Kamis, 23 Desember 2021

Pembagian Rapot

Tadinya PeDe bisa nyari ruang D4 sendirian jadi waktu bersiap berangkat ke sekolah teh nggak nanya Umar tentang lokasi ruangannya, memang sih bisa nanyain ke orang lain tapi pas nyampai sekolah yang sangat luas dengan banyak orang dengan tujuan yang sama (ngambil rapot) auto milih nunggu adik Umar di depan gerbang.

Adik Umar memang belum sampai saat saya sudah sampai di sekolah, adik berangkat agak belakangan sedangkan saya berangkat lebih dahulu diantar Abang. 

"Ummi yakin?" Tanya Umar khawatir.

"Sure, insyaAllah. Ini rapot anak Ummi, tentu saja Ummi akan berangkat ke sekolah. Ummi ingin tahu seperti apa anak Ummi ini selama belajar disana, perkembangan akademik nya, ummi ingin tahu semua tentang adik yang tidak Ummi lihat saat di sekolah bukan hanya melalui lembar rapot, Nak. Rapot bisa adik ambil tanpa ummi, tapi moment membersamai adik mengambil rapot serta menyimak penjelasan Ibu wali kelas adik tak bisa ummi beli dengan apapun. Itu sangat penting bagi Ummi, Nak. Jadi, Ummi sangat yakin untuk berangkat meski Ummi harus berangkat jalan kaki sekalipun.." 

Setelah Umar memarkirkan motornya di area parkir siswa yang berada di area dekat gedung kelas DPIB , kami pun langsung mencari ruangan D4, ruang pembagian rapot kelas XI DPIB 1. Ruangnya ternyata berada di kelas DPIB 2, kami sengaja mencari tempat duduk di baris ke-2. Bukan kami tapi pilihan Umar 🤭 Saya tipe yang akan memilih kursi paling depan sedangkan Umar tipe yang memilih untuk tidak terlalu terlihat 😁 hmm filosofi apa ini teh 🤔

"Bagaimana kalau nilai rapot Umar kecil, Mi?"

"Its ok, justru bagus,Nak. Setelah itu adik bisa mengevaluasi diri apa yang kurang dan harus diperbaiki."

"Tidak perlu atuh Mi."

"Harus donk, Nak.Seorang muslim itu melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, belajar sebaik-baiknya, berusaha sebaik-baiknya,para sahabat Radhiyallahu Anhum selalu bertanya apa yg paling dan berusaha untuk menjadi yang ter, mendapat syurga tertinggi, menjadi muslim terbaik, semua yang paling, semua yang ter.. begitulah seorang Muslim, Nak. Berjuang sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang terbaik. 
Seorang Muslim juga, Nak. Senantiasa mengevaluasi dirinya, memperbaiki diri setiap waktunya. Hari ini menjadi versi terbaik dari dirinya yang kemarin, dan esok jauh lebih baik dari hari ini. Tak apa nilai adik kecil, Ummi yakin adik akan melesat menjadi lebih baik setelah ini."

Oh ok, saya ibu yang banyak bicara. Tapi percayalah saya melihat kesiapannya untuk menyimak. 

Ada saat anak-anak kita siap menyimak apapun yang kita katakan, ada saat dimana kita harus mengambil jarak darinya, ada saat dimana mereka hanya perlu kalimat seperlunya. Itu salah satu pelajaran berharga yang saya dapati saat membersamai mereka.

Hey, lalu bagaimana selanjutnya? Kami memperhatikan satu persatu orang tua yang maju ke depan saat nama anak-anaknya dipanggil. Seorang Ibu yang antusias menyimak penjelasan Bu Yuli, wali kelas XI DPIB 2. Lalu berlanjut ke Ibu nya Rafi, Ibu nya Rijal, lalu Ibu selanjutnya dan tibalah giliran saya.

"Muhammad Umar Yasin." Panggil Bu Yuli.

Saya senang saat Umar cukup kooperatif mau duduk bersama saya di kursi yang langsung berhadapan dengan Bu Yuli, padahal murid-murid lainnya tidak ikut ke depan bersama orang tua saat Ibu memberikan penjelasan.

Umar juga antusias melihat rapotnya, menyimak pertanyaan saya dan jawaban Ibu.

"Bagaimana Umar, nilai-nilai nya sudah tuntas semua?" Tanya Ibu sambil memperlihatkan nilai rapot.

Umar mengangguk, dia memang jarang bicara.

Saya ikut meneliti deret pelajaran berikut angka dan abjad yang tertera, MasyaAllah nilainya rata-rata B+ ,saya lihat raut wajah pemuda kecil disamping saya, MasyaAllah terlihat binar bahagia, saya senang melihatnya.

"Seperti apa ananda kami di sekolah, Bu?" Sepertiinya memang ini fokus utama saya 🤭

"Umar sangat baik, sopan, jarang bicara. Umar agak pendiam." Kalau bukan karena ingat Ibu-ibu lain yang sedang menunggu giliran ke depan, saya mungkin bisa berbincang banyak hal tentang ini tapi saya memilih menyudahinya setelah menanyakan tentang PKL yang akan dilaksanakan pada Bulan Februari sampai Mei tahun depan.

Saya juga mengaminkan Ibu yang mengatakan kalau Umar sangat baik, sopan dan jarang bicara. Ya, seperti itulah Umar. Kalaupun akan bicara panjang lebar itu biasanya kalau sedang ngobrol dengan saya, Abi atau adik-adiknya. Selebihnya mah ngirit kata..

Kami pun pulang dengan perasaan senang. Senang karena nilai rapot? Salah satunya itu, namun yang paling utama karena saya bersyukur Umar kami berada di tempat yang sangat tepat untuknya, insyaAllah. 

Setelah episode pembagian rapot dengan ibu wali kelas yang memberi penjelasan sedetil mungkin tentang hal yang perlu saya fahami tentang Umar di sekolah, lalu hal apa saja yang harus kami persiapkan untuk menghadapi PKl dan lain sebagainya membuat syukur membuncah. MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal.

"Ummi bagaimana pulangnya?" Tanya Umar membuyarkan hening saat kami ke luar dari kelas.

"Ummi mau naik angkot." Saya tahu Umar belum berani membonceng saya di jalan raya yang cukup besar dan seramai jalan Rajapolah, jadi saya tidak ingin membuatnya merasa tidak nyaman harus memikirkan bagaimana saya pulang. Meski saya juga bahagia saat dia menanyakan itu, bagaimanapun anak-anak juga berhak mengkhawatirkan ibunya 😅

"Ummi nggak mau pulang bareng Umar?"

"Boleh gitu dik?" 

"Tentu boleh, Mi."

"MasyaAllah Alhamdulillah. Ummi mau pulang naik motor bareng adik." Inginnya saya katakan untuk tidak perlu khawatir, tapi saya memilih untuk mengiyakan ajakannya.  Saya juga ingin mengatakan bahwa dia tak perlu khawatir membonceng saya di jalan besar, saya percaya padanya, namun saya memilih untuk hanya mengiyakan ajakannya.

Alhamdulillah akhirnya episode ngambil rapot dengan pulang dibonceng adik Umar pun berakhir di warung teh Nunuy, dengan 2 buah ice cream mochi favoritnya.

Balananjeur, Kamis, 23 Desember 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh