Sabtu, 27 November 2021

Merancang Untuk Hari Esok (bagian 1)

Saya tuliskan mulai darimana ya 🤔

Hmm... Jadi begini, mulas di lambung saya sebenarnya belum berkurang tapi obat sudah habis dan saya sedang berpikir untuk melanjutkan pengobatan dengan obat herbal, i mean bukan berobat herbal yang beli herbal apaa gitu. Saya bukan tipe yang mudah percaya lihat iklan, "obat herbal buat penyakit apaa..misal." jadi pilihannya untuk sementara ini fokus ke semua yang ada di sekitar dan insyaAllah ditambah madu serta memperbaiki pola hidup, pola pikir, pola tidur dan pola makan.

Diantara semua itu yang masih berantakan sih pola tidur dan pola makan, tapi itu juga sangat mempengaruhi kualitas hidup pastinya. Jadi kurang berkualitas? Pasti, artinya pola hidupnya juga belum bener dong? Iya 😭

Nah, mumpung Allah berikan kesempatan untuk memperbaiki diri, saya ingin bergegas memperbaiki diri. Menunda artinya menyiapkan penyesalan, lagian kita kan nggak pernah tahu jatah usia kita sampai kapan? Gimana kalau misalkan kita merencanakan merubah atau memperbaiki dirinya besok, eh ternyata kesempatan hidup kita hanya sampai hari ini. Ya siapa yang tahu kan? Ajal itu ghaib, nggak ada yang tahu jadi yang harus kita lakukan adalah bergegas dalam kebaikan; mulai saat ini juga, mulai dari hal terkecil, mulai dari diri sendiri. 3 M? Tepat sekali.

Well, apa sih yang bisa saya lakukan dan memang harus saya lakukan?

First, ikhlaskan niat karena Allah. Innamal a'maalu binniyaat. Setiap amal itu tergantung niatnya apa. Kalau niatnya untuk Allah, maka Allah yang didapat.. kalau niatnya sehat atau bahagia, itu juga yang didapat. So, saya mau pilih apa? Pilih niat yang hasilnya abadi atau mau yang ya udah kamu sehat trus kamu mati dan nggak dapat kebaikan apa-apa setelah itu atau ya udah kamu bahagia sekarang tapi nanti di akhirat nggak dapat apa-apa sekedar yang kamu dapat di dunia.

Saya mau yang kekal atuh.. yang khoolodiina fiihi abada. 

Nah, permasalahannya, ikhlas itu nggak mudah, nggak semudah kita nulis kata ikhlas, nggak semudah kita bilang, "ya udah, ikhlasin!"

But, dalam setiap kebaikan ada usaha yang tidak mudah. Kadang butuh berlelah-lelah, atau bersusah-susah, tak jarang menangis atau berdarah! Namun jika berbuah mardhotillah dengan hadiah Jannah, yuk ah terus berusaha sampai segala beban tak lagi payah!

Tentang ikhlas sendiri, itu akan selalu jadi kata kerja yang nggak pernah sampai membuat kita sadar kalau kita teh sudah ikhlas atau belum. Artinya saat kita merasa sudah ikhlas itu artinya kita belum ikhlas, why? Karena ikhlas bukan perasaan tapi terus lakukan, terus berusaha berbuat karena mengharap ridho Allah tanpa kesempatan menilai diri sudah ikhlas atau belum; lakukan saja karena Allah.

Yang kedua: Tekad. Kalau ikhlas karena Allah, tekadnya juga pasti karena Allah. Trus gimana cara tahu tekad karena Allah atau bukan? Ini kayaknya lebih bisa dilihat secara kasat mata sekalipun. Saat kita membulatkan tekad karena Allah, tak ada aral yang membuat kita menyerah di perjalanan. 

Ya, maju aja terus! Sekalipun kepayahan dan kesulitan, sekalipun berkawankan cibiran dan mungkin saja hinaan, berbuat saja terus! Karena apa? Karena bukan diri kita atau penilaian orang yang menjadi based of why kita melakukan kebaikan, tapi karena Allah.

Pegang terus tekad itu dari sejak awal di rencanakan, pegang kuat-kuat hingga kelak berjumpa dengan Allah.

Tiga. Hmm apa ya? Lakukan kebaikan yang akan diusahakan saat ini juga!

Udah jangan terlalu banyak mikir, menuliskan hanya cara menyimpan jejak sekaligus menguatkan dan mengingatkan jika di hari esok tiba-tiba ketemu saat ingin berhenti jadi ingat tujuan awal lagi and nggak jadi deh buat berhenti, "oh ya, aku kan pengen Husnul khatimah." Misal. Jadi, kembali diingatkan untuk Istiqomah.

And then, apa saja yang sedang ingin diperbaiki dari diri?
Saya tuliskan dalam catatan selanjutnya, insyaAllah.

Balananjeur, Ahad, 28 November 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh