Meminta sebenarnya sesuatu yang sangat dihindari. Tapi hari itu saya benar-benar meminta waktu, agar bisa menitipkan sedikit kenangan dan asa serta rasa bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga untuk generasi, untuk orang tua dan juga guru.
Apakah tidak malu meminta sesuatu seperti itu? Awalnya iya. Saya malu, namun rasa malu tidak akan membuat kata-kata yang ingin disampaikan sampai dengan sendirinya. Sekalipun pada saatnya tidak semua mendengarkan, tapi Allah tidak kan menyia-nyiakan usaha hambaNya, termasuk usaha saya insyaAllah. Saya meyakini itu.
Kelak, ketika anak-anak bertanya, "apa yang ummi lakukan di hari perpisahan kami?" (InsyaAllah Aufa dan Olin juga), meski bukan saya yang menjawab tetapi memori mereka akan mengingat hari itu.
Sebagian dari ungkapan cinta saya sebagai ibu mereka meski cinta sendiri tidak dapat diungkapkan seluruhnya dalam ribuan bait puisi cinta sekalipun
"Puisi, mi?" tanya Aufa saat saya bersiap naik ke panggung dihari kelulusan kakak-kakaknya.
"Bukan, ini cinta. Ini cinta ummi untuk kalian semua!"
Ini hanya untuk memberi contoh? Sebagiannya iya, tetapi tidak sepenuhnya. Ada beberapa hal lain yang sedang coba saya patahkan. Terkait paradigma orang-orang disekeliling kita yang masih sering beranggapan, "ibu-ibu mah diam saja, itumah bagiannya para ayah!"
Dan saya seorang ibu yang seolah tidak semestinya menyimpan jejak dengan cara seperti itu; 'meminta' berbicara di depan, menyampaikan rasa dan harapan sebagai orang tua.
Adakah alasan lainnya? Iya.
Anak-anak pernah terlihat sangat gugup dan tegang saat kultum tarawih di bulan Ramadhan, hingga tidak jarang langsung demam atau berkeringat dingin seturunnya dari mimbar. Dan saya ingin mengabarkan pada mereka dengan cara saya itu, bahwa berdiri dan menyampaikan sesuatu 'pesan' didepan itu bukan perkara yang harus 'dicemaskan'.
Anak-anak melihat kita, melihat bagaimana kita bersikap. Dan saya meyakini, anak-anak juga melihat dan memperhatikan saya, ibu mereka.
"Suatu hari mereka akan mengingat ini kan, kang?" tanya saya pada suami yang di jawab dengan senyuman dan usapan lembut di kepala.
Ya, suatu hari mereka akan mengingatnya. Bahkan jika saya tidak ada lagi bersama mereka, mereka akan mengingat hari itu, hari di mana saya mengatakan, "izinkan ummi menyampaikannya di depan!"
Apa lagi? Ada banyak hal yang ingin saya sampaikan. Dan saya mempercayai itu sebagai dakwah. Ada sekian banyak Medan dakwah yang seringkali terlupakan karena beberapa hal. Dan saya meyakini bahwa Allah tlah menghitung setiap usaha di hari itu meski mungkin banyak orang yang mengabaikan.
" Kang, ketika engkau bertanya, "kenapa ummi harus menyampaikannya?" Inilah sebagian alasannya: Ummi menyadari waktu yang semakin mendekati saat-saat perpisahan. Hmm bukankah seperti itu waktu bergerak, membawa kita semakin dekat dengan kematian? Dan inilah yang saya lakukan, semuanya untuk bekal dihari sesudah kematian. Semoga Allah Ridha."
Balananjeur, Selasa, 13 Juli 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar