Senin, 13 September 2021

Tiket Study Banding Ke Garut

Alhamdulillah, Alhamdulillah 'alaa kulli hal. Bahkan untuk bermimpi saja rasanya enggan, Qodarullah dapat sms pemberitahuan dari Aba Azri bahwa saya mendapat 1 kursi untuk ikut menjelajah di cakrawala ilmu bersama guru-guru PAUD binaan beliau dalam acara study banding ke lembaga pendidikan anak usia dini yang cukup terkenal di kabupaten garut.

Jantungteh asa ratug, ratug ku rasa bingah dan kesyukuran. Secara saya kan bukan guru PAUD 'formal'. Saya pendamping AUD dengan 1 anak lincah and sholihah yang setia nempel kemanapun umminya pergi, dan saya menikmati semua proses pendampingan itu setelah sebelumnya 3 kakaknya sudah bermetamorfosa jadi calon pemuda-pemudi yg kini masih berusia persiapan menuju dewasa. 

Apakah nama remaja benar-benar ada atau tidak, yang pasti 3 kakaknya sebentar lagi melalui fase itu, apalagi si sulung yang kini berusia 12 tahun. Belum nampak terlalu banyak perubahan, tapi tinggi badannya sudah hampir setinggi umminya. Entah nanti di kelas VIII  akan setinggi apa dia, pasti jauh di atas saya dan mungkin abi nya.

Membayangkannya membuat hati dan bibir tersenyum, "Nak, tidak terasa geuning. Rasanya, ummi hanya sebentar menggendongmu dalam ais an."

Hati, kenapa kebersamaan terasa belum cukup??

Kembali ke agenda kamis nanti. Study banding ke garut nanti kata  aba azri teh boleh bawa anak.
MasyaAllah, saya bersorak kegirangan dalam hati. Bisa belajar bersama satu-satu nya AUD paling istimewa ini adalah hal yang sangat indah tak tergambarkan lewat kata. 

Seperti hari-hari yang biasa kami lewati selama ini. Di sana, kami pun bisa mengukir cerita, pengalaman dan banyak pelajaran untuk kami genggam dan bawa ke rumah kami, syurga belajar kami.

Beberapa teman berkata, "bermanfaatlah untuk ruang yang lebih luas, bukan hanya di zona mu!!" 

"Anak-anak saya lebih berhaq atas saya." Jawab saya. 

"Sayang atuh ilmu kalau hanya di pakai di rumah mah."

"Kok sayang, bukankah rumah basis utama peradaban suatu bangsa?" 

Saya bukan enggan menginfakkan ilmu di jalan yang dipilih bunda-bunda yang berdiri bersama barisan guru-giru formal, hanya saja untuk sementara ini sampai anak-anak siap untuk saya 'lepas', saya ingin bukan hanya hati saya saja yang bersama mereka, tapi juga fisik saya. Saya ingin mereka mendapat pelukan dan Sebanyak-banyaknya ungkapan kasih sampai mereka kelak menggapai masa depan mereka sendiri. 

Saya ingin mengantarkan mereka menuju kebahagiaan mereka hari ini dan kebahagiaan sebenarnya kelak setelah semua kembali kepadaNya.

Saya ingin ketika anak-anak membutuhkan saya, mereka tidak harus merasakan 'pusing 7 keliling' karena umminya tidak ada. Karena sekali lagi, saya sudah merasakannya. Sedih saat saya menyadari kebersamaan yang singkat bersama aa Quthb dan aa pun merasakan hal yang sama.

Dua tahun menjelang kelulusan aa, umminya mendapat amanah lain yang membuat kebersamaan kami terasa lebih singkat. Saya tidak ingin mengulangi hal yang sama . Sekali lagi, sampai si kecil olin siap.

Saat pertanyaan seperti itu muncul, ada rasa seolah diri tak berarti, tapi itu hanya sementara.
Saya adalah madrasah bagi anak-anak saya, bukankah al ummu madrosatun? Dan saya adalah ummu.

Insyaalloh ilmu yang masih sangat sedikit ini mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anak-anak dan anak-anak di sekitar tempat tinggal kami. 
Insyaalloh sampai hari ini, beberapa anak dari jenjang AUD sampai mahasiswa ada yang datang ke rumah. Bukan untuk bergosip insyaalloh. Kami belajar, kami saling belajar InsyaAllah.

Lembaga itu hanya salah satu dari sekian tempat untuk berbagi ilmu, dan rumah adalah jua lembaga terbaik untuk berbagi. Allohu a'lam.

"Trauma?" tanya seorang teman. 

"Ah tidak juga. Saya hanya tidak ingin terperosok dalam lubang yang sama."

Jazakallohu khoiron jazaa untuk Aba Azri yang memberikan kesempatan untuk belajar lebih banyak lagi, tentang pndidikan anak dan bagaimana mnjadi bermanfaat tanpa harus memilah siapa orang yg layak. Jazakallohu khoiron jazaa Aba Azri. 

Kang Wawan, setelah perjalanan ke pangandaran with rombongan almunawaroh sebulan yang lalu, alhamdulillah istrimu kini sudah tidak khawatir naik bis lagi. Perjalanan bulan desember kemarin nyandak kenangan yang sangat menyenangkan alhamdulillah

Tulisan ini di catat pada tahun 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh