Oh hey, bagaimana caranya jadi penjulid atau julid(er) yang baik? Hahaha, itu hanya cara saya mengobati kejulidan saya sendiri dengan mengatakan pada diri sendiri, "tidak apa-apa, itu julid yang baik dan manusiawi kok. Orang lain yang berada di posisi seperti itu pasti akan melakukan hal yang sama."
Namun tentu saja itu hanya cara saya untuk keluar dari zona julid yang sedang mendera.
Julid kenapa?
Biasanya ada beberapa alasan yang menjadi pencetus hadirnya kejulidan.
1. Iman yang sedang turun.
Ada waktu dimana saya merasa sangat terpuruk, terluka dan penuh ku babarian pisan pokoknyamah. Hal kecil terkesan besar, kalimat yang biasa saja namun terasa nyelekit jatuhnya bikin ill feel, beberapa kejadian di sangkutpautkan ke hal-hal yang belum tentu sesuai dengan yang dipikirkan.
Saat itu biasanya mudah diprediksi alasannya? Iman yang sedang turun. Sebabnya adalah haidh yang merubah beberapa kebiasaan, entah itu karena perubahan hormon atau semacamnya, namun yang pasti iman turun pada saat seperti itu.
2. Sering terjadi.
Hal yang paling sering membuat saya julid biasanya jika itu menyangkut anak-anak, misal saat ada uwanya anak-anak mengadakan suatu acara dan mengajak keponakan-keponakannya dan tidak sedikitpun berusaha mengajak anak-anak saya disitulah saya sering julid, "tega banget." Kalimat ini yang biasanya terbersit.
Kalau hanya sekali dua kali mah nggak pernah sampai julid, tapi saat itu terjadi berulang kali baru deh mulai terpikir, "ada apa?" Yang ujung-ujungnya asa di undanglah si julid itu.
Kondisi kedua yang sering terjadi dan memicu kejulidan adalah setiap kali ada kabar dia bisa melakukan perjalanan kesana kemari bahkan ke daerah tempat kita tinggal tapi tidak pernah mau berkunjung ke rumah kita. Bisa menengok orang lain yang sakit hingga ke tempat yang jauh, melihat acara hiburan, datang kd undangan pernikahan dan sebagainya namun berpura tidak tahu ada saudaranya yang sakit meski dia mengetahuinya.
Kondisi ketiga yang biasa memicu juga pesan yang ceklis biru atau dilihat doang. Ini juga lumayan bikin nggak nyaman kalau seringmah.
Husnudzon kalau dia sibuk atau apalah agak sulit dilakukan mengingat kita tahu sendiri kalau dia tidak sesibuk itu, saat kita tahu sangat mudah baginya berbalas pesan dengan orang lain namun membalas pesan sekedar kata y atau p saja terlihat enggan.
Berbeda saat dia yang mengirim pesan, "jawab atuh kalau dikirim pesan teh! Agar saya tahu itu udah dibaca atau belum." Oh well, seharusnya kalimat itu juga berlaku untuk dirinya, bukan? Saat dia mempertanyakan jawaban pesannya untuk meyakinkan bahwa pesannya sudah sampai, seharusnya dia juga berpikir bahwa orang lain juga menunggu hal yang sama.
Poin nomor 2 ini berisi kejulidan saya 😁 , cara saya mengobati julid salah satunya dengan menuliskan pemicu datangnya julid. Akan sulit kalau ngomong ke orang tentang hal seperti ini mah, bahkan dituliskan seperti ini kalau sampai ada yang membaca mah berpotensi menimbulkan prasangka, tapi saya tetap memilih menuliskan untuk mengobati. Usaha saya untuk tazkiyatun nafs.
Menulis dan di publish pula. Jika suatu saat ada yang membacanya atau mungkin ada yang tersinggung dengan poin nomor 2 di atas, saya hanya bisa mengatakan, "seperti itulah, akan ada saatnya ada hati yanng terluka." Terutama saat haidh, poin kedua itu bukan masalah besar tapi saat haidh datang semuanya berubah menjadi, "wah gitu banget.".
Seharusnya ada poin ketiga dan seterusnya tapi saya hanya ingin membuat dua contoh sebab dulu, InsyaAllah saya share di postingan selanjutnya. Bagaimana menghadapi julidan orang lain, bagaimana mengobati julid sendiri, semua tentang julid baik itu julid yang datang dari diri sendiri maupun dari orang lain InsyaAllah akan saya tulis dan share secara berkala. Alasan saya menuliskan ini, ada kejadian apa sampai saya akhirnya memberanikan diri menulis hal ini dan sebagainya InsyaAllah akan saya tuliskan juga.
Balananjeur, Sabtu, 11 September 2021
Subhanallah
BalasHapus