape, sesak, bimbang, resah, takut, khawatir dan masih banyak hal lainnya yang membuat jalan kami tertatih-tatih dan suami senantiasa mengingatkan saya dengan ucapannya yang selalu saya ingat, "syurga itu mahal, sayang. tidak didapat kecuali dengan kepayahan. Kita akan melaluinya bersama, jangan bersedih, Allah menghitung setiap letihmu. Allah mencintaimu istriku sayang. Semoga terlahir dari tangan ini generasi-generasi yang membawa bobot laa ilaaha illalloh seperti yang kita harapkan. Semoga Allah Ridho padamu."
Letih? Sering. Tapi wangi syurga yang tidak pernah tercium menjadi penyemangat yang sering membuat si letih menguap entah kemana.
Harapan memegang tangan anak-anak memasuki syurga menjadi energi yang luar biasa.
Meski kami tidak pernah tahu dimana tempat kembali kami nanti. Ketidak tahuan kita bukanlah hal yang membuat kita pesimis, tetapi justru optimis memandang masa depan dan Allah adalah sebaik-baik pengabul setiap harapan. DIA tidak pernah ingkar janji.
Kurang tidur menjadi terasa menyenangkan.
Tumpukan cucian menjadi terasa menyenangkan.
Menghadapi tangis dan teriakan hingga tantrum bukan alasan untuk cemberut
Segala kesulitan yang ditemui dalam perjalanan mengasuh dan mendidik anak-anak menjadi terasa seperti suatu anugerah yang membuat hati senantiasa berbunga-bunga.
Beberapa tahun kemudian anak-anak beranjak besar
Banyak pembiasaan yang masih melekat
Namun tidak sedikit yang memudar berganti kebiasaan baru dari semua yang mereka pelajari diluar sana
Ada kebaikan yang menguat, ada juga kesalahan yang muncul dan muncul lagi
Seperti juga kita yang tak lepas dari berbuat salah.
Dan ketika saya tersenyum ketika ada yang 'mengadukan kekurangan' mereka, Itu bukan suatu pembenaran yang saya tutup-tutupi
Tapi karena kami ingin berusaha semaksimal kami tanpa tersulut emosi yang sering disesali
Seperti juga kita, anak-anak pun sering berbuat salah.
Tidak ada manusia yang benar terus , yang benar terus mah malaikat dan kita juga anak-anak bukanlah malaikat
Ketika kita bisa memaafkan kesalahan orang dewasa, kenapa kita tak memiliki alasan untuk memaafkan anak-anak?!
Subhanalloh,
Bertahun kemudian sulung semakin besar
Nomor 2 juga bertambah besar
Nomor tiga dan empat juga bertambah besar
Tapi, ikhtiar tak pernah akan terhenti
Kita akan tetap berlatih bersama, dengan senyum yang disertai do'a dan harapan
Agar perjumpaan di syurga dan berkumpul disana menjadi tempat kembali.
Apa yang ingin saya bagi dari cerita seperti ini? Apa ya?
Ummahat, fokuslah pada tujuan
Jika engkau ingin belajar, belajarlah sesuai dengan visimu. Fokuslah pada tujuanmu!
Para suami,
Temani istrimu
Genggam tangannya, siapkanlah selalu bahumu untuknya, izinkan dia untuk senantiasa bercerita padamu, izinkan dia untuk selalu tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar