Atau hanya akan kita pendam dan tersimpan dalam ingatan kita masing-masing.
Semua itu pilihan, dan bukan hak kita untuk saling menyalahkan pilihan orang.
Tak jarang baik jemari maupun lisan teh gemes pisan pengen ngomentari hidup orang terutama karena perbedaan pilihan sikap dengan kita. Padahal kita sendiri belum tentu suka saat ada orang yang tiba-tiba berkomentar tentang hidup kita, mengkritisi cara kita, mengintervensi kita. Kita belum tentu suka dan.. Hmm kayaknya memang nggak bakalan suka. Trus dengan sebab apa kita merasa perlu mengomentari, mengkritisi atau mengintervensi orang lain? Jika kita saja nggak suka, mereka juga bukan tidak mungkin tidak menyukainya.
Hari ini itu yang kami bahas diperjalanan menuju warung pecel lele. "Ashlih nafsiy yu! Perbaiki diri!" Di bawah rintik kami berbincang dalam satu tema. Fokus mengkritisi hidup orang lain seringnya membuat kita abai pada kesalahan diri, jadi, "fokus perbaiki diri, yuk!" Dengan tetap berperan dalam proses amar makruf nahyi munkar dengan cara kami.
Oh ya, penutup kisah hari ini adalah catatan ini disertai kisah makan bersama di warung pecel lele. Sudah lama merencanakan makan di luar, di warung pecel lele favorit anak-anak dan biidznillah Allah berikan kesempatan itu hari ini. Adik Umar menjemput kakaknya di pamoyanan karena tidak ada angkot, saya dan de Olin bersama Abi. InsyaAllah beberapa bulan lagi bisa paket komplit sama teteh Aufa juga.
Anak-anak sangat suka pecel lele, behind the storynya mungkin karena dulu sering dibeliin pecel lele ku wa U Noga Zahara jadi sampai hari ini kalau ditawari makanan dari luar teh pasti milihnya, "pecel lele atau bebek."
#catatandefa
Balananjeur, Senin, 1 November 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar