Jumat, 29 Januari 2021

Mengajak Anak Mencintai Buku (bagian 2)

Seorang ibu, dalam pengasuhannya secara sadar atau tidak, akan mengajarkan anak mencintai atau menyukai apa yang dia sukai. Mencintai buku salah satunya.

Seorang ibu yang suka buku, akan mengajak dan mengajarkan anak untuk mencintai hal yang sama.
Seorang ibu yang menyukai bergosip, akan mengajak dan mengajarkan anak untuk mencintai hal yang sama.
Seorang ibu yang suka hiking, akan mengajak dan mengajarkan hal yang sama.

Itulah teladan...
Baik atau buruk yang di contohkan seorang ibu, seorang anak merekamnya.

Adapun kelak anak itu akan seperti apa, insyaAllah tidak jauh dari keteladanan (qudwah) yang ia dapat.

Selain dari apa yang mereka saksikan dengan pandangan mereka, mereka juga belajar dengan apa yang di rasakan dan di pikirkan ibu nya.

Seorang ibu yang sikapnya baik dengan fikr dan hati yang juga baik akan melahirkan anak berjiwa tenang.
Seorang ibu yang sikapnya baik dengan fikr dan hati yang penuh dengki dan dendam harus bersiap menghadapi anak dengan karakter yang sama.
Dan sebagainya...

Kok bisa? Kan nggak kelihatan?
Dalam teori pengasuhan, hal ini sepertinya sudah banyak di bahas. Dalam kenyataannya, insyaAllah teori itu bisa di pertanggung jawabkan.

Hal itu tidak hanya berlaku bagi anak-anak saat proses menyusui, yaitu saat segala yang mengganjal di hati dan fikiran ibu ikut mengalir bersama ASI. Tapi juga di usia setelah proses itu bahkan hingga anak-anak dewasa, mereka dapat merasakan apa yang ada dalam fikiran dan perasaan ibu nya.

Oh ya, kembali ke tema awal, "mengajak anak mencintai buku."

Banyak orang tua yang senang saat mendapati buah hatinya lebih menyukai aktivitas membaca buku dibanding aktivitas-aktivitas lainnya.

Banyak bukan berarti semuanya, karena sebagian orang tua juga fine-fine saja ketika mendapati anaknya tidak memiliki ketertarikan terhadap buku bacaan, sebagian lagi ada yang masa bodoh 'mau suka kek, mau nggak suka kek, masa bodo amat. Yang penting anaknya sehat dan tumbuh besar' , ada yang seperti itu juga. Semua itu kembali pada orang tua sendiri...

Dan saya, karena sejak kecil banyak berinteraksi dengan buku dan menyukai aktivitas membaca, dengan penuh kesadaran saya mengajak anak-anak untuk mencintai hal serupa.

Hal pertama yang dilakukan adalah mencari calon suami yang mencintai aktivitas yang sama. Bukan sekedar mencintai, tapi mencintainya sebagai bagian dari ketaatan pada Allah.

Mencari pasangan sekufu istilahnamah... Menurut saya ini poin terpenting dibanding poin-poin lainnya.
Why? Akan lebih mudah saat nanti memberi contoh pada anak.

Akhwat juga nyari? Ya Iyah atuh... Meski dalam sunyi, akhwat juga berhak mencari calon yang sesuai kriterianya. Berhak memutuskan pilihan: menerima pinangan atau mengabaikan.
Berhak mengangguk atau menggeleng atas pinangan yang datang.

Yang kedua saat proses pembuahan. Hal itu sudah di ajarkan oleh Rosuululloh shollallohu 'alaihi wasallam melalui sebuah do'a 
ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺟَﻨِّﺒْﻨَﺎ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ . ﻭَ ﺟَﻨِّﺒْﻦِ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻣَﺎ ﺭَﺯَﻗْﺘَﻨَﺎ
Bismillahi Allahumma jannibnas-syaithoona wa jannibnis-syaithoona maa rozaqtanaa

Yang artinya :
Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari campur tangan syaitan dan jauhkan pula syaitan dari apa-apa yang Engkau karuniakan kepada kami.

Sesuatu yang baik, harus di awali dengan kebaikan dan diiringi juga dengan do'a-do'a terbaik, bukankah begitu? Dan kami meyakini bahwa mencintai buku adalah sesuatu yang baik karena itu perlu awal yang baik dan di iringi do'a terbaik.

Yang ketiga, saat proses hamil. Memperbanyak sujud dan ruku, memperbanyak tilawah Al Qur'an dan mendengarkan tilawah serta membacakan buku sambil mengusap perut yang didalamnya terdapat janin yang sedang berkembang dan tumbuh.

Tugas ayah saat itu adalah:

- menjaga kondisi psikologis ibu dengan cara mengcovered hal apa saja yang bisa merusak kondisi emosinya.

- Memberinya ketenangan dengan sikap dan ucapan.

- Mendampinginya melalui setiap tahapannya.

- sering-sering menyapa janin, misal saat ayah hendak bekerja ayah mengusap perut ibu sambil mengatakan, "Assalamu'alaikum sayang, ayah pergi bekerja dulu, ya!"
Atau kalimat sapaan lain. Tentu saja kalimat lembut dan penuh kasih.

- sering-sering membacakan Ayat suci Al Qur'an atau membacakan shiroh dan buku-buku lainnya dengan suara agak keras di dekat perut ibu.
Sambil mengusap perut ibu, ayah memulai dengan sapaan hangat, "Assalamualaikum Nak, ayah akan membacakan surat Ali Imran yang artinya keluarga Imran. Dengarkan baik-baik ya sayang!" atau kalimat lembut lainnya.

- memperbanyak dzikrullah.

Yang selanjutnya adalah ...sepertinya saya harus kembali tidur, tidak biasanya mata kembali mengantuk sesudah terbangun. Some day diteraskeun. InsyaAlloh.

Semua yang saya tuliskan hanyalah versi saya. Setiap kebenaran datangnya dari Allah, dan kami memohon agar DIA senantiasa membimbing kami pada ashshiroothol mustakiim...

Nanti saya sambung, insyaAllah.

Hatur nuhun... Wilujeng membuka hari baru 😍

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh