Minggu, 27 Juni 2021

26 juni 2021

[26/6 05.19]  Bisa berterima kasih kepada orang lain, apakah pada diri sendiri juga bisa berterima kasih? 

Penting nggak sih berterima kasih pada diri sendiri? Penting banget menurut saya mah. 

Sahabat, Jika saya mengajak anda berterima kasih pada diri anda sendiri, hal-hal apa yang ingin anda syukuri dari diri anda? Bagaimana anda akan berterima kasih atasnya?


[26/6 05.39]  Hari itu tantrumnya karena merasa nggak nyaman dan ingin pulang ke rumah, itu yang saya ingat. Cerita utuhnya mah harus muka file lagi hee.. 

'Alaa kulli haal, semoga pengalaman kecil ini bermanfaat 🙏🏻

Tentu saja tak bisa sama dalam menghadapi setiap anak, tetapi sebagai orang tua mengendalikan diri untuk tetap 'waras' adalah hal penting yang harus dilakukan dan semua orang tua bisa melakukannya (kalau mau).


[26/6 05.45]  Tak jarang kita mendengar suatu kabar dari seseorang yang bahkan dia sendiri tidak tahu kebenaran kabar tersebut. Tidak duduk disana, tidak berdiam diri disana, tidak berkecimpung dan ikut andil di dalamnya tapi bersuara seolah paling tahu segala urusan dan kisah disana.

"Disana itu begini dan begitu..." Dengan bumbu-bumbu kisah yang dia rasa enak digulirkan lah berbagai kisah berbumbu tajam yang pada kenyataannya hanyalah halusinasinya sendiri.

Tidak jarang kita bertemu kondisi seperti itu. Dan pada saat itu, saat kita ternyata mengetahui kondisi sebenarnya, kita pun berucap, "jangan katakan sesuatu yang tidak kamu tahu."

Sahabat, 
Jika kita tidak mengetahui suatu urusan, maka diam adalah lebih baik dibanding berkoar atas sesuatu yang tidak kita ketahui. Mari tutup mulut #eh..hee...


[26/6 14.27] Kelak, kita akan berkisah tentang hari itu.. 

Tentang Ayah yang tak sungkan melafal bait cinta pada buah hatinya
Tentang Ayah yang mengambil bagian sedikit dari makanan yang terhidang untuk dirinya sendiri lalu diam-diam menaruhnya untuk buah hatinya
Tentang Ayah yang kadang keras namun tak jarang sangat lembut
Tentang Ayah yang menyimpan sebagian uang bensinnya demi membelikan sepeda bagi buah hati nya tanpa mengucap, "Abi belikan ini untukmu."

Tentang Ayah yang matanya memerah kala berpisah dari buah hati nya
Tentang Ayah yang mengepal kedua tangannya menahan amarah saat mendapati buah hatinya terluka
Tentang Ayah yang diam-diam tersenyum sangat lebar mendapati hal membahagiakan buah hatinya 

Kelak, 
Kita akan berkisah tentang hari itu.. 

Tentang hari saat kita bisa makan liwet bersama di samping rumah
Kali pertama kita seperti itu, "ummi belum pernah menyiapkan nasi liwet ya! " Komentar sulung yang langsung ummi iya kan.. 
Ya, kita tak pernah makan nasi liwet dengan cara seperti itu.. 
Dan kelak, kita punya cerita tersendiri tentang hari itu..
[26/6 14.32] Kalifa Baik: Saya ingat mata Apa, sipit.. 
Hingga banyak orang menyangka Apa Chinese..

Saya ingat suara mesin tik Apa, tik tik tik tik,  membelah sunyi setiap kali Apa berada di rumah. 

Saya ingat suara ketukan Apa membangunkan kami untuk shalat qiyamullail. 

Saya ingat dering telepon Apa di sepertiga malam membangunkan kami untuk shalat tahajud. 

Saya ingat suara Apa mengajak kami untuk membersihkan masjid. 

Saya ingat kamus bahasa Inggris dan bahasa Arab yang Apa hadiahkan saat saya mendapat nilai 100 di ujian akhir sekolah. 

Saya ingat airmata dan doa apa malam itu saat Apa pulang mendapatiku sakit dan saat itulah saya mulai menyadari, Apa mencintai kami dalam hening  ..

[26/6 14.49] Kalifa Baik: Akan ada senja yang membawamu berlari
Akan ada hari yang membawamu pergi
Namun, akan ada lagi hari yang membawamu kembali

Duhai permata hati,
Penyejuk mata,
Kami Ridho padamu, Nak

Akan ada hari dimana rindu membuncah airmata
Senyum, canda tawa, tangisan dan segala tentangmu membuat dada sesak akan ingatan tentangmu
Akan ada hari dimana mendengarkan ceritamu sangat dinantikan, mendengar tawa dan bahkan tangismu membuat kaki ingin segera berlari ke arahmu
Tapi, akan ada juga hari dimana engkau akan kembali kami peluk bersama semua kisah yang kau tuturkan

Duhai permata hati,
Duhai penyejuk kalbu,
Kami Ridho padamu Nak

[26/6 15.10] Kalifa Baik: Zalfa, "Bi Dede, basa nuju alit (bayi), abi dipangku nya ku bi Dede?" 

Me, "Muhun.ih geuning teteh Zalfa terangan."

Hujaimah, "Wawa, abige dipangku nya?"

Me, "Muhun Hujaimah oge. Ih geuning tarerangan."

Sebenarnya mereka bukan benar-benar bertanya tapi sekedar meyakinkan kalau dulu mereka pernah ku gendong. MasyaAllah, Anak-anak memang seperti itu, menyukai kenangan yang pernah singgah meski mungkin saja mereka tak pernah benar-benar mengingatnya. Terutama kisah bahwa mereka dulu pernah di gendong atau di ajak main atau hal-hal yang bagi orang dewasa mah terkesan biasa saja tapi bagi anak-anak hal seperti itu adalah salah satu dari sekian kisah istimewa yang kan slalu mereka kenang, sama seperti kita mengenang kisah masa kecil yang kita dengar dari orang tua atau saudara kita.


[26/6 15.25] Pada saatnya,
Baju-baju itu tak lagi terpakai dan entah dimana dia sekarang

Pada saatnya, sepatu dan sandal-sandal itu tak lagi terpakai,
Dan entah dimana ia sekarang

Pada saatnya,
Kerudung dan peci-peci kecil itu tak lagi terpakai,
Dan entah dimana ia sekarang

Pada saatnya,
Bondu itu tak lagi terpakai,
Dan entah dimana ia sekarang

Pada saatnya,
Mainan dan boneka itu kini hanya di nikmati Olin seorang
Sedang yang lainnya beranjak menuju kesibukannya

Pada saatnya,
Tangis dan teriakan itu tak lagi bergema
Dan pasti, hati ini akan merindukan kala semua itu masih terdengar dan membuat gaduh seisi rumah

Pada saatnya,
Semua pakaian dan kerudung-kerudung kecil yang lucu ini tak lagi kita simpan disini,
Dan entah akan kemana ia bermuara bertemu taqdir selanjutnya, akan menjadi apakah ia nanti...

Pada saatnya,
Sepatu-sepatu dan sandal-sandal kecil serta kaos kaki ini tak kan lagi berada di kaki kalian,
Entah akan seperti apa ia nanti

Pada saatnya,
Semua mainan, boneka dan puzzle-puzzle itu tak kan lagi tersebar disetiap penjuru rumah,
Dan pasti kan ummi rindukan saat-saat membereskannya lagi dan lagi

Pada saatnya,
Tawa yang berderai berubah menjadi senyum yang ayu

Tangisan teriakan kala berebut mainan dan perhatian ummi tak lagi terdengar

Teriakan-teriakan memanggil ummi tak lagi seperti saat kalian sekecil ini

Remah-remah nasi yang biasa bertebaran setelah makan, tak kan lagi ada

Tumpukan cucian yang penuh tanah sawahpun tak lagi ada di ember cucian ummi

Tangis meminta mainan, ice cream atau permen tertinggal bersama masa kecil yang hilang

Kamar yang berantakan,

Tak ada lagi sobekan-sobekan kertas dari buku tulis yang berubah jadi kapal-kapalan, perahu dan lain-lain,

Pada saatnya,
Cemberut saat enggan berangkat kesekolah hanya sekedar kenangan

Tangisan saat di usili teman sekelaspun tak terdengar lagi,

Semua kisah masa kecil kalian.... Pada saatnya nanti,
Berubah menjadi hari yang membuat hati tersenyum dan menangis merindukannya lagi

Quthb, Umar, Aufa, Fahrin...semoga cinta kita terjalin hingga ke jannahNya


[26/6 19.57] Ikhtiar buat sembuh itu karena Allah bukan hanya karena ingin sembuh, jadi kalau pas ikhtiar kita tidak juga membuahkan hasil teh teu sampai ka murukusunu apalagi mendebat kasih sayang Allah, mendebat ujianNya, berkeluh kesah atasnya. Wait, jangan samakan mengakui rasa dengan keluhan ya 😏

Sebagaimana sehat, sakit juga dari DIA, sarana kita mendekat padaNya. Bagaimana kita memandang ujian, itulah cara kita menjejak amal.


[26/6 20.06] Saya ingat suatu hari ada yang sedang KKN dari farmasi Unpad di SMA kami. Demi sebatang coklat favorit saya, sahabat saya ini bersedia ke panggung bersama saya untuk tampil dengan nasyid izzatul islam. Lalu menemani saya di atas panggung karena saya harus membacakan puisi tentang bahaya NAPZA (Narkotika,psikotropika,zat adiktif) . 

Sahabat saya bertanya, "Dede kapan bikin puisinya?"

"Tadi saat kita nasyid." Jadi memang saat nasyidteh otak saya sambil nulis puisi yang disimpan dimemori.


[26/6 22.31] Saat mata sulit terpejam bahkan kantuk pun tak jua datang, membuka laptop dan menulis di blog tiba-tiba menjadi pilihan yang paling mungkin dalam kondisi seperti ini. 

Malam merangkak pelan, catatan di blog hanya disimpan di draft yang entah sampak kapan diendapkannya. 

Blog saya hanyalah kisah yang memang ingin saya simpan dan sampaikan jadi jangan berekspektasi terlalu tinggi tentang ruang menulis saya ini.

[26/6 22.56] Alarm tubuh mulai berbunyi pelan, dimulai dari saraf skiatik yang tetiba nyanyautan lalu berlanjut lemas yang sangat dan detak jantung yang melemah, "alarm itu sudah berbunyi, De! Segeralah menepi lagi!"

Tapi aku belum ingin menepi, untuk kali ini aku ingin menuntaskan beberapa catatan lalu besok lari dengan rute salah satu bukit, "mumpung masih kuat." Pikirku. 

"Robbana.. "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh