Selasa, 06 Juli 2021

Rumah Yang Berantakan

       Jika engkau tiba-tiba berkunjung ke rumah kami maka siapkan diri untuk melihat bagaimana berantakannya rumah ini. Debu di lantai, mainan yang berserakan hingga remah nasi dan percikan air di setiap sudut rumah. Oh ya, jejak tanah sawah di lantai juga baju yang berhamparan di mana-mana juga menjadi pemandangan yang biasa. 
       Kecuali jika engkau menghubungiku dulu sebelum berkunjung, karena saat itu aku bisa mempersiapkan kedatanganmu dengan membereskan dan membersihkan seisi rumah agar engkau merasa nyaman saat duduk di kursi ruang tamu itu. 
        Namun jika engkau tidak memberiku kabar terlebih dahulu, maka bersiaplah mendapati betapa estetiknya rumah yang engkau kunjungi ini! Estetik mean sesuatu yang mungkin saja membuatmu tak tahan untuk berucap, "ini rumah atau kapal pecah?".
        Rumah yang engkau kunjungi ini dihuni seorang ibu yang mudah lelah dan sering sakit-sakitan dan lima bocah laki-laki yang sangat aktif bergerak juga seorang ayah sibuk dengan pekerjaannya. Untung saja Ayah itu tidak menuntut istrinya sigap membereskan rumah dan bahkan dengan kesadaran sendiri membantu pekerjaan istrinya, terkadang membantu memasak, mengajak anak bermain, bahkan mencuci atau membersihkan rumah. 
        "Ini rumah atau kapal pecah?" Kalimat ini bukan sekali dua kali sampai ke telinga, membuat ciut untuk kembali menerima kehadiran tamu di rumah. Alangkah baiknya jika kita tidak mengomentari kondisi rumah orang lain apalagi saat kita menjadi tamu di rumahnya atau sepulangnya kita dari sana. Ada baiknya setiap kekurangan yang dilihat dari tuan rumah bukan untuk diumbar tetapi cukuplah itu dijadikan pelajaran. 
        Jika engkau tidak suka rumah yang berantakan, jauhkan rumah dengan para balita untuk dikunjungi karena engkau akan melihat pemandangan yang mungkin tidak nyaman untuk dilihat. Engkau juga tidak tahu bagaimana tuan rumah itu berusaha untuk rumah dan keluarganya. 
        "Kok WC nya gini? Jorok pisan!" 
        "Ya ampun ini ruang tamu atau ruang nyetrika atau dapur sih?"
        "Coba atuh diberesin mainan anak-anaknya!"
        "Masa beberes rumah segini aja nggak bisa!"
        "Tahu nggak, aku tadi kan main ke rumah si A. Ya ampuuuun, rumahnya berantakan banget, nggak bisa ngurus rumah banget."
        Sering ku dengar kalimat seperti itu, aku sudah terbiasa mendengarnya namun tetap saja kalimat itu melukai perasaanku. Jadi, saat engkau ingin mengunjungiku bisakah engkau tahan lisanmu untuk tidak berkomentar tentang seperti apa rumahku dan anak-anakku atau diriku sendiri? 

Balananjeur, 7 Juli 2021

Catatan: Tulisan ini dipersembahkan untuk semua ibu yang sedang tertatih menata diri. Tidak apa-apa jika rumahmu berantakan, engkau tetaplah istri dan ibu yang hebat ! Abaikan komentar yang membuatmu terluka, mereka hanya belum memahami rasa yang ada padamu! Tersenyumlah dan berbahagialah! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh