"Selamat ya mi, ummi sudah tuntas mengasuh para balita. Balita ummi sekarang semuanya sudah jadi mantan balita. Apa ummi bahagia?"
Hati ini, hati seorang wanita, dan sebagai wanita saya juga seorang ibu. Terasa bahagia saat suami dan anak-anak bertanya bagaimana perasaan saya, kemudian mereka mendengarkan kata hati dan berempati atas itu. Sehingga tak kan berhenti lisan dan hati bertasbih memuji Allah akan NikmatNya yang tak bisa di ukur dengan sesuatu yang dzahir semata.
"Apa yang ummi rasakan?"
"Apa ummi bahagia?"
"Apa yang membuat ummi menangis?"
"Maafkan kami jika ucapan kami melukai hati ummi!"
"Apa ummi cape? Mau di pijit, Mi?"
Dan semua kalimat empati lain yang selalu berhasil membawa hati pada kondisi dimana kalimat tahmid tak hanya dalam ucapan, tapi jauh hingga ke lubuk hati, "Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, tsumma Alhamdulillah 'Alaa kulli haal Alhamdulillah."
Suatu hari, salah satu bibi saya pernah mengatakan, "Dede tahu apa yang membuat bibi bahagia?" saya mengangguk mengiyakan.
"Anak-anak. Bibi bahagia karena mereka."
Dan saya bertanya pada hati saya sendiri, seperti apa rasa syukur sebagai cerminan kebahagiaan saya atas kehadiran anak-anak yang di amanahkan Allah atas saya?
Masih sulit menjaga emosi,
Kurang sabar atas mereka,
Enggan mendampingi mereka,
Mengabaikan hak-hak mereka,
Membanding-bandingkan mereka dengan yang lain,
Dan masih banyak kekurangan lain yang membuat hati ini tertampar dengan ingatan saya sendiri.
Tapi, sesal bukan hal baik untuk disimpan apalagi di masa-masa pengasuhan. Dan penyesalan juga tak kan pernah memiliki arti jika tidak ada perbaikan sikap...
Karena itu setelahnya, saya memilih untuk kembali fokus pada seperti apa seharusnya saya, tanpa perlu memberi penilaian apapun baik pada diri saya sendiri maupun anak-anak. Saya hanya harus mendampingi dan membimbing mereka dengan cinta yang DIA titipkan sambil tak lupa menadahkan pinta pada pemilik mereka yang sebenarnya.
Kembali pada pertanyaan salah satu putra kami di awal tulisan ini, tentang ibunya ini yang telah tuntas membersamai masa-masa balita anak-anak.
Subhanalloh, masa balita mereka benar-benar tlah usai, tlah berlalu...subhanallah semua atas kehendak Allah. Tapi, tugas belumlah selesai. Periode baru dengan tugas baru yang pasti lebih berat dari sebelumnya sudah menanti di depan mata...
"Yaa Robb, mudahkan, lancarkan dan bimbing langkah ini!" dan tidak ada permintaan serta harapan terbaik kecuali saat meminta padaNya.
Selesai masa-masa balita anak-anak bukan berarti usai masa-masa yang harus dijalani seorang wanita sebagai ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar