Minggu, 11 Juli 2021

"Yang Penting ada Usaha!"

Saya memang sering sesak nafas, kalau pas sesak nafas teh lemesnya luar biasa, iya atuh nya soalnya energinya terkuras pisan. 

Coba duduk, berdiri, berbaring, tengkurap, miring kiri atau kanan, jalan di tempat, yoga, kadang berhasil kadang nggak namun seringnya tidak berhasil. Saya sih mikirnya, "yang penting ada usaha."

Oksigen kecil kadang habis dalam sehari kadang satu juga nggak cukup, mau beli tabung besar masih mikir-mikir, "uangnya mending buat sekolah anak-anak." Ibu-ibu mah pikirannya mulai terpusat ke anak-anak ya 😁

Karena cara-cara seperti yoga dll lebih sering tidak berhasilnya, saya biasanya gunakan cara lain juga, diantaranya. 

1. Ambil wudhu, shalat, nangis ngadu sama Allah, "ya Allah.." Banyaklah kalimat terucap saat itu; mengadukan sakit, meminta sehat dan lain sebagainya. Kok sama Allah ngadu sih? Hey, Allah itu suka saat hambaNya mengadu padaNya, bukan? 

2. Ambil mushaf, baca Al-Qur'an. Baca nyaring.. Al Qur'an itu syifa, mengobati hati yang terluka dan hati adalah mesin utama tubuh manusia. Kalau hatinya sehat, akan baiklah seluruh badan meski kondisinya di uji dengan sakit . 

3. Bilang ke abang, "Yang, hiking yuk!" Tapi jangan sampai Abang tahu kalau saya sedang sesak nafas, kalau tahu mah nggak bakal di acc yang ada malah di suruh istirahat 😁. 

4. Ambil buku catatan harian atau buka laptop masuk word dan tulis semua yang dirasakan. 

Semua itu sangat membantu (menurut saya mah), Tapi jangan salah yaa, meluruskan niat karena Allah itu beda tipis sama merasa melakukan sesuatu karena Allah. Sangat sulit meluruskan niat agar semua yang dilakukan karena Allah teh, padahal semuanya hanya akan jadi amal yang zonk dan sia-sia kalau Allah bukan tujuan dan alasan kita berbuat mah. 
Inna sholaati wa nushukii wamahyaayaa wamamaati lillahi robbil 'aalamiin, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Robb semesta alam.So,sehat kita dan apapun dalam hidup kita, niatkan semua itu karena Allah bukan karena selainNya apapun itu!

"Emang kalau lagi sesek nafas bisa naik gunung?" 

"Kalau di pikir-pikir mah emang sulit sih soalnya yang dirasakan bukan hanya sesak nafas tapi sakit yang MasyaAllah luar biasa Allahu Akbar. Namun ada harapan yang membuat kita akan tetap bisa melakukan apapun yang ingin dilakukan, harapan yang menjadi pecut bagi kita hingga kita tetap bisa melakukannya termasuk naik gunung. Yang sulit bukan naik gunung nya, tapi menghadirkan harapan dan menyimpan harapan itu sendiri. Yang sulit itu bukan menahan sakit tapi menghadirkan Allah di setiap desah nafas kita agar Allah menjadi satu-satunya tujuan." 

Eh initeh lagi nulis apa 😌.

Pagi ini napas saya kembali sesak, pengennya mah diam rebahan di tempat tidur. Sampai jam 8 lebih masih tetap rebahan, menghitung jam yang berdenting dan laptop yang masih menyala. 

Beberapa tulisan di posting di medsos, "tulisan itu tak mungkin berbuah jariyah kalau hanya disimpan untuk diri sendiri." Itu yang pernah saya katakan pada anak-anak, jadi jangan kaget kalau saya sering mosting tulisan karena sebagai ibu saya harus melakukan lebih dulu apa yang saya sampaikan pada anak-anak. 

Bahwa saya ingin yang dituliskan dapat diambil saripati hikmahnya serta diambil manfaat dan ibrahnya oleh siapapun yang berkenan membacanya agar kelak ini menjadi bagian dari bekal dan hujjah dihadapan Allah. 

Setelah melalui masa menghela nafas yang lumayan berat akhirnya saya memutuskan untuk berdiri dan melipat selimut serta merapikan tempat tidur. Seprei berwarna hijau tosca dengan motif bunga itu kembali rapih, selimutnya saya simpan di sudut kasur bersama bantal dan guling. 

Beralih membereskan kasur lantai di samping tempat tidur lalu karpet berukuran 150 x 200 M, karpet itu di gulung lalu disimpan di sudut ruangan tepat disamping rak buku portabel berwarna biru muda. 

Pergi ke dapur memasak nasi di magic com dan menyalakan tungku kayu untuk memasak air. Sambil menunggu air matang saya ambil sapu untuk menyapu lantai semua ruangan di rumah. 

Nasi sudah matang, abang memasak sayur mayur, air pun sudah matang.. Ke rumah mamah sebentar lalu beralih ke agenda selanjutnya that is badminton, saya senang saat  badminton karena selain tubuh terasa bugar saya juga memetik beberapa manfaat dari kegiatan ini diantaranya saya belajar untuk lebih teliti, belajar untuk tidak mudah menyerah, belajar untuk bekerjasama, belajar untuk menerima kekalahan atau tidak terjebak euforia kemenangan, belajar bersabar juga belajar untuk tidak mudah menyerah. Oh ya, saya juga belajar mengatur nafas.. MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi. 

Masih sesak? Masih, tapi ini terasa jauh lebih baik. Aktivitas ini pengganti hiking terutama saat haidh. Tapi tak jarang saya memilih berdiam diri di atas tempat tidur dengan tasbih di tangan saking nggak kuatnya.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh