Minggu, 27 Juni 2021

27 Juni 2021

[27/6 05.22] Innalillahi wainnailaihi raaji'uun. Ya Allah Ustadz Hari adalah seseorang yang membawa kebermanfaatan yang besar bagi ummat, bagi generasi. Kami bersaksi atas kebaikan beliau.. Selamat jalan Ustadz, insyaAllah engkau kini sedang memanen buah perjuangan selama ini. Allohummaghfirlahuu warhamhu wa'aafihi wa'fu 'anhu waakrim nzlahuu wawassi' mdkholahuu 😭🤲🏻


[27/6 05.46] Setiap hari mendengar kabar duka, 
Terasa menyayat hati saat mendengarnya. 
Satu persatu mendahului, 
Ke tempatmpat nanti kit pun akan pergi. 

Bukan pergi, tapi kembali
Ke tempat harusnya kita berada nanti. 

Namun, Allah menyukai orang yang tetap berjuang sampai titik akhir nafasnya berada
Janganlah menyerah, kawan! Hari esok kita ditentukan oleh seperti apa kita hari ini. 
Bahkan meski sedetik kemudian ruh kita kan berpisah dari jasadnya, apa yang bisa kita lakukan karena Allah maka lakukanlah!


[27/6 06.07] Air di teko dan termos yang baru diisi sore kemarin ternyata sudah habis, saya lalu ke dapur hawu yang terletak di samping paling belakang rumah yang berdekatan dengan pintu dapur Mamah. Ternyata Mamah sudah ada disana baru selesai memasak air  juga. 

Setelah mengisi panci besar dengan air dan 'ngasurkeun suluh' biar apinya nyala, saya bergegas ke kamar untuk membereskan tempat tidur dilanjut ke ruangan lainnya, sasapu dan kemudian ngpel. Sembari menunggu air matang kali ini sambil membersihkan dan membereskan seisi rumah. 

Selama ngpel itu terpikir bagaimana berkaratnya hati jika tidak pernah dibersihkan ataupun jarang dibersihkan, melihat lantai saja mudah sekali kotor karena debu. Kalau tidak dibersihkanteh kabayang pisan eta kotorna, sehari saja butuh beberapa kali untuk disapu. Berdebu, disapu dan di pel, berdebu lagi, kembali di sapu dan di pel dan begitu seterusnya setiap hari. 

Ah kita lebih memperhatikan kebersihan yang terlihat; rumah, pakaian, badan. Tapi seringnya lupa bagaimana dengan yang tersembunyi.. Dzahir kita adalah cerminan hati kita, itu benar adanya. Tapi seringkali dalam prinsip kebersihan mah kita teh agak pipilih, fokus bebersih yang dzahir tapi mengabaikan yang tak terlihat namun memiliki dampak yang besar. Ya, hati itu motor penggerak yang jika ia berkarat maka tak kan elok lah semua yang dzahir;akhlak, adab. 

Setiap hari mengisi air di teko dan termos, tapi lupa makanan untuk ruh. Bergegas menyiapkan makanan atau minuman yang baik, dugdugsek nyari nafkah tapi lupa meluruskan niat, lupa kalau ruh juga butuh hidangan yang bergizi. 

Duhai diriku, saat setiap hari kabar duka datang silih berganti, bukankah seharusnya engkau semakin ingat bahwa kematian itu pasti kan datang padamu jua. Lalu dengan apa engkau akan menghadap Rabb mu? Amal apa yang kan menolongmu? 

Duhai diriku, bergegaslah untuk berbenah.. Engkau hanya sedang menunggu waktu. 

#catatandefa


[27/6 06.13] Adalah semua yang terlihat jelas di depan matamu tak membuatmu gundah hingga bagimu itu sesuatu yang biasa, fakta itu kemudian ada pada alibi yang memuaskanmu
Silahkan saja, berbuatlah semaumu.. Sesuka hatimu
Bahkan sampai engkau merasa dunia itu ada dalam genggamanmu

Silahkan saja,
Berbuatlah sesuka hatimu
Hingga tak ada lagi sejengkalpun kejujuran yang kau anggap kejujuran

Silahkan saja,
Berbuatlah sesuka hatimu..
Tapi ingat, kau pun hanya seonggok daging yang di muliakan manusia hanya saat kau memiliki kuasa
Dan ingat, kelak saat tubuhmu terbujur kuasamu tak kan mampu menolongmu

"Robbku, ini sakit... Tapi Engkau maha tahu semua yang tidak kami ketahui.'


[27/6 06.18] "Seperti apa cara kita memandang sesuatu, akan seperti itulah anak-anak kita memberi pandangannya.
Seperti apa cara kita berfikir tentang sesuatu, akan seperti itu pula lah cara berfikir putra-putri kita."
Ta'lim ba'da shubuh hari ini tentang tarbiyah Aulad, tentang hal kecil yang seringkali di abaikan atau bahkan di sepelekan.

Memang tidak selalu seperti itu, tapi terutama ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, bisa memberi pengaruh yang sangat besar dalam membentuk pola pikir dan pandangan bahkan rasa yang tersimpan pada diri anak-anak.

Pernah dengar ada orang tua yang mengatakan, "ih dia mah cuma pingin pamer aja!" ketika melihat seseorang yang membuatnya takjub, baik dengan Budi pekertinya ataupun atas materi yang terlihat atau apalah apalah nya. Sedang saat itu anak-anaknya tidak melihat atau mendengar ucapan orang tua.

Lalu kita saksikan juga bagaimana anak itu berkomentar negatif tentang apa yang dia lihat, sama persis seperti orang tuanya.

Ada juga yang selalu berpikir positif tentang hal apapun yang dia lihat dan saksikan, atau atas semua yang terjadi di sekitarnya. Dan kita saksikan pula anak-anak dengan cara berpikir yang sama seperti itu.

Seperti halnya kesantunan yang di tularkan, baik melalui proses keteladanan atau karena hal lainnya, cara kita berpikir dan memandang sesuatu pun dapat dengan mudah di tularkan pada putra-putri kita.

Memang tidak semuanya sama, ada juga anak yang cenderung memiliki pola pikir negatif lahir justru dari orang tua yang memiliki pola pikir positif, dan sebaliknya.

"Yang paling utama adalah Rahmat Allah. Kita berusaha menjalani peran kita sesuai yang DIA perintahkan. Kita sujud selama dan sebanyak yang di contohkan meminta padaNya agar Allah anugerahkan putra-putri yang sholih, yang memiliki fikroh dan ruhiyah serta jasad yang baik, yang Hanif."

"Hati mungkin saja terluka. Mata boleh saja mencucurkan air mata, fisik mungkin saja letih, tapi tak ada alasan untuk berhenti memuliakan anak-anak sesuai yang di contohkan.!"

Abdi, #defa_s_hidayat 
Wilujeng enjing :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh