Rahmatia Suaery, santri kelas 7 asal Jayapura lahir ditanggal dan bulan yang sama dengan teteh Aufa Ashfiea, itu yang dikabarkan teteh bulan Ramadhan yang lalu.
MasyaAllah dia bercerita dengan takjub, "Mi, aya nu lahirna mung benten tahunna wungkul sareung teteh, tanggal sama bulannya sama. MasyaAllah Mi." Ujarnya sambil memperlihatkan sosok Tia, begitu adik kelasnya ini biasa dipanggil, melalui sambungan vcall pagi itu.
Teteh Aufa sayang,
Belasan tahun lalu di tanggal ini ummi sudah berada di rumah sakit untuk menjalani perawatan menjelang kelahiran teteh. Hmm sebenarnya HPL nya mah bulan Agustus akhir, tapi feeling ummi kita akan berjumpa cepat melihat dua kakak teteh juga lahir lebih cepat dari HPL. Qodarullah kondisi kesehatan ummi juga menurun jadi ummi harus menjalani perawatan dulu, saudara-saudara ummi berpikir ummi sudah mau melahirkan karena memang ummi nggak pernah bilang alasan dirawat itu karena apa.
Oh ya, sebelumnya hanya 3 hari di RS karena ummi nggak betah berlama-lama disana. Wait, memang ada gitu yang betah di RS? Bukan hanya ummi yang nggak betah, orang lain juga mungkin merasakan hal yang sama. Ummi kurang sabar ya Nak, Ummi ingat kakak-kakak teteh di rumah Mah Dede jadi memilih untuk pulang.
Seminggu kemudian Ummi kembali dengan kondisi yang semakin menurun, jangan tanya apanya yang menurun, yang pasti hari itu dokter bilang ummi harus dirawat. Lagi? Ya. Tapi ummi kan nggak suka orang melihat ummi kesakitan jadi berusaha tetap bersikap seolah ummi baik-baik saja.
Ummi menghabiskan makanan yang dihidangkan fi RS dengan harapan kita bisa berjumpa dalam kondisi sehat dan bahagia. Ummi berusaha untuk selalu merasa senang, membaca banyak buku dan menulis juga ngobrol dan jalan-jalan sekitar RS sama Abi menjadi sekian cara yang ummi lakukan untuk menjaga kesehatan mental ummi. Well, dirawat di RS atau dirawat di rumah karena sakit memang berpotensi membuat mental kita juga ikut terluka, saat mental terluka bagaimana ummi bisa mendampingi anak-anak dengan baik?
Ummi berusaha untuk tetap bahagia. Bahagia itu memang harus diusahakan dan dihadirkan, itu yang ummi lakukan saat itu.
Di minggu kedua dokter menyarankan untuk melakukan proses persalinan karena kondisi ummi semakin menurun, ummi menangis dan mengatakan bahwa ummi baik-baik saja. "Teteh lebih tahu kondisi teteh tidak seperti yang teteh perlihatkan. Demi bayi teteh dan teteh sendiri juga anak-anak teteh, demi suami teteh yang sepanjang malam menunggui teteh di Koridor." MasyaAllah susternya berhasil membuat hati ummi bergetar dengan segala ingatan akan orang-orang yang ummi sayangi.
Nak, kata orang suster itu judes. Ummi tidak beranggapan demikian, Nak. MasyaAllah mereka sangat baik, jika sekali waktu mereka terlihat acuh itu bukan karena mereka acuh atau judes. Mereka pasti lelah, bukankah kita juga kalau ngurus pasien di rumah teh sok cape pisan? Apalagi mereka yang pasiennya bukan hanya kita tapi banyak dengan beragam karakter nu pastina membutuhkan stock energi yang luar biasa untuk menghadapinya. Untukmu Nak, jika suatu hari engkau bertemu dokter atau suster ataupun staf rumah sakit, jangan lupa ucapkan terima kasih.. Cara kita menghargai usaha mereka. Jangan pernah berburuk sangka apalagi adab ya Nak!
Well, baiklah kita kembali ke cerita saat itu. Ummi sudah 9 hari di RS di sesi kedua itu, setelah dokter menyarankan demikian ummi dan Abi pun musyawarah bagaimana baiknya. Abi meminta ummi untuk mengikuti saran dokter meski tentu saja ada raut khawatir disana, usiamu masih 32 minggu.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar