Beberapa hari yang lalu ada yang bertanya, "apa yang dirasakan saat tahu dighibah bahkan sama sesekomunitas?"
Saya bingung menjawabnya soalnya kejadian itu sudah sangat lama. Oh ya sebagai informasi, menurut kabar yang sampai waktu itu saya cukup asyik dijadikan bahan ghibah dalam suatu kumpulan thats mean dighibahin di suatu forum 🤭
Luar biasa ya 😄
But, jujur saja saya lupa rasanya. Jadi saya buka buku catatan harian untuk menjawabnya.
Penting banget sampai buka buku diary lama? Penting mah tergantung ya, ada saat kisah seperti ini penting dibagi (sebagai ibrah bagi yang mungkin saja mengalami hal yang sama) dan sebagian lagi sangat mungkin menganggap ini nggak penting banget. Yaa tergantung kan ya 😄
Saya teruskan ceritanya yaaa..
Awalnya nggak terpengaruh, santai saja, biarin mau dighibahin juga da bukan urusan saya. Maksudnya, yang ghibah kan bukan saya sedangkan kita sendiri tidak punya kuasa untuk mengendalikan lisan orang. Oh wait, lisan sendiri pun susahnya minta ampun agar on kendali teh, jadi boro-boro mikirin lisan orang sama diri sendiri aja nggak tuntas-tuntas 😷
Tapi kemudian Ibu saya terpengaruh, Mamah menangis karena tidak mau anak perempuannya menjadi bahan ghibah. Awalnya saya masih tenang, berusaha menenangkan mamah dan meyakinkan mamah kalau saya baik-baik saja.
Saat mengatakan saya baik-baik saja tiba-tiba ada hati yang ikut nyelekit, akhirnya saya ikut terpengaruh.. Oh hey, usia saya masih 27 tahun saat itu, masih memiliki emosi yang menggebu.
Saya tabayyun kepada beberapa orang yang ada dalam forum dan fixed kabar itu memang benar; saya menjadi bangkai yang baik untuk dikuliti.
Kalimatnya gitu banget ya, ya ghibahkan makan bangkai.
Apa sekarang saya juga berghibah???
Well, ini muqoddimahnya yaa. Kita lanjutkan nanti insyaAllah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar